Abaikan kebersihan, belasan warga Baduy Dalam terkena penyakit kulit
Pola hidup tidak bersih mengakibatkan warga Baduy Dalam terkena penyakit kulit.
Sebanyak 19 warga Baduy Dalam tersebar di Kampung Cikawartana, Cikeusik dan Cibeo, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, terjangkit Frambusia atau sejenis penyakit kulit menyerang sekujur tubuh.
"Semua penderita penyakit Frambusia itu sedang menjalani pengobatan agar tidak menular kepada warga lainnya," kata Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dr Firman Rahmatullah di Lebak, Jumat (20/5).
-
Apa yang dijual warga Baduy saat jalan kaki ke Jakarta? Warga adat Baduy di wilayah Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten, memiliki tradisi menjual madu hutan ke luar daerah dengan berjalan kaki.
-
Kenapa aturan di Baduy Dalam sangat ketat? Tujuannya agar manusia tidak terjerumus keserakahan duniawi dan melupakan tatanan hidup nenek moyang.
-
Kenapa warga Baduy rela jalan kaki jauh ke Jakarta untuk jualan madu? Warga Baduy punya alasan mengapa rela jalan ratusan kilometer tanpa alas kaki untuk jualan madu. Warga adat Baduy di wilayah Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten, memiliki tradisi menjual madu hutan ke luar daerah dengan berjalan kaki.
-
Kapan Ayam Kodok menjadi makanan khas Jakarta? Menurut kisah, menu ini sudah ratusan tahun digemari warga ibu kota, bersamaan dengan kuliner legendaris lainnya yakni ikan gabus pucung dan sup daging sapi.
-
Kapan Adi Suryanto meninggal? Kabar duka datang dari salah satu instansi pemerintah, Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kepala LAN, Prof Dr. Adi Suryanto, meninggal dunia di Yogyakarta pada Jumat (15/12).
-
Mengapa kain tenun Baduy dianggap sakral? Kain tenun Baduy dianggap sakral dan memiliki nilai yang kuat.
Selama ini, pemerintah daerah cukup serius untuk mengobati penyakit langka menimpa warga Baduy itu. Pengobatan dilakukan secara berkala oleh petugas kesehatan masyarakat (Puskesmas) setempat.
Firman memaparkan, penyebab penyakit Frambusia itu akibat buruknya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Seperti berpakaian sampai berminggu-minggu tidak diganti, mandi tidak menggunakan sabun, dan bahkan warga Baduy ketika tidur tidak beralas tikar.
Perilaku seperti itu, katanya, merupakan budaya masyarakat Baduy sehingga petugas medis kesulitan untuk mengubah pola hidup bersih dan sehat.
"Saya kira dengan hidup kurang bersih tentu sangat rawan terhadap penyebaran penyakit menular, seperti Frambusia itu," ungkap Firman.
Jumlah penderita Frambusia saat ini tercatat 19 warga Baduy dan mereka dilakukan pengobatan oleh petugas medis setempat agar sembuh dan tidak menularkan pada warga lainnya.
Sebelumnya, pada 2015 tercatat 23 warga Baduy terjangkit penyakit korengan tersebut, namun tiga diantaranya sembuh.
Meskipun penyakit Frambusia itu tidak mematikan, karena menyerang pada bagian kulit saja, seperti luka koreng, tetapi bisa menurunkan produktivitas.
Pengobatan Frambusia dilakukan penyuntikan jenis Benzetin untuk membunuh kuman-kuman pada bagian tubuhnya.
Namun, hingga kini penyakit koreng-koreng yang menyerang bagian kaki, tangan dan badan belum terbebas dari daerah itu.
"Kami terus melakukan pengobatan bagi penderita agar tidak menular pada warga lainnya," jelasnya.
Tetua Adat Baduy juga Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Saidja mengatakan pihaknya sangat mendukung tenaga medis melakukan pengobatan terhadap penyakit kulit menyerang sekujur tubuh.
"Kami menerima pengobatan itu dan mendukungnya karena tidak dilarang oleh adat, sebab manusia perlu hidup sehat," ujarnya seperti dikutip dari Antara.
Baca juga:
Wanita ini selalu haid selama 5 tahun berturut-turut
Bayi Ihya mengidap kanker otak di usianya yang baru 7 hari
Bahaya Hemofilia hingga pernah dianggap penyakit kutukan
Remaja di Bali mengidap penyakit aneh, tubuh melepuh dan luka
Derita Hartatik bertahun-tahun muntah jarum berkarat