Arkeolog Temukan Prasasti Zaman Perunggu Berisi Tulisan dari Bahasa Tak Dikenal, Terbuat dari Bahan Langka
Untuk membuat tulisan di atas lempengan tersebut, para perajin kuno menggunakan teknik-teknik canggih.
Arkeolog di Georgia menemukan prasasti terbuat dari lempengan basal, berisi tulisan dari bahasa yang tak dikenal. Prasasti ini ditemukan di dekat Danau Bashplemi, di wilayah Dmanisi.
Penemuan ini penting bukan hanya karena kelangkaan material yang ditemukan, tetapi juga karena dapat mengungkap aspek-aspek yang tidak diketahui dari peradaban kuno yang mendiami Kaukasus.
-
Bahasa kuno apa yang ditemukan di cetakan tangan perunggu? Mereka menyimpulkan, prasasti tersebut merupakan contoh tertua dan terpanjang dari bahasa Vaskonik hingga saat ini.
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog? Lentera berbentuk bulat bundar kecil itu berasal dari periode Bizantium (abad ke-4 hingga ke-6 M), berdiameter hanya 18 sentimeter dan tinggi 19 sentimeter (10 sentimeter x 11 sentimeter), lentera ini dapat diletakkan di permukaan datar atau digantung.
Prasasti yang ditemukan pada 2021 ini seukuran buku dan di atasnya terpahat 60 simbol berbeda, 39 di antaranya tidak memiliki padanan yang tepat dalam sistem penulisan kuno lain yang diketahui. Berdasarkan konteks arkeologi dan geologi, para arkeolog meyakini lempengan tersebut mungkin berasal dari Zaman Perunggu Akhir atau Zaman Besi awal, sekitar milenium pertama SM. Demikian dikutip dari laman La Brujula Verde (LBV), Rabu (27/11).
Lempengan tersebut berisi 39 simbol unik yang tersusun dalam tujuh garis atau register horizontal. Beberapa simbol ini berulang, sehingga totalnya ada 60 karakter di permukaan batu. Susunan dan frekuensi beberapa karakter menunjukkan bahwa karakter tersebut mungkin telah digunakan untuk menunjukkan angka atau tanda baca. Para peneliti menduga sistem penulisan tersebut mungkin telah digunakan untuk mencatat persembahan keagamaan, pekerjaan konstruksi, atau inventaris militer, meskipun interpretasi ini masih dalam tahap awal.
Untuk membuat karakter-karakter ini, para perajin kuno menggunakan teknik-teknik canggih, termasuk jenis bor berbentuk kerucut untuk membuat garis awal simbol-simbol, diikuti oleh alat-alat berkepala bundar untuk menghaluskan tanda-tandanya. Kekerasan basal dan ketepatan tanda-tandanya menunjukkan tingkat keterampilan yang tinggi dan teknik ukiran yang canggih.
Salah satu aspek yang paling menarik dari prasasti ini adalah kemiripannya sebagian dengan berbagai sistem penulisan kuno. Para arkeolog mencatat beberapa kemiripan grafis dengan prasasti Kaukasia, seperti alfabet Georgia awal dan aksara pra-Kristen lainnya di wilayah tersebut. Beberapa simbol juga memiliki hubungan visual dengan sistem penulisan Timur Dekat, seperti Fenisia, Aram, dan Proto-Sinaitik, yang dapat menunjukkan kemungkinan pengaruh budaya atau pertukaran dengan peradaban tetangga.
Proses Penulisan Rumit
Namun, prasasti Bashplemi tampaknya tidak sepenuhnya meniru sistem penulisan yang dikenal. Simbol-simbol tersebut hanya menunjukkan kemiripan sebagian dengan beberapa sistem Semit, Yunani, India, dan bahkan segel Zaman Perunggu dan Zaman Besi Awal tertentu yang ditemukan di Georgia. Keunikan ini telah menyebabkan para peneliti mempertimbangkan kemungkinan bahwa itu mungkin merupakan sistem penulisan independen atau bahkan proto-sistem yang mungkin telah berevolusi secara lokal.
Peneliti melakukan analisis mendalam tentang keaslian lempengan tersebut, baik dari segi bahan maupun teknik penulisannya. Batu basal pada lempengan itu cocok dengan komposisi geologis bebatuan di area tersebut, yang menunjukkan lempengan itu diproduksi secara lokal. Selain itu, tanda-tanda keausan pada permukaan batu basal, yang disebabkan penggunaan peralatan logam, tampaknya menunjukkan bahwa penduduk setempat yang menemukannya mencoba membersihkan artefak tersebut tanpa memahami maknanya, yang memperkuat keaslian temuan tersebut.
Proses penulisannya rumit dan membutuhkan keterampilan teknis yang tinggi, sehingga tidak mungkin tablet tersebut merupakan pemalsuan modern. Bagi para arkeolog, keaslian prasasti tersebut didasarkan pada konteks arkeologi dan kemiripannya dengan tanda-tanda pra-Kristen lainnya yang ditemukan di wilayah tersebut.