5 Pernyataan kontroversial Kivlan Zen
Nama Kivlan Zen kembali mencuat ketika mengaku tahu keberadaan 13 orang hilang.
Mantan Kepala Staf Kostrad Mayjen (purn) TNI Kivlan Zen kembali melontarkan pernyataan kontroversial. Sering kali ucapannya membuat situasi perpolitikan semakin memanas.
Sebagai bagian dari anggota tim sukses pasangan Prabowo - Hatta , Kivlan seperti menjadi 'tameng'. Saat serangan gencar ke Prabowo , purnawirawan bintang dua itu sering melakukan serangan balik.
Nama Kivlan kembali mencuat ketika mengaku tahu keberadaan 13 orang hilang. Namun sayangnya Kivlan tidak mau mengungkapkan. Saat dipanggil Komnas HAM pun dia menolak datang.
Berikut pernyataan-pernyataan kontroversial Kivlan Zen yang dirangkum merdeka.com:
-
Kapan Pemilu 2024? Sederet petahana calon legislatif (caleg) yang sempat menimbulkan kontroversi di DPR terancam tak lolos parlemen pada Pemilu 2024.
-
Apa arti Pemilu? Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Pemilu atau Pemilihan Umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Apa yang dimaksud dengan Pemilu? Pemilu adalah proses pemilihan umum yang dilakukan secara periodik untuk memilih para pemimpin dan wakil rakyat dalam sistem demokrasi.
-
Apa itu Pemilu? Pemilihan Umum atau yang biasa disingkat pemilu adalah suatu proses atau mekanisme demokratis yang digunakan untuk menentukan wakil-wakil rakyat atau pemimpin pemerintahan dengan cara memberikan suara kepada calon-calon yang bersaing.
-
Kenapa Pemilu penting? Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Ungkap Wiranto sejak dulu tak suka Prabowo
Mantan Kepala Staf Kostrad Mayjen (purn) TNI Kivlan Zen membeberkan kenapa mantan Panglima ABRI, Jenderal (Purn) TNI Wiranto begitu memusuhi Letjen (Purn) Prabowo Subianto. Bahkan, berharap mantan Pangkostrad itu kalah di Pilpres 9 Juli mendatang.
Hal ini diungkap Kivlan Zen yang juga Deputi Tim Pemenangan Prabowo - Hatta dalam acara diskusi nasional bertema: "Pertahanan Keamanan, Energi, Politik, Ekonomi Sosial dan Budaya dalam Kerangka NKRI" sekaligus acara buka puasa bersama di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (1/7).
Menurut purnawirawan TNI kelahiran Langsa, Aceh, 24 Desember 1946 silam ini, para jenderal senior di tubuh TNI AD, tidak suka dengan Prabowo karena mantan Danjen Kopassus itu bersama alumni Akabri tahun 1971 ke atas, mendukung penuh tampuk kepemimpinan nasional diserahkan kepada sipil atau menghapus Dwi Fungsi ABRI ketika Pemerintah Indonesia kembali stabil.
Dan sesuai rencana, pengelolaan negara oleh sipil itu akan dilakukan setelah tahun 2002. Namun, sebelum rencana itu terwujud, rakyat Indonesia sudah tidak sudi dipimpin oleh Presiden Soeharto. Peristiwa Mei 98-pun pecah.
Soeharto lengser saat reformasi digemakan para mahasiswa pro demokrasi dan elemen masyarakat. "Tapi para jenderal di bawah komando Jenderal Wiranto tidak suka dengan wacana tersebut, sehingga berusaha mati-matian mempertahankan Dwi Fungsi ABRI."
"Makanya pasca-kepemimpinan Pak Harto ( Soeharto ) yang digantikan Pak Habibie (BJ Habibie), Wiranto cs terus berusaha menyingkirkan Prabowo dengan segala cara. Saya ini saksi hidup kalau Prabowo tak terlibat kerusuhan Mei 98," tegas Kivlan.
