4 Cerita mitos terkait meletusnya Gunung Kelud
Salah satunya soal cerita yang menyebut kawah Gunung Kelud adalah kuburan dari keris milik Mpu Gandring.
Setelah melewati fase kritis, Gunung Kelud akhirnya meletus pada Kamis lalu. Gunung yang terletak di Kediri ini memuntahkan isi perutnya hingga belasan kilometer ke langit dan membuat Jawa tertutup debu vulkanik.
Akibat kejadian ini 7 orang dilaporkan tewas. Tiga warga Kediri dan 4 warga Kabupaten Malang, serta membuat ribuan orang mengungsi.
Namun banyak kisah di balik erupsi gunung yang berjarak sekitar 27 Km dari pusat Kota Kediri ini. Kisah-kisah mistis dan mitos pun berkembang seputar meletusnya gunung yang memiliki ketinggian 1.700 Mdpl ini.
Salah satunya soal cerita yang menyebut kawah Gunung Kelud adalah kuburan dari keris milik Mpu Gandring. Berikut beberapa kisah mistis dan mitos terkait meletusnya Gunung Kelud.
-
Kapan Gunung Merapi meletus? Awan panas guguran itu terjadi pukul 20.26 WIB yang mengarah ke barat daya (Kali Bebeng) arah angin ke timur.
-
Kapan Gunung Semeru meletus? Gunung Semeru terus bergejolak dalam beberapa pekan terakhir. Terbaru gunung tertinggi di Pulau Jawa itu kembali erupsi pada Minggu (31/12) dini hari. Letusannya disertai lontaran abu yang mengarah ke arah selatan dan barat daya.
-
Kapan Gunung Seulawah Agam meletus? Dari segi sejarah erupsinya, tidak diketahui pasti kapan terjadinya letusan tersebut.
-
Kapan Gunung Dempo meletus? Gunung Dempo Pagaralam, Sumatera Selatan, mengalami erupsi dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 2.000 meter di atas puncak, Selasa (25/7) pukul 21.15 WIB.
-
Apa yang terlihat meluncur dari kawah Gunung Merapi? Semakin dekat ke puncak, terlihat sebuah guguran lava meluncur dari kawah dengan batu-batunya yang masih merah memancarkan nyala api.
-
Kenapa Bukit Turgo dan Bukit Plawangan dianggap lebih tua dari Gunung Merapi? Tapi siapa sangka, keberadaan kedua bukit ini jauh mendahului Merapi hingga puluhan ribu tahun lamanya. Dikutip dari Jogjaprov.go.id, Bukit Turgo dan Plawangan masuk ke dalam Endapan Merapi Tua yang berumur Kuartel Awal.
Mitos amarah Mahesasura saat kelud meletus
Bagi masyarakat setempat, Gunung Kelud memang lekat dengan mitos Dewi Kili Suci dan Mahesasura. Ketika Gunung Kelud meletus, berarti Mahesasura, si manusia berkepala kerbau itu sedang marah, mengejar-ngejar putri impiannya bernama Dewi Kili Suci di Kerajaan Daha, Kediri.
Kisah Dewi Kili Suci dan Mahesasura ini tercatat dalam naskah-naskah periode klasik Indonesia, misalnya kitab Pararaton dan perjalanan Bujangga Manik. Tokoh Dewi Kili Suci erat kaitannya dengan Gunung Kelud dan cerita Panji (dongeng klasik).
Konon, kisah Dewi Kili Suci ini dihubungkan dengan dongeng terciptanya Gunung Kelud. Dikisahkan semasa muda Kili Suci dilamar oleh seorang manusia berkepala kerbau bernama Mahesasura. Kili Suci bersedia menerima lamaran itu asalkan Mahesasura mampu membuatkannya sebuah sumur raksasa.
Sumur raksasa pun tercipta berkat kesaktian Mahesasura. Namun sayang, Mahesasura jatuh ke dalam sumur itu karena dijebak Kili Suci. Para prajurit Kadiri atas perintah Kili Suci menimbun sumur itu dengan batu-batuan. Timbunan batu begitu banyak sampai menggunung, hingga akhirnya terciptalah Gunung Kelud.
Oleh sebab itu, apabila Gunung Kelud meletus, daerah Kediri selalu menjadi korban, sebagai wujud kemarahan arwah Mahesasura. "Muring-muringe mbek wong Kediri, mergo mburu putri Kediri. (Marah-marahnya sama orang Kediri, karena memburu putri Kediri)," kata Muhammad Zabidi, warga Srengat Blitar, 20 kilo meter dari puncak Kelud, Jumat (14/2).
