34 Wartawan Istana era Soeharto luncurkan buku
Ide Buku '34 Wartawan Istana Bicara Tentang Pak Harto' muncul ketika diadakan reuni wartawan Istana.
Para jurnalis yang tergabung dalam Persaudaraan Wartawan Istana Negara (PEWARIS) meluncurkan buku berjudul '34 Wartawan Istana Bicara Tentang Pak Harto'. Bekerjasama dengan Universitas Mercu Buana (UMB), sebanyak 34 wartawan senior berhasil menuangkan tulisan mereka dalam dua versi.
Versi pertama adalah nuansa human interest sesuai dengan kesan dan kenangan serta pengalaman masing-masing, sementara versi kedua adalah nuansa semi tematik.
-
Bagaimana cara Soeharto memilih wakil presiden di era Orde Baru? Menurut Soeharto, tim ini yang akan memberikan penilaian akhir dari nama-nama yang muncul untuk menjadi wakil presiden Soeharto."Saya tidak sendiri memilih wakil presiden," kata Soeharto.
-
Siapa yang berencana meracuni Soeharto? Rupanya tamu wanita yang tidak kami undang itu berencana meracuni kami sekaluarga," kata Soeharto.
-
Kapan Soeharto bertugas di Sulawesi Selatan? Soeharto dan keluarga BJ Habibie sudah saling kenal dan dekat sejak tahun 1950. Kala itu, Soeharto berdinas di Sulawesi Selatan dan kebetulan rumah BJ Habibie tepat di depan markasnya, Brigade Mataram.
-
Kapan Soeharto mendapat gelar Jenderal Besar? Presiden Soeharto mendapat anugerah jenderal bintang lima menjelang HUT Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ke-52, tanggal 5 Oktober 1997.
-
Bagaimana Soeharto menghadapi serangan hoaks? Soeharto menganggap, pemberitaan hoaks yang menyerang dirinya dan keluarganya sebagai ujian. "Tapi tidak apa-apa, ini saya gunakan sebagai suatu ujian sampai di mana menghadapi semua isu-isu yang negatif tersebut. Sampai suatu isu tersebut sebetulnya sudah merupakan penfitnahan," ungkap Soeharto. Meski sering diserang hoaks, Presiden Soeharto memilih berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ditambah dengan senyum dan canda tawa.
-
Kapan Soeharto ditugaskan ke Markas Besar Angkatan Darat di Bandung? Menjelang Perang Pasifik pecah, Sersan Soeharto ditugaskan ke Markas Besar Angkatan Darat di Bandung sebagai pasukan cadangan.
Beberapa wartawan yang terlibat di dalam penulisan buku ini di antaranya Daud Sinja (Direktur Utama Harian Sinar Harapan), Dr. Toeti Kakiailatu (Redaktur Majalah Tempo), H. Ernesto Barcelona (Wartawan Harian Pelita) dan sejumlah wartawan senior lain yang tergabung di dalam PEWARIS.
Rektor Universitas Mercu Buana Arissetyanto Nugroho mengungkapkan kegembiraannya karena pihaknya telah terlibat dalam pembuatan buku ini.
"Buku ini berisikan sisi lain dari sosok Pak Harto, the other side of Soeharto, di mata para wartawan. Ini sudah merupakan taruhan reputasi yang tidak diragukan lagi, karena wartawan yang bertanggung jawab tidak akan menulis sesuatu tanpa melakukan verifikasi atas data yang ditulisnya," kata Arissetyanto dalam peluncuran buku '34 Wartawan Istana Bicara Tentang Pak Harto', di Wisma Antara, Jakarta Pusat, Rabu (27/3).
Menurutnya, para wartawan yang berkontribusi di dalam buku ini bukanlah wartawan biasa karena mereka mencatat sebuah sejarah besar di Indonesia.
"Mereka yang menulis di dalam buku ini adalah wartawan senior dengan jam terbang tinggi. Media massa pada waktu itu memang tidak menugaskan reporter atau wartawan muda untuk meliput kegiatan kepresidenan," ujarnya.
Koos Arumdanie selaku Ketua Tim Koordinator PEWARIS berharap agar penerbitan buku pertama ini bisa memberikan gambaran celah-celah awak media di seputar Pak Harto dan bermanfaat untuk pembaca.
"Demikian pula tulisan semi tematik yang menyajikan sekilas tentang kebijakan pemerintahan almarhum presiden Soeharto," kata Arum.
(mdk/ren)