Sebut uang Rp 100 T masuk dari Singapura untuk pilpres
Kivlan Zen mengaku mendengar ada kapal pengangkut uang Rp 100 triliun dari Singapura masuk ke Indonesia untuk kepentingan Pilpres 9 Juli mendatang.
"Saya dengar itu, dan sudah ramai dikabarkan di media sosial. Ada uang Rp 100 triliun masuk ke Indonesia diangkut dengan kapal dari Singapura," ungkap Kivlan Zen usai menggelar acara diskusi nasional bertema: "Pertahanan Keamanan, Energi, Politik, Ekonomi Sosial dan Budaya dalam Kerangka NKRI" sekaligus acara buka puasa bersama di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (1/7).
Purnawirawan TNI yang juga Deputi Tim Pemenangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa itu juga mengaku tak gentar dengan isu money politics, jika benar uang Rp 100 triliun yang dibawa dari Singapura itu dipergunakan untuk memenangkan lawan politik Prabowo - Hatta.
"Saya tidak menyebut uang itu milik siapa atau apa ada pengusaha dari negara asing yang terlibat di pilpres nanti. Yang jelas itu tidak akan berpengaruh pada eksistensi majunya Prabowo-Hatta," cetus purnawirawan TNI kelahiran Langsa, Aceh, 24 Desember 1946 silam itu.
Meski tidak mengakui nama pihak yang terlibat dan pemilik uang tersebut, yang jelas publik tahu bahwa kompetitor Prabowo-Hatta di Pilpres 9 Juli adalah Joko Widodo - Jusuf Kalla (JK). Kivlan tetap menolak menyebut siapa orang di balik pengiriman Rp 100 triliun dari Singapura ke Indonesia tersebut.
"Telah kita siapkan semuanya, termasuk di masyarakat, juga ada relawan, baik koalisi dari PAN dan PKS, semua kita sebar ke semua TPS, untuk melakukan pemantauan jika ada money politics untuk memenangkan pasangan lain," tegas dia.
Tuding ada bau komunis di belakang Jokowi
Tim sukses Prabowo - Hatta , Kivlan Zen menuding ada ideologi komunis di belakang Capres Joko Widodo ( Jokowi ). Hal itu disampaikan oleh Kivlan di Hotel Crowne, Jl. Gatot Subroto Jakarta, Kamis (26/6).
"Di bidang ideologi, paham-paham komunis emang sudah tidak eksis. Namun masih ada sampai sekarang segelintir dari nomor dua," kata Kivlan Zen.
Menurutnya, indikasi penganut komunis itu terlihat dari sebutan kawan pada pendukung Jokowi . Sebutan itu adalah panggilan kamerad untuk para aktivis komunis.
"Ada foto-foto Jokowi yang bertuliskan kawan Jokowi . Sebutan kawan itu sama-sama sebutan kamerad, itu bau-bau PKI, bau-bau komunis," terangnya.
Selain itu, dia juga mengungkapkan adanya informasi dukungan China untuk membangunkan kembali ideologi komunis. Hal itu terlihat dari banyaknya propaganda yang menyerang wacana nasionalisme yang didengungkan Prabowo .
"Saya mendetek China akan memberikan Rp 15 triliun jika dapat membangun komunis di Indonesia. Sekarang ada indikatornya propaganda dan agitator menjelek-jelekkan Prabowo," ujarnya.
Kivlan tuding pendukung Mega buat kerusuhan 1998
Mantan Kepala Staf Kostrad Mayor Jenderal (Purn) Kivlan Zen membantah keterlibatan Prabowo Subianto dalam kerusuhan Mei '98. Dia menuding ada kelompok yang membuat kerusuhan tersebut yakni para aktivis '98 yang berusaha menggulingkan pemerintahan Presiden Soeharto.
"Kalau mereka menuduh kita, Pak Prabowo, perwira dulu melakukan (pelanggaran) Hak Asasi Manusia (HAM), terutama Forkot (Forum Kota) dari pihak sana menyatakan HAM. Pada waktu peristiwa Mei 98, nanti saya bongkar di depan panel bahwa kelompok sanalah. Bukan Prabowo yang membuat penembakan dan pembakaran-pembakaran," kata Kivlan.
