Teknologi ini Jadi Penyelamat Gulungan Teks Kerajaan Romawi Berusia 2000 Tahun yang Masih Misterius, Isi Naskahnya di Luar Dugaan
Isi naskah tersebut pernah dianalisis menggunakan teknologi, namun gagal.
Isi naskah tersebut pernah dianalisis menggunakan teknologi, namun gagal.
Teknologi ini Jadi Penyelamat Gulungan Teks Kerajaan Romawi Berusia 2000 Tahun yang Masih Misterius, Isi Naskahnya di Luar Dugaan
Tiga mahasiswa memenangkan hadiah USD700.000 atau Rp 10 miliar setelah berhasil mengurai isi gulungan teks berusia 2.000 tahun.
Isi teks tersebut tak bisa dibaca lantaran terbakar selama letusan Gunung Vesuvius di Italia pada 79AD.
-
Bagaimana cara AI membaca manuskrip kuno? Gunakan AI Mengutip Daily Mail UK, Rabu, (18/10), untuk menghindari kerusakan berlebih pada manuskrip, seorang professor ilmu komputer bernama Seales, dan para tim nya menggunakan akselerator partikel untuk melakukan pemindaian beresolusi tinggi pada bagian dalam gulungan.
-
Apa yang diuraikan oleh AI dari gulungan kuno? Penemuan tempat pemakaman Plato akhirnya terungkap berkat penguraian gulungan kuno menggunakan kecerdasan buatan (AI). Gulungan ini ditemukan di Herculaneum, situs kuno dekat Pompeii yang hancur akibat letusan Gunung Vesuvius di 79 Masehi. Salah satu gulungan yang terkarbonisasi memuat tulisan Philodemus dari Gadara, seorang filsuf Epicurean yang merinci sejarah Akademi yang didirikan Plato di abad keempat SM.
-
Mengapa gulungan kuno diuraikan oleh AI? Para arkeolog bersepakat menggunakan AI untuk mengurai gulungan kuno yang diduga petunjuk makam Plato.
-
Apa yang ditemukan dalam manuskrip kuno itu? Lembaran Injil ini ditemukan oleh spesialis abad pertengahan dari Akademi Ilmu Pengetahuan Austria (OeAW), Grigory Kessel. Setelah dianalisis, penemuan ini merupakan salah satu terjemahan Injil tertua yang berasal dari abad ke-3 dan ke-6. Rupanya, dua halaman manuskrip itu berisi bagian yang hilang dari injil, yang diterjemahkan dalam bahasa Suriah kuno.
-
Bagaimana kecerdasan buatan merekonstruksi bahasa kuno? Video ini diunggah oleh sebuah saluran bernama Equator AI, dan sesuai nama salurannya, bahasa-bahasa kuno ini dibuat dengan teknologi kecerdasan buatan (AI). Melalui video-video ini, penonton diajak 'berkelana melintasi waktu untuk mendengarkan logat bahasa yang terlupakan. Di mana setiap satu di antaranya diteliti secara hati-hati dan diucapkan dengan mahir,' menurut caption yang ditulis di kanal ini.
-
Kapan manuskrip kuno itu dibuat? Setelah dianalisis, penemuan ini merupakan salah satu terjemahan Injil tertua yang berasal dari abad ke-3 dan ke-6.
Mengutip BBC, Jumat (9/2), mahasiswa itu menggunakan artificial intelligence (AI) untuk “membuka” isi teks yang terbakar itu. Teks tersebut diperkirakan milik ayah mertua Julius Caesar yang berisi tentang musik dan makanan. Para ahli menyebut terobosan ini sebagai “revolusi” dalam filsafat Yunani.
Para ahli percaya bahwa gaya penulisannya adalah tipikal filsuf Yunani Philodemus, yang mengikuti ajaran Epicurus, dan mungkin pernah menjadi filsuf yang tinggal di Herculaneum.
Pada abad ke-18, ratusan gulungan papirus ditemukan di perpustakaan sebuah vila mewah di kota - satu-satunya perpustakaan teks dari zaman Romawi kuno yang dapat ditemukan.
Namun isinya tetap menjadi misteri bagi para ilmuwan. Benda-benda tersebut terbakar parah oleh puing-puing vulkanik sehingga ketika mereka mencoba membuka gulungannya, benda-benda tersebut hancur berantakan di tangan mereka.
Dr Federica, peneliti papyrologi di Universitas Naples, mengatakan “kutukan” ini juga merupakan anugerah keselamatan mereka.Temperatur tinggi dari letusan tersebut mengkarbonisasi dan mengawetkan naskah-naskah yang biasanya membusuk.
Tahun lalu sebuah terobosan muncul ketika Dr Brent Seales dan timnya di Universitas Kentucky menggunakan CT scan resolusi tinggi untuk membuka gulungan teks tersebut.
Sayangnya, tinta karbon hitam yang digunakan pada naskah tersebut tidak dapat terbaca dari papirus itu sendiri.
Kemudian, Dr Seales bekerja sama dengan investor teknologi untuk meluncurkan Vesuvius Challenge, hadiah sebesar $1 juta (£790,000) bagi siapa saja yang dapat menemukan solusi.
Sebuah tim yang terdiri dari tiga mahasiswa, yang tidak bekerja di bidang filsafat tetapi teknologi, menyadari bahwa kecerdasan buatan mungkin dapat memberikan solusi.
Youssef Nader, seorang mahasiswa PhD di Berlin, Luke Farritor, seorang mahasiswa magang dan SpaceX, dan Julian Schillinger, seorang mahasiswa Robotika Swiss, membangun model AI yang mampu mengerjakan huruf melalui penggunaan pengenalan pola.
Model tersebut sejauh ini telah memecahkan 2.000 karakter Yunani yang tertulis dalam salah satu dari empat gulungan yang dipindai oleh tim Dr Seales – yang mana hanya 5 persen dari teks.
Tim di balik Vesuvius Challenge berharap teknologi ini dapat digunakan untuk membaca 90 persen dari keempat gulungan yang dipindai tahun ini dan akhirnya mencapai 800 gulungan.