Teknologi AI Berhasil Terjemahkan Gulungan Teks Yunani Kuno yang Terkubur Selama 2000 Tahun, Begini Isinya
Mahasiswa dari tiga negara berhasil menerjemahkan teks ini menggunakan AI, mendapat hadiah sekitar Rp10,9 miliar.
Mahasiswa dari tiga negara berhasil menerjemahkan teks ini menggunakan AI, mendapat hadiah sekitar Rp10,9 miliar.
Teknologi AI Berhasil Terjemahkan Gulungan Teks Yunani Kuno yang Terkubur Selama 2000 Tahun, Begini Isinya
Tim peneliti mahasiswa berhasil memecahkan salah satu misteri terbesar dalam arkeologi dengan mengungkap isi tulisan Yunani di dalam gulungan papirus yang terbakar, yang terkubur 2.000 tahun lalu akibat letusan Gunung Vesuvius di Pompeii.
Sumber: Scientific American
-
Bagaimana cara AI membaca manuskrip kuno? Gunakan AI Mengutip Daily Mail UK, Rabu, (18/10), untuk menghindari kerusakan berlebih pada manuskrip, seorang professor ilmu komputer bernama Seales, dan para tim nya menggunakan akselerator partikel untuk melakukan pemindaian beresolusi tinggi pada bagian dalam gulungan.
-
Apa yang diuraikan oleh AI dari gulungan kuno? Penemuan tempat pemakaman Plato akhirnya terungkap berkat penguraian gulungan kuno menggunakan kecerdasan buatan (AI). Gulungan ini ditemukan di Herculaneum, situs kuno dekat Pompeii yang hancur akibat letusan Gunung Vesuvius di 79 Masehi. Salah satu gulungan yang terkarbonisasi memuat tulisan Philodemus dari Gadara, seorang filsuf Epicurean yang merinci sejarah Akademi yang didirikan Plato di abad keempat SM.
-
Bagaimana kecerdasan buatan merekonstruksi bahasa kuno? Video ini diunggah oleh sebuah saluran bernama Equator AI, dan sesuai nama salurannya, bahasa-bahasa kuno ini dibuat dengan teknologi kecerdasan buatan (AI). Melalui video-video ini, penonton diajak 'berkelana melintasi waktu untuk mendengarkan logat bahasa yang terlupakan. Di mana setiap satu di antaranya diteliti secara hati-hati dan diucapkan dengan mahir,' menurut caption yang ditulis di kanal ini.
-
Bagaimana teks kuno diterjemahkan? Di bawah bimbingan dan kolaborasi dua rekan penulisnya, ahli Mesir Christian Casey dan Jen Thum, Hoffen menghabiskan waktu selama tiga setengah tahun untuk menerjemahkan hieroglif ke dalam bentuk prosa modern dan mengumpulkan gambar-gambar untuk menceritakan kisah Kheti dan Pepi.
-
Mengapa gulungan kuno diuraikan oleh AI? Para arkeolog bersepakat menggunakan AI untuk mengurai gulungan kuno yang diduga petunjuk makam Plato.
-
Siapa penerjemah teks kuno? Remaja 16 tahun bernama Michael Hoffen menerjemahkan sebuah buku berusia 4.000 tahun dari Mesir, dengan tokoh utamanya yang juga seorang remaja.
Mahasiswa yang terdiri dari tiga orang ini menjadi pemenang kontes yang disebut Tantangan Vesuvius. Gulungan kertas kuno itu berisi karya filosofis yang sebelumnya tidak diketahui yang membahas indera dan kesenangan. Prestasi ini membuka jalan bagi teknik kecerdasan buatan (AI) untuk menguraikan sisa gulungan secara keseluruhan, yang menurut para peneliti dapat memiliki implikasi revolusioner terhadap pemahaman kita tentang dunia kuno.
Teks kuno itu membahas berbagai sumber kesenangan duniawi seperti musik, rasa caper dan warna ungu.
Mahasiswa yang berasal dari Mesir, Swiss, dan Amerika Serikat ini mendapatkan hadiah sebesar USD700.000 atau sekitar Rp10,9 miliar atas prestasi mereka.
Gulungan kertas ini salah satu dari ratusan papirus yang digali dari sebuah vila mewah Romawi abad ke-18 di Herculaneum, Italia.
