5 Murid SD asal Palu di Makassar enggan dipisah belajar di kelas berbeda
Lima murid SD kelas VI asal Palu korban gempa yang mengungsi ke Makassar dan saat ini bersekolah di SDN Minasa Upa, Kelurahan Gunung Sari, Kecamatan Rappocini, Makassar enggan dipisahkan belajar di kelas berbeda.
Lima murid SD kelas VI asal Palu korban gempa yang mengungsi ke Makassar dan saat ini bersekolah di SDN Minasa Upa, Kelurahan Gunung Sari, Kecamatan Rappocini, Makassar enggan dipisahkan belajar di kelas berbeda.
Kelimanya yang masih kerabat itu awalnya ditempatkan di kelas berbeda yakni kelas VI A dan kelas VI B. Namun karena permintaan mereka akhirnya pihak sekolah menempatkannya di kelas yang sama yakni kelas VI B yang berada di lantai dua gedung sekolah dibimbing ibu guru Mintarsiah, (56) selaku wali kelas.
-
Apa itu pindang tulang iga sapi khas Palembang? Pindang tulang iga sapi dapat menjadi menu alternatif dalam acara makan Anda bersama keluarga.
-
Apa pasal yang menjerat pelaku pembunuhan siswi di Palembang? Para pelaku terjerat pasal penganiayaan dan pencabulan anak yakni pasal 76 C dan Pasal 80 ayat 3 UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara dan denda Rp3 miliar.
-
Di mana letak Pulau Banyak, gugusan pulau yang mempesona di Aceh? Di ujung barat Indonesia tepatnya di Provinsi Aceh, banyak dijumpai gugusan-gugusan pulau kecil yang indah dengan hamparan pasir putih dibalut dengan deru ombak yang begitu memanjakan mata. Salah satu gugusan pulau itu bernama Pulau Banyak yang berada di Kabupaten Aceh Singkil.
-
Apa yang dimaksud dengan Songket Palembang? Songket Palembang adalah kain tradisional dari Sumatra Selatan yang dikenal dengan tenunannya yang rumit dan motifnya yang indah. Kain ini merupakan warisan budaya takbenda yang telah ada sejak zaman Sriwijaya, dan telah menjadi simbol kebanggaan masyarakat Palembang.
-
Mengapa Geguduh sangat digemari di Lampung? Di Lampung, geguduh menjadi salah satu kudapan favorit masyarakat setempat. Hidangan ini sangat cocok untuk teman minum kopi dan disajikan ketika acara-acara tertentu.
-
Kapan patung-patung perunggu itu ditemukan? Namun, baru bulan lalu, muncul pecahan kecil yang tidak teridentifikasi dari genangan lumpur dan air.
Kelima murid ini adalah Muhammad Dirga Farhan, (11), Zafir Rizqul Ramadhan (12), Wini Auliyah onagaya, (11), Zaskiyah Melani Putri, (11) dan Ranum Cahaya Muslimah, (12). Sebenarnya, di Palu, Sulawesi Tengah, ada yang belajar di sekolah yang sama namun ada pula di sekolah yang berbeda. Tapi satu sama lain masih saling kenal karena masih tergolong kerabat. Mereka kini berdiam di salah satu rumah kosong yang dipinjamkan warga setempat di blok AB, BTN Minasa Upa.
Wali kelas, Mintarsiah mengatakan, lima anak ini tidak mau dipisahkan. Katanya harus belajar di satu kelas sehingga mereka pun didudukkan di kelas yang sama. Namun agar mereka tetap konsentrasi belajar, duduknya di bangku yang terpisah. Masing-masing disisipkan duduk di antara murid-murid lama.
"Awalnya duduk berdampingan tapi karena kerap terlihat berbisik-bisik, kemungkinan saling cerita mengenai peristiwa yang pernah mereka alami maka kami pisahkan tempat duduknya. Mereka kita sisipkan di antara murid-murid lama. Ini salah satu cara untuk memulihkan traumanya sekaligus agar mereka tetap fokus belajar," tutur Mintarsiah saat ditemui di SDN Minasa Upa, Rabu, (10/10).
Zafir Rizqul Ramadhan mengakui mereka takut berpisah. Harus selalu bersama karena mereka pun tiba di Makassar bersama-sama. Saat dicoba tanya kisahnya bagaimana mereka semuanya selamat dari bencana gempa dan menginjakkan kaki di Makassar, Zafir enggan bicara.
"Harus sama-sama, jangan pisah," tuturnya.
Jumlah murid asal Palu yang belajar di SDN Minasa Upa ada 11 orang masing-masing ada yang duduk di kelas I hingga kelas VI. Dan hari ini, Rabu, (10/10), ada lagi melapor empat orang tapi belum masuk belajar. Yang sudah masuk belajar dari pekan depan hingga hari ini, kata Mintarsiah, mereka tidak berseragam, hanya baju biasa. Juga tidak bawa buku pelajaran dan peralatan tulis.
"Yang mereka kenakan saat ini adalah bantuan dari sekolah dan para orang tua murid yang menyumbang kemudian kita belikan beberapa pasang baju seragam baru. Demikian juga dengan buku-bukunya. Yang belum ada saat ini adalah baju muslim hitam putih dan baju olah raga tapi sudah ada warga yang menyatakan akan menyiapkan kebutuhan itu," kata Mintarsiah.
Disebutkan, jumlah murid asal Palu yang belajar di SDN Minasa Upa ada 11 orang masing-masing ada yang duduk di kelas I hingga kelas VI. Dan hari ini, Rabu, (10/10), ada lagi melapor empat orang tapi belum masuk belajar. Kesemuanya ini adalah pengungsi Palu yang kini ditampung warga di kompleks BTN Minasa Upa, dekat dengan sekolah.
Hingga mereka belajar di SDN Minasa Upa, tambah wali kelas VI B ini, berasal saat pihak sekolah menyambangi pengungsi untuk memberi bantuan. Saat itulah orang tua dan kerabat dekat anak-anak pengungsi ini menyampaikan maksud untuk belajar di SDN Minasa Upa.
"Kita langsung terima saja karena memang juga telah keluar surat edaran dari Dinas Pendidikan yang meminta sekolah tidak menolak anak-anak asal Palu yang ingin belajar," pungkas Mintarsiah.
Baca juga:
Basarnas evakuasi dua jasad korban tsunami di perairan TNI AL Palu
'Kalau tidak ada Jokowi, akan banyak warga Palu-Donggala mati kelaparan'
Kisah para penjemput dan pengantar jenazah korban gempa Palu
OJK beri kemudahan bagi nasabah dan industri keuangan di Sulteng
Cerita eks Kiper Timnas rumahnya hancur dan keluarga hilang saat gempa Donggala
Melihat Kapal TNI AL yang terdampar akibat tsunami Palu