Temuan Fosil Gajah Purba Ungkap Manusia Prasejarah Makan Gajah 300.000 Tahun Lalu
Ilmuwan menemukan fosil gajah purba di Kashmir yang serupa dengan temuan di Turkmenistan.
Ilmuwan menghubungkan fosil tengkorak gajah purba dari Kashmir dengan fosil serupa di Turkmenistan. Mereka mengidentifikasikannya sebagai spesies berbeda dari Palaeoloxodon. Temuan ini dinilai bisa mengisi mengisi kesenjangan dalam pemahaman evolusi gajah selama Pleistosen Tengah.
Fosil gajah raksasa yang sudah punah itu ditemukan di wilayah utara India di Lembah Kashmir. Temuan ini memberikan wawasan baru bagi sejarah evolusi gajah yang selama ini hanya sedikit dipahami.
-
Kapan fosil leluhur gajah ditemukan? Para ahli berhasil menemukan fosil tengkorak lengkap berasal dari 7,5 juta tahun yang lalu di tepi Waduk Yamula di Provinsi Kayseri, Turki Tengah.
-
Dimana fosil leluhur gajah ditemukan? Para ahli berhasil menemukan fosil tengkorak lengkap berasal dari 7,5 juta tahun yang lalu di tepi Waduk Yamula di Provinsi Kayseri, Turki Tengah.
-
Bagaimana manusia di masa lalu hidup dengan gajah? Menelusuri Arca Tanjung Telang, Simbol Manusia yang Hidup Berdampingan dengan Gajah Benda peninggalan zaman Megalitikum ini menjadi menandakan jika manusia pada sudah hidup berdampingan dengan gajah.
-
Di mana fosil gajah dan kura-kura purba ditemukan? Dua fosil hewan purba yakni gading gajah dan tempurung kura-kura belum lama ini ditemukan di Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
-
Apa yang terjadi pada manusia purba sekitar 900.000 tahun lalu? Sebuah penelitian genetik terbaru mengungkap sesuatu yang aneh terjadi pada nenek moyang kita sekitar 900.000 tahun yang lalu.Tiba-tiba, populasi manusia purba mengalami penurunan drastis hingga mencapai jumlah yang sangat sedikit, hanya sekitar 1.300 individu yang berkembang biak.
-
Fosil hewan purba apa yang ditemukan? Fosil tersebut diperkirakan sebagai spesies dari kelas cestoda, juga dikenal sebagai cacing pita.
Dilansir Scitechdaily, fosil kerangka itu dikubur bersama 87 perkakas batu yang digunakan oleh manusia prasejarah. Keseluruhan perkakas itu ditemukan pada akhir 2.000 dipimpin oleh Dr Ghu,an Bhatr dari Univeristas Jammu.
Kini tim peneliti internasional menganalisis fosil kerangka itu untuk menentukan umur dan konteks evolusi dari hewan herbivora raksasa ini.
Tim peneliti yang terdiri dari para ilmuwan dari Museum Sejarah Alam Florida, Museum Inggris, Universitas York, dan Museum Sejarah Alam (London), bersama dengan Dr. Steven Zhang dari Universitas Helsinki, merinci temuan mereka dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Jurnal Paleontologi Vertebrata.\
"Dari bentuk tengkoraknya, cukup terlihat fosil gajah ini adalah spesies Palaeoxodon, atau gajah bergading lurus, salah satu mamalia darat terbesar yang pernah ada. Gajah ini yang sudah dewasa tingginya sekitar 4 meter di bahu dan beratnya 9-10 ton," kata Zhang, seorang paleontologis dari Departemen Geosains dan Geografi Universitas Helsinki.
"Namun yang membingungkan para ahli selama ini adalah fosil Kashmir tidak memiliki puncak yang menebal dan menonjol ke depan di bagian atap tengkorak yang menjadi ciri khas tengkorak Palaeoloxodon lain yang ditemukan di India."
Penelitian terkini menyimpulkan jambul tengkorak pada gajah yang telah punah ini menjadi lebih menonjol seiring dengan perkembangan dan kematangan seksual.
Ini berarti setelah spesimen dapat ditentukan usianya dengan memeriksa giginya, akan mungkin untuk membandingkan tengkorak dari individu dengan tingkat kematangan yang sama.
Dengan mengukur dekomposisi protein dalam email gigi tengkorak Kashmir Palaeoloxodon, dan memeriksa perkakas batu yang terkubur di samping sisa-sisa gajah, tim menyimpulkan fosil Kashmir berasal dari periode Pleistosen Tengah 300.000–400.000 tahun lalu, sangat mirip dengan perkiraan usia tengkorak Turkmenistan.
Hal ini mendukung keyakinan bahwa kedua tengkorak tersebut mewakili spesies yang berbeda dari Palaeoloxodon Eurasia lainnya.
Palaeoloxodon pertama kali berevolusi di Afrika sekitar 1 juta tahun yang lalu; bentuk Afrika awal ini memiliki dahi yang sempit dan cembung serta puncak tengkorak yang kurang berkembang.
Palaeoloxodon kemudian, yang paling dikenal dari fosil yang ditemukan di Eropa dan India, memiliki dahi yang sangat lebar dan pipih yang sering dikaitkan dengan puncak tebal yang menjorok ke depan dari atap tengkorak.