Gumpalan abu karbonisasi ini – dikenal sebagai gulungan Herculaneum – adalah satu-satunya perpustakaan yang bertahan dari dunia kuno, namun terlalu rapuh untuk dibuka.
Gulungan papirus ini berisi ratusan kata di lebih dari 15 kolom teks, setara dengan sekitar 5 persen dari keseluruhan gulungan.
Foto: Vesuvius Challenge
Berabad-abad setelah gulungan-gulungan itu ditemukan, banyak orang berusaha membukanya, menghancurkan sebagian dan meninggalkan sebagian lainnya. Para ahli papyrologi masih berupaya menguraikan dan menyatukan teks-teks yang dihasilkan, yang terpisah-pisah yang disimpan di tempat berbeda yaitu di Perpustakaan Nasional Naples, Italia, dan beberapa di Paris, London, dan Oxford, Inggris.
Brent Seales, seorang ilmuwan komputer di Universitas Kentucky, Lexington dan penggagas kontes ini telah mencoba membaca teks-teks tersembunyi ini selama hampir 20 tahun. Timnya mengembangkan perangkat lunak untuk “membuka” permukaan gulungan papirus menggunakan gambar computerized tomography (CT) tiga dimensi. Pada tahun 2019, ia membawa dua gulungan dari Institut de France di Paris ke akselerator partikel Diamond Light Source dekat Oxford untuk melakukan pemindaian resolusi tinggi.
Namun, memetakan permukaannya memakan waktu, dan tinta berbasis karbon yang digunakan untuk menulis gulungan tersebut memiliki kepadatan yang sama dengan papirus pada CT scan, sehingga tidak mungkin untuk membedakannya dalam pencitraan. Seales dan rekan-rekannya bertanya-tanya apakah model pembelajaran mesin dapat dilatih untuk 'membuka' gulungan dan membedakan tinta. Namun memahami semua data adalah tugas besar bagi tim kecilnya.
Seales didekati oleh pengusaha Silicon Valley, Nat Friedman, yang tertarik dengan gulungan Herculaneum setelah menonton kuliah umum Seales secara online. Friedman menyarankan untuk membuka tantangan bagi para kontestan. Dia menyumbangkan USD125.000 untuk meluncurkan upaya tersebut dan mengumpulkan ratusan ribu lagi di Twitter, dan Seales merilis perangkat lunaknya bersama dengan pemindaian resolusi tinggi. Tim meluncurkan Tantangan Vesuvius pada bulan Maret 2023, dengan menetapkan hadiah utama untuk membaca 4 bagian, masing-masing berisi setidaknya 140 karakter, sebelum akhir tahun.
Isi dari sebagian besar gulungan Herculaneum yang dibuka sebelumnya berkaitan dengan aliran filsafat Epicurean, dan tampaknya telah membentuk perpustakaan kerja seorang pengikut filsuf Athena Epicurus, yang hidup dari tahun 341 hingga 270 SM, bernama Philodemus.
Selain cita rasa dan pemandangan yang menyenangkan, di dalamnya juga terdapat sosok bernama Xenophantus, kemungkinan adalah pemain seruling dengan nama tersebut yang disebutkan oleh penulis kuno Seneca dan Plutarch, yang permainannya yang menggugah rupanya menyebabkan Alexander Agung meraih senjatanya.
Pencapaian ini juga kemungkinan akan memicu perdebatan mengenai apakah penyelidikan lebih lanjut harus dilakukan di vila Herculaneum, yang seluruh tingkatnya belum pernah digali. Ahli meyakini perpustakaan utama vila tidak pernah ditemukan, dan ribuan gulungan lainnya mungkin masih berada di bawah tanah.
Teknik pembelajaran mesin yang dipelopori oleh Seales dan kontestan Vesuvius Challenge kini dapat digunakan untuk mempelajari jenis teks tersembunyi lainnya, seperti karton, papirus daur ulang yang sering digunakan untuk membungkus mumi Mesir.
Langkah selanjutnya adalah menguraikan satu karya utuh. Friedman telah mengumumkan serangkaian hadiah Tantangan Vesuvius baru untuk tahun 2024, dengan tujuan membaca 85 persen gulungan pada akhir tahun.
Terkait pencapaian ini, dia mengatakan “terasa seperti keajaiban".
“Saya tidak percaya ini berhasil," pungkasnya.