Profesor Ini Menggelar “Sayembara” Bagi Ilmuwan yang Bisa Baca Gulungan Kuno Berusia 2000 Tahun, Segini Hadiahnya
AI menjadi alat yang dapat membaca gulungan kuno 2000 tahun.
AI menjadi alat yang dapat membaca gulungan kuno 2000 tahun.
Profesor Ini Menggelar “Sayembara” Bagi Ilmuwan yang Bisa Baca Gulungan Kuno Berusia 2000 Tahun, Segini Hadiahnya
Misteri gulungan berusia ribuan tahun berhasil dibongkar oleh para ilmuwan menggunakan kecanggihan AI. Gulungan ini ditemukan pada masa letusan Gunung Vesuvius tahun 79 M.
Ketika meletus pada tahun 79 M, kota Herculaneum terkubur oleh banjir dan abu vulkanik yang berhasil menghancurkan perpustakaan berisi lebih dari 1.800 manuskrip.
-
Apa yang diuraikan oleh AI dari gulungan kuno? Penemuan tempat pemakaman Plato akhirnya terungkap berkat penguraian gulungan kuno menggunakan kecerdasan buatan (AI). Gulungan ini ditemukan di Herculaneum, situs kuno dekat Pompeii yang hancur akibat letusan Gunung Vesuvius di 79 Masehi. Salah satu gulungan yang terkarbonisasi memuat tulisan Philodemus dari Gadara, seorang filsuf Epicurean yang merinci sejarah Akademi yang didirikan Plato di abad keempat SM.
-
Mengapa gulungan kuno diuraikan oleh AI? Para arkeolog bersepakat menggunakan AI untuk mengurai gulungan kuno yang diduga petunjuk makam Plato.
-
Bagaimana kecerdasan buatan merekonstruksi bahasa kuno? Video ini diunggah oleh sebuah saluran bernama Equator AI, dan sesuai nama salurannya, bahasa-bahasa kuno ini dibuat dengan teknologi kecerdasan buatan (AI). Melalui video-video ini, penonton diajak 'berkelana melintasi waktu untuk mendengarkan logat bahasa yang terlupakan. Di mana setiap satu di antaranya diteliti secara hati-hati dan diucapkan dengan mahir,' menurut caption yang ditulis di kanal ini.
-
Siapa penerjemah teks kuno? Remaja 16 tahun bernama Michael Hoffen menerjemahkan sebuah buku berusia 4.000 tahun dari Mesir, dengan tokoh utamanya yang juga seorang remaja.
-
Apa yang ditemukan dalam manuskrip kuno itu? Lembaran Injil ini ditemukan oleh spesialis abad pertengahan dari Akademi Ilmu Pengetahuan Austria (OeAW), Grigory Kessel. Setelah dianalisis, penemuan ini merupakan salah satu terjemahan Injil tertua yang berasal dari abad ke-3 dan ke-6. Rupanya, dua halaman manuskrip itu berisi bagian yang hilang dari injil, yang diterjemahkan dalam bahasa Suriah kuno.
-
Bagaimana AI membantu arkeolog? Dengan menggabungkan kemampuan-kemampuan ini, AI menawarkan wawasan baru dan peluang menarik untuk menciptakan pengetahuan dari arsip arkeologi untuk penelitian kontemporer dan masa depan.
Ribuan tahun kemudian pada tahun 1750-an, pernah dilakukan penggalian untuk mencari lokasi perpustakaan dan sejumlah gulungan yang terkubur.
Sayangnya, terdapat banyak sekali gulungan yang hancur atau dibuang karena dianggap sebagai bongkahan arang dari hasil letusan.
Tidak hanya itu, karena usianya sudah cukup lama, sebagian manuskrip juga hancur selama proses pengecekan.
Namun, berkat teknologi yang semakin canggih, maka para ilmuwan menemukan cara yang lebih aman dengan potensi rendah merusak bentuk aslinya.
Gunakan AI
Mengutip Daily Mail UK, Rabu, (18/10), untuk menghindari kerusakan berlebih pada manuskrip, seorang professor ilmu komputer bernama Seales, dan para tim nya menggunakan akselerator partikel untuk melakukan pemindaian beresolusi tinggi pada bagian dalam gulungan.
Hal ini karena usia manuskrip yang mereka temukan ternyata sudah berusia 1700 tahun berada di dalam tanah.
Meskipun sudah tidak ada tinta yang tersisa, Professor Seales, membuat sebuah gambar 3D dari kedua gulungan tersebut, dan menggunakan AI untuk membaca tanda halus yang dihasilkan oleh guratan tinta. Ketika diperiksa, ternyata kedua gulungan tersebut diyakini mili Lucius Calpurnius Piso Caesoninus, yang merupakan ayah mertua Julius Caesar.
Oleh karena itu, Professor Seales, membuat hadiah bagi para ilmuwan untuk mengungkapkan isinya.
Hasilnya, ada dua ilmuwan komputer yakni Farritor, seorang pekerja magang di SpaceX, berhasil memenangkan hadiah sebesar USD 40,000 karena berhasil memecahkan sepuluh huruf pertama.
Kemudian, Nader, mahasiswa pascasarjana biorobotika yang memenangkan USD 10,000 berkat usahanya dalam memperjelas gambar manuskrip.
Meskipun Farritor dan Nader hanya mampu membaca 10 manuskrip dari perpustakaan di Herculaneum, tetapi penemuan ini membuka pintu bagi para ilmuwan lainnya untuk membaca lebih banyak gulungan dari Herculaneum.
Karena melihat keberhasilan keduanya, para ilmuwan ditantang oleh Professor Seales untuk mengungkap lebih banyak lagi isi dari teks, dan karya dalam manuskrip perpustakaan Herculaneum.
Hadiah yang akan didapatkan oleh pemenang utama yakni sebesar USD 700,000 pada akhir tahun 2023.
“Tantangan yang kami hadapi adalah merekrut lebih dari seribu tim peneliti untuk menangani masalah yang biasanya melibatkan lima orang,” tambah Profesor Seales.