Ilmuwan Pecahkan Misteri Tulisan Bahasa Kuno yang Hilang Selama 3.000 Tahun, Begini Isinya
Teks ini diuraikan dari sebuah lempengan tanah liat yang ditemukan tahun 2023.
Teks ini diuraikan dari sebuah lempengan tanah liat yang ditemukan tahun 2023.
-
Dimana teks kuno ini ditemukan? Gulungan kertas ini salah satu dari ratusan papirus yang digali dari sebuah vila mewah Romawi abad ke-18 di Herculaneum, Italia.
-
Di mana manuskrip Kuno ditemukan? Para ahli mengatakan papirus ini tanpa disadari disimpan di Perpustakaan Universitas dan Negeri Hamburg di Hamburg, Jerman.
-
Apa bukti arkeologi tentang bahasa purba? Bukti arkeologi juga mendukung perkiraan bahwa manusia mulai berbicara sekitar 1,6 juta tahun yang lalu.
-
Bahasa kuno apa yang ditemukan di cetakan tangan perunggu? Mereka menyimpulkan, prasasti tersebut merupakan contoh tertua dan terpanjang dari bahasa Vaskonik hingga saat ini.
-
Apa yang ditemukan dalam manuskrip kuno itu? Lembaran Injil ini ditemukan oleh spesialis abad pertengahan dari Akademi Ilmu Pengetahuan Austria (OeAW), Grigory Kessel. Setelah dianalisis, penemuan ini merupakan salah satu terjemahan Injil tertua yang berasal dari abad ke-3 dan ke-6. Rupanya, dua halaman manuskrip itu berisi bagian yang hilang dari injil, yang diterjemahkan dalam bahasa Suriah kuno.
-
Bagaimana teks kuno diterjemahkan? Di bawah bimbingan dan kolaborasi dua rekan penulisnya, ahli Mesir Christian Casey dan Jen Thum, Hoffen menghabiskan waktu selama tiga setengah tahun untuk menerjemahkan hieroglif ke dalam bentuk prosa modern dan mengumpulkan gambar-gambar untuk menceritakan kisah Kheti dan Pepi.
Ilmuwan Pecahkan Misteri Tulisan Bahasa Kuno yang Hilang Selama 3.000 Tahun, Begini Isinya
Dalam penggalian arkeologi tahun 2023 di sebuah situs kuno Ambarlikaya di Boğazköy-Hattusha, Turki, arkeolog menemukan lempengan tanah liat aksara paku (cuneiform). Awalnya bahasa yang tertulis dalam lempengan ini tidak diketahui asal usulnya. Namun baru-baru ini, ilmuwan menemukan itu adalah bahasa Kalašma, berasal dari keluarga bahasa Anatolia-Indo-Eropa.
Lempengan tersebut berasal dari zaman kerajaan Hittite, yang berpusat di Anatolia, yang dikenal kaya akan peninggalan arkeologis dan sumber-sumber tekstual.
yang dikenal kaya akan peninggalan arkeologis dan sumber-sumber tekstual.
Lempengan yang ditemukan itu berisi sebuah mukadimah yang menyatakan bahwa seorang ahli ritual menyulap dalam (bahasa) Kalašma. Teks ritual orang Het mengacu pada idiom baru sebagai bahasa tanah Kalašma. Ini adalah wilayah di tepi barat laut jantung wilayah Het, mungkin di wilayah yang sekarang disebut Bolu atau Gerede.
“Teks-teks ini menunjukkan bahwa Anatolia adalah tempat multibahasa dan multikultural pada tahun 2000 SM,” kata Prof. Andreas Schachner, kepala penggalian di Hattuša, dikutip dari Arkeonews, Senin (8/7).
Tablet atau lempengan tersebut, ditulis dalam bahasa Kalašma, bahasa yang mirip dengan bahasa Luwian yang digunakan oleh orang Luwian yang tinggal di Anatolia selatan dan hanya sedikit yang diketahui, berisi teks tentang kehidupan sehari-hari dan perayaan.
Sebanyak 174 lempengan yang ditulis dalam bahsa Kalasma diuraikan dalam sebuah studi yang dilakukan Profesor Dr Daniel Schwemer dari Departemen Bahasa Timur Dekat di Universitas Worzburg, Jerman dan rekannya Associate Profesor Dr Metin Alparslan dari Departemen Ilmu Hittologi Universitas Istanbul.
"Seluruh teks di bawah pertanggungjawaban tim penggalian Jerman yang telah dipublikasikan," kata Profesor Schachner.
"Profesor Daniel Schwemer, kepala kepala Ketua Studi Timur Dekat Kuno di Julius-Maximilians-Universität (JMU) Würzburg di Jerman, sedang mengerjakan temuan aksara paku dari penggalian tersebut. Dia mengubahnya dari tulisan paku ke alfabet Latin. Kemudian pakar linguistik Profesor Elisabet Rieken dan Assoc. Prof Ilya Yakubovitich dari Universitas Marburg menganalisis dan menguraikan teks tersebut. Itu adalah upaya tim.”
Profesor Schachner mengatakan, tidak ada alfabet baru dalam tablet Kalašma, menekankan bahwa sistem paku, yang dikenal oleh orang Het dan diambil dari Mesopotamia, digunakan untuk menulis.
“Orang Het secara unik tertarik untuk mencatat ritual dalam bahasa asing," kata Daniel Schwemer.
“Orang Het secara unik tertarik untuk mencatat ritual dalam bahasa asing," kata Daniel Schwemer.
Teks ritual semacam itu, yang ditulis oleh juru tulis raja Het mencerminkan berbagai tradisi dan lingkungan linguistik Anatolia, Suriah, dan Mesopotamia. Ritual tersebut memberikan gambaran sekilas tentang lanskap linguistik yang jarang diketahui di Anatolia Zaman Perunggu Akhir, di mana tidak hanya bahasa Het yang digunakan. Jadi teks-teks paku dari Boğazköy-Hattusha mencakup bagian-bagian dalam bahasa Luwian dan Palaic, dua bahasa Anatolia-Indo-Eropa lainnya yang berkerabat dekat dengan bahasa Het, serta bahasa Hattic, sebuah bahasa non-Indo-Eropa. Sekarang bahasa Kalasma ditambahkan ke dalamnya.
"Isi lempengan itu sebenarnya tidak mengandung informasi yang sangat penting, tapi berkat teks-teks ini kita mengetahui bahwa Anatolia merupakan daerah dengan ragam bahasa dan budaya pada tahun 2000 SM. Orang-orang tahu dan menggunakan sedikitnya beberapa dari bahasa-bahasa ini," jelas Profesor Schachner.
"Pandangan Hittite terhadap dewa-dewa dari daerah lain juga dikonfirmasi oleh teks ini, karena mereka memasukkan dewa-dewa wilayah yang ditaklukkan ke dalam sistem mereka dan memujanya. Dengan cara ini, mereka berusaha mengikat daerah-daerah tersebut dengan diri mereka sendiri. Teks-teks ini ditulis dalam bahasa ini agar mereka dapat memberikan penghormatan kepada dewa yang mereka bawa dari Kalašma dalam bahasa yang dapat mereka pahami. Menurut logika orang Het, dewa itu tidak akan mengerti bahasa Het.”