Hal itu dikatakannya usai acara dialog bertajuk 'Menuju Kontrak Politik Mahasiswa' di Gedung Auditorium Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu (18/6).
Lebih lanjut, Kivlan mengklaim bahwa ada para aktivis yang berusaha melakukan kerusuhan di Jakarta.
"Bukan Prabowo karena ada suatu kelompok yang dirancang pada bulan Febuari-Mei mereka membuat rapat untuk kerusuhan dan mereka melakukan kendali itu dari Bogor. Saya tahu semua, kalau saya bongkar ini aib saya," ungkapnya.
Kivlan membantah secara tegas jika mantan Danjen Kopassus itu lepas tanggung jawab dan meninggalkan Indonesia lantaran terlibat kerusuhan. Justru, kata dia, dirinya bersama Prabowo telah menjaga kondisi dan stabilitas Ibu Kota.
"Bukan Prabowo, meninggalkan Jakarta bukan Prabowo, dia bersama saya mengamankan Jakarta karena sudah hancur ini kota. Kita kerahkan pasukan, agar Jakarta tempo 3 hari lagi berhenti kebakaran-kebakaran bukan Prabowo," tegasnya.
Kivlan pun memamerkan foto tragedi 98. Dia menuding ada kelompok yang diduga pendukung Megawati Soekarnoputri yang melakukan kerusuhan tersebut.
"Itu orang yang menjadi kerusuhan, itu Forkot ini saya tunjukan foto-fotonya. Ini yang dibunuh banyak 13 November 1998 kalau saya buka. Tapi saya enggak mau dibongkar. Masih banyak lain. Kalau dibuka bangsa ini terpecah lagi," jelasnya.
"Dia ini yang membuat kekacauan bukan kita. Nah, dari sini pendukung Megawati yang buat kerusuhan ini baru 1 foto dan ini pendukung Megawati kalau mau dibuka HAM sebelum tahun 1999. Kalau mau dibuka ayo. Tapi jangan, saya enggak mau," tandasnya.
Mengaku tahu di mana Wiji Thukul dkk
Kasus penghilangan paksa 13 aktivis pada 1998 kembali mencuat. Pemicunya adalah ucapan Mayor Jendral (Purn) Kivlan Zen di acara Debat tvOne pada Senin (28/4) malam.
Mantan Kepala Staf Kostrad itu mengaku tahu di mana 13 aktivis itu 'dihilangkan'. Untuk diketahui, Kivlan menjabat sebagai Kakostrad pada 1998 atau saat Pangkostrad dijabat Letjen Prabowo Subianto.
"Yang menculik dan hilang, tempatnya saya tahu di mana, ditembak, dibuang," kata Kivlan dalam debat yang dipandu pembawa acara Alfito Deannova.
Bahkan, Kivlan mengatakan, jika nanti disusun sebuah panitia untuk menyelidiki lagi kasus penghilangan 13 aktivis itu, dia bersedia bersaksi.
"Kalau nanti disusun nanti suatu panitia, saya akan berbicara ke mana ke-13 orang itu hilangnya, dan di mana dibuangnya," ujar Kivlan dengan nada berapi-api.
Dalam acara debat itu, Kivlan diposisikan sebagai pembela Prabowo Subianto , mantan Danjen Kopassus yang dituding bertanggung jawab atas penghilangan paksa tersebut. Di kubu Prabowo, ada juga Wakil Ketua Umum Partai Gerinda Fadli Zon.
Sedangkan di kubu lain ada Al Araf dari Imparsial dan Alvon Kurnia dari YLBHI. Bersama sejumlah LSM, dua lembaga itu adalah yang menyatakan menolak capres pelanggar HAM. Dalam penolakannya, mereka dengan tegas menyebut nama Prabowo Subianto, capres Partai Gerindra.