74 Dari 130 peluru bersarang di kepala orangutan yang mati di Kaltim
"Sedangkan di dalam usus besarnya, ada 3 biji buah kelapa sawit dan lambungnya, juga berisi buah nanas," ungkap Ramadhani.
Tim medis gabungan merampungkan proses autopsi orangutan jantan di Kalimantan Timur yang mati mengenaskan, sejak Selasa (6/2), hingga dini hari tadi. Hasilnya, ditemukan 130 peluru senapan angin, 19 luka menganga, telapak kaki kiri hilang hingga 2 mata buta akibat peluru bersarang di sekitar mata.
Autopsi berjalan 4 jam, yang dilakukan di RS Pupuk Kaltim Bontang itu, juga dihadiri Polres Bontang, Polres Kutai Timur, tim Centre for Orangutan Protection (COP) dan juga Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
-
Bagaimana cara tim di lapangan mengevakuasi induk Orangutan? "Tim di lapangan berhasil evakuasi induknya hari Sabtu sekitar jam 9 pagi. Tapi anaknya, saat tim mengevakuasi, memisahkan diri dari induknya dan masuk cepat ke dalam hutan," kata Kepala BKSDA Kalimantan Timur, Ari Wibawanto, dikonfirmasi merdeka.com, Senin (25/9).
-
Bagaimana orangutan menunjukkan kecerdasannya? Para peneliti mengamati bagaimana orangutan dengan cekatan menggunakan alat improvisasi dari lingkungan sekitarnya dan membangun struktur serupa untuk mendapatkan perlindungan dari hujan. Tingkat adaptasi dan pemahaman 'mengapa' ini menjadi sorotan unik dari kecerdasan orangutan.
-
Kenapa orangutan induk itu diduga sakit? "Jadi, induk Orangutan yang kita amankan dan selamatkan ini, kecurigaannya punya penyakit," Ari menambahkan.
-
Kapan garis keturunan Gigantopithecus terpisah dari orangutan? Garis keturunan kera besar diketahui berpisah dari sepupunya itu sekitar 12 juta-10 juta tahun lalu, kata peneliti.
-
Di mana petani Pangandaran bercocok tanam di hutan? Mereka harus berjalan jauh dari tempat tinggal, bahkan harus menginap di saung-saung yang dibangun untuk beristirahat dan mengumpulkan hasil panen sayur dan buah.
-
Kapan Hari Tapir Sedunia diperingati? Tahukah Anda, tanggal 27 April diperingati sebagai Hari Tapir Sedunia? Ya, sejak tahun 2008 lalu, setiap tanggal 27 April menjadi momentum peringatan tersebut.
Hasil rontgen, ditemukan sedikitnya 130 peluru senapan angin yang bersarang 74 butir di kepala, 23 butir di tangan kiri dan kanan, 16 butir di kaki kiri dan kanan, dan 17 peluru di dada.
"Tapi, tim autopsi hanya mampu mengeluarkan 48 butir," kata Manajer Perlindungan Habitat Center for Orangutan Protection (COP) Ramadhani, kepada merdeka.com, Rabu (7/2) pagi.
Autopsi orangutan ©2018 Merdeka.com
Hasil autopsi lainnya yang mencengangkan adalah kondisi 2 mata orangutan yang buta, disebabkan sejumlah peluru yang bersarang di kedua mata, juga ditemukan adanya lubang 5 milimeter di pipi kiri, gigi taring bawah di sebelah kiri juga patah.
"Ada 19 luka terbuka yang masih baru, diperkirakan akibat benda tajam. Sementara, telapak kaki kirinya juga tidak ada dan itu adalah luka lama," ujar Ramadhani.
Masih dari hasil autopsi, di bagian testis sebelah kanan, juga ditemukan luka sayatan dan mengakibatkan infeksi, lebam di paha kiri, dada kanan dan tangan kiri yang diperkirakan akibat benda tumpul.
"Sedangkan di dalam usus besarnya, ada 3 biji buah kelapa sawit dan lambungnya, juga berisi buah nanas," ungkap Ramadhani.
Dijelaskan, 130 butir peluru senapan angin yang bersarang di bayi orangutan itu, terbanyak dalam sejarah konflik antara Orangutan dan manusia, di Indonesia.
"Penyebab kematiannya, sementara diperkirakan akibat adanya infeksi akibat luka lama maupun luka baru. Lemahnya penyelesaian kasus, dan minimnya kesadaran masyarakar, menjadikan kasus ini terus berulang," tegas Ramadhani.
Masih disampaikan Ramadhani, COP berkoordinasi bersama kepolisian dan KLHK, agar kasus ini bisa segera terungkap. Menilik, pengalaman 2 pekan lalu, kejadian serupa juga terungkap oleh Polda Kalteng dan Bareskrim Polri.
"Semestinya kasus ini menjadi hal yang memalukan bagi kita semua, di tengah upaya pemerintah, melakukan strategi dan rencana aksi konservasi orangutan secara nasional," demikian Ramadhani.
Diketahui, Orangutan usia remaja, ditemukan warga terdesak dan terlihat merintih kesakitan di areal Taman Nasional Kutai (TNK) kawasan Desa Teluk Pandan, Kutai Timur, Kalimantan Timur, Sabtu (3/2). Kondisinya yang memburuk, mengakibatkan kematian Orangutan itu, Selasa (6/2) dini hari kemarin, sekira pukul 01.55 Wita, saat berada di Balai TNK di kota Bontang. Ditemukan banyak luka di badannya.
Baca juga:
Orangutan Kalimantan mati ditembus 100 peluru, telapak kaki kiri hilang
Orangutan mati dibantai tembakan 17 peluru dan tebasan senjata tajam
Bangkai orangutan tanpa kepala ditemukan mengambang di sungai di Kalteng
Tak sanggup mengurus, orangutan dari kebun binatang Ancol dilepas di hutan Kaltim
Bayi orangutan lahir di hutan cagar alam Jantho