Zabidi mengatakan, orang-orang sekitar Gunung Kelud masih mempercayai mitos itu. Maka dari itu, ketika gunung dengan ketinggian 1,731 meter itu meletus, orang-orang sekitar gunung dari Blitar merasa tenang-tenang saja. "Mergo aliran lahar panase ke arah Kediri. Blitar endak kok. Ndak pernah sampai mematikan," ujarnya.
Wage keramat bagi Gunung Kelud
Bagi warga Kediri terutama yang tinggal tak jauh dari lereng Gunung Kelud ada istilah yang disebut dengan Wage keramat. Wage ini dianggap keramat karena berkenaan dengan meletusnya Gunung Kelud.
Wage adalah salah satu pasaran di hari Jawa (Pahing, Pon, Kliwon dan Legi). Sebagian orang percaya bahwa Gunung Kelud akan marah atau meletus di pasaran Wage tersebut.
Hal ini tentu bukan tanpa argumen. Bagi masyarakat Jawa yang masih percaya ilmu titen (ingatan) selama ini Gunung yang berada di 27 Km dari Pusat Kota Kabupaten Kediri itu selalu meletus di hari pasaran Wage. Tak heran sebagian warga terutama yang tua selalu mengidentikkan letusan Gunung Kelud dengan pasaran Wage.
Saat Gunung Kelud erupsi kemarin malam, warga pun mau tak mau kembali menoleh dengan kepercayaan titen tersebut. Benarkah Gunung Kelud punya hubungan khusus dengan Wage.
Kamis (13/2) kemarin bertepatan dengan Kamis Kliwon, namun dalam hitungan Jawa letusan Gunung Kelud semalam masuk dalam hitungan Jumat Wage. Dalam hitungan Jawa, waktu setelah Magrib dianggap sudah berganti hari, dengan kata lain, letusan Gunung Kelud semalam masuk dalam hari Jumat pasaran Wage atau Jumat Wage.
Gunung Kelud kuburan keris Mpu Gandring
Gunung Kelud memiliki legenda yang panjang di negeri ini. Saat Kerajaan Majapahit berjaya, Gunung Kelud juga sempat meletus. Letusan Kelud menjadi perhatian raja terbesar Kerajaan Majapahit saat itu: Hayam Wuruk. Bahkan, konon kawah Kelud dijadikan tempat membrangus aura jahat keris Mpu Gandring oleh Raja Singosari saat itu: Wisnuwardana.
Keris Mpu Gandring sendiri terbuat dari bongkahan logam yang jatuh dari langit atau meteorit. Bongkahan logam itu diduga memiliki aura yang sangat jahat dan haus darah. Terbukti, nyawa sang empu alias yang membuat keris Mpu Gandring tewas oleh keris ini. Selain itu Mpu Gandring juga menewaskan prajurit Keboijo, Ken Arok dan Anusapati. Setelah membunuh Anusapati dengan keris Empu Gandring, Tohjaya naik tahta menjadi Raja Singosari.
Soal keberadaan Gunung Kelud, konon, kawah gunung itu sebenarnya merupakan kuburan dari keris Mpu Gandring. Meski kebenaran atas kisah ini masih perlu pembuktian, namun banyak warga yang terlanjur mempercayainya.
Larung saji untuk tolak bala
Terlepas dari bencana meletusnya gunung yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang ini, terdapat sebuah ritual adat yang selalu dilakukan di kawah Gunung Kelud yaitu Larung Sesaji. Upacara adat yang diadakan setiap bulan suro ini biasa digelar di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.
Menurut cerita masyarakat setempat, larung sesaji dimaksudkan untuk menolak bala sumpah Lembu Suro yang ditipu Dewi Kilisuci. Namun bagi umat Hindu sendiri, ritual suci ini diselenggarakan sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi, dan juga bentuk rasa hormat pada penguasa Gunung Kelud.
Ada beragam sesaji yang dibawa dalam ritual suci ini, mulai dari nasi, sayuran, lauk pauk, dan buah-buahan. Dalam ritual larung sesaji, masyarakat setempat biasanya membawa dua jenis tumpeng, yakni tumpeng nasi putih dan kuning. Tumpeng itu dilengkapi dengan aneka lauk-pauk, seperti telor, tahu, tempe, urap, parutan sambal kelapa dan masih banyak lagi. Menariknya, semua sesaji itu dihias dan ditata sedemikian rupa sehingga tampak cantik.
Semua makanan yang dibawa oleh warga kemudian dikumpulkan di tengah. Mereka duduk mengelilinginya sembari mendengarkan pemangku adat membacakan doa. Setelah selesai didoakan, mereka akan berbondong-bondong memperebutkan sesaji berupa makanan tradisional, hasil bumi, sayur-sayuran dan buah-buahan.
(mdk/hhw)