99 Persen petani di Jateng jual kopi ke tengkulak dengan harga murah
Selain kurangnya pengetahuan, para petani masih belum bisa lepas dari jerat para tengkulak yang membeli hasil panen kopi dengan harga murah.
Jawa Tengah dinilai mempunyai prospek yang menjanjikan sebagai penghasil komoditas kopi. Namun hasil panen yang melimpah tak dibarengi meningkatnya penghasilan dan kesejahteraan petani.
Harga jual kopi dinilai masih tak sesuai dengan yang diharapkan. Selain kurangnya pengetahuan, para petani masih belum bisa lepas dari jerat para tengkulak yang membeli hasil panen kopi dengan harga murah.
-
Di mana Kedai Kopi Berbagi berlokasi? Kedai Kopi Berbagi yang berlokasi di Margahayu, Jalan Mars Utara III, Kota Bandung ini begitu menginspirasi.
-
Di mana Kopi Gunung Puntang ditanam? Sesuai namanya, komoditas ini berasal dari dataran tinggi Gunung Puntang yang ada di Kecamatan Cimaung, Desa Campaka Mulya dan Desa Pasir Mulya.
-
Mengapa Kopi Liberika Sendoyan sempat meredup? Sempat jaya pada tahun 2000-an, pamor kopi ini sempat meredup karena petani lokal lebih memilih menanam lada karena harganya di pasaran sangat bersaing dan cukup bagus.
-
Di mana Kopi Bowongso dibudidayakan? Para petani itu membudidayakan Kopi Bowongso di lereng Gunung Sumbing dengan ketinggian 1.600-2.000 mdpl.
-
Kapan Kirab Kebo Bule di Surakarta diadakan? Surakarta memiliki tradisi pada perayaan malam 1 Suro atau bisa disebut malam tahun baru Hijriah.
-
Di mana Kopi Arabika Aceh Gayo dipanen? Kopi ini adalah salah satu jenis kopi arabika yang dipanen di Gayo, Aceh Tengah.
Prodi agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menggelar Penelitian itu dikarenakan Jateng memiliki potensi komoditas kopi yang tinggi di kawasan. Tingginya potensi produksi kopi tak diimbangi harga jual yang tinggi.
Wakil Dekan bidang Akademik Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Samanhudi mengatakan, para petani kopi umumnya menjual hasil panen ke tengkulak. Tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Hal tersebut berdasarkan hasil penelitian pengembangan agribisnis kopi Kabupaten Temanggung dan sekitarnya.
"99 Persen petani menjual panen kopi dengan bentuk paling sederhana, yakni green bean, tanpa diolah. Ini terjadi karena minimnya informasi yang diperoleh petani mengenai peluang pasar, standar mutu produk dan lemahnya jejaring pasar," jelas Samanhudi, Kamis (26/4).
UNS menggandeng sejumlah pihak melakukan penelitian untuk menjawab permasalahan pemasaran kopi yang petani Temanggung dan sekitarnya. Diharapkan bisa memberikan alternatif strategi pengembangan agribisnis kopi.
"Penelitian ini dilakukan pada 14 April 2018 lalu. Hasilnya diketahui bahwa kopi Temanggung masih diterima dengan sangat baik di pasar lokal atau internasional," katanya.
Untuk mengembangkan pasar kopi Temanggung dan sekitar, di antaranya menggunakan identifikasi pembeli potensial. Yakni, dengan dibentuknya kelembagaan koperasi sebagai pengembangan kelembagaan.
"Harus ada inovasi teknologi pengolah kopi oleh pemerintah maupun koperasi yang dikembangkan di sana. Tujuannya agar kopi bisa diolah oleh petani lokal dan dapat menjadi nilai tambah bagi penjualan," ucapnya.
Dia menambahkan, ke depan para petani kopi di Temanggung dan Jateng harus diberikan pengetahuan untuk memperluas pangsa pasar penjualan kopi. Diantaranya dengan cara mendorong pelaku usaha kopi menciptakan merek sendiri.
"Diperlukan pendampingan dan fasilitasi akses permodalan, semisal pelatihan manajemen usaha, dan pelatihan pembukuan usaha," tutupnya.
Baca juga:
5 Produk Indonesia diprediksi Jokowi kuasai pasar dunia
Ironis, RI penghasil kopi terbesar tapi hanya raup untung 10 persen
Tingkatkan produksi, pemerintah luncurkan buku peta jalan kopi
Hari Kartini, PT KCI undang barista perempuan bagikan kopi di Stasiun Kota
Nikmatnya Menperin nyeruput cokelat asli khas Kota Palu