Ada Tjakrabirawa, Soekarno tak bisa blusukan
Presiden Soekarno dikenal gemar keluar istana diam-diam. Dia kerap menyamar sebagai rakyat biasa.
Presiden Soekarno dikenal gemar keluar istana diam-diam. Dia kerap menyamar sebagai rakyat biasa dan blusukan ke pasar atau tempat lain untuk mengetahui langsung situasi di lapangan.
Awalnya Soekarno leluasa menjalankan aksi blusukan itu. Maklum pengawalnya cuma anggota Detasemen Kawal Pribadi (DKP) yang jumlahnya cuma belasan polisi istimewa. Tapi sejak 21 Juni 1962, dibentuk Resimen Tjakrabirawa yang beranggotakan 3.000 personel. Soekarno pun tak leluasa blusukan karena terus dikawal pasukan pengaman presiden tersebut.
"Dulu aku biasa keluar istana diam-diam seorang diri. Namun sejak ada Tjakrabirawa, hal itu tak mungkin lagi dilakukan," kata Soekarno dalam biografi yang ditulis Cindy Adams.
Namun tetap saja Soekarno membandel, dan mencoba menyelinap keluar istana. Keesokan harinya, ada nota yang dikirimkan para pengawal setia itu. Isinya penuh hormat tapi tegas.
"Bapak yang tercinta, kami bertanggung jawab atas keselamatan Bapak. Karena itu kami mohon dengan sangat agar Bapak tidak lagi diam-diam menyelinap keluar. (tanda tangan) para pengawal Bapak," ujar Soekarno membacakan nota itu dengan jenaka.
Soekarno mengaku puas dengan pengawalan Tjakrabirawa. Dia melukiskan personel DKP dan Tjakrabirawa tak pernah lepas menjaga keselamatannya.
"Kalau aku melakukan kunjungan kenegaraan, Tjakrabirawa menempatkan orangnya di seberang jendela tempatku menginap. Bahkan ketika aku sedang berada di istana, dua orang senantiasa berada di dekatku. Satu kompi menjaga di sekeliling istana, yang lain berjaga-jaga di luar kota," kata Soekarno .
Kepada merdeka.com, mantan Wakil Komandan Tjakrabirawa Kolonel Purn Maulwi Saelan menuturkan mengawal Soekarno memang penuh dengan kejutan. Hubungan Soekarno dan para pengawal memang sangat dekat karena pribadi Soekarno yang egaliter.
Saelan masih mengingat saat mengawal Soekarno ke Italia. Saat itu rombongan sedang melintas di sebuah pantai. Tiba-tiba Soekarno secara mendadak memerintahkan seluruh rombongan berhenti.
"Ternyata Bung Karno ingin makan es krim di sebuah restoran. Maka kita semua berhenti untuk makan es krim. Semua duduk bersama di satu meja. Semua ramai menyambut Bung Karno , ada yang bilang kalau Bung Karno ikut Pemilu di Italia pasti menang," kata Saelan sambil tertawa.
Baca juga:
Benarkah Tjakrabirawa tembak mati Arief Rahman Hakim?
Kolonel Maulwi Saelan, pengawal setia Bung Karno
Tjakrabirawa di malam kelam 1 Oktober 1965
'Soeharto yang rekomendasikan Untung masuk Tjakrabirawa'
Ini standar pengamanan Soekarno oleh Tjakrabirawa
-
Apa yang diraih pasangan Prabowo-Gibran di Jawa Tengah? Prabowo-Gibran meraih 53,07 persen suara di Jawa Tengah, adapun Ganjar-Mahfud 34,34 persen.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Apa yang tertulis di sisir gading tertua? Pada sisir itu tertulis kalimat “semoga gading ini membasmi kutu dari rambut dan janggut”.
-
Di mana Stasiun Gundih terletak? Stasiun Gundih merupakan stasiun kereta api kelas I yang terletak di Geyer, Kabupaten Grobogan.
-
Di mana situs Banten Girang berada? Lalu, ada juga situs Banten Girang yang berbentuk gua dan merupakan peninggalan Kerajaan Sunda saat masih menguasai Banten, sebelum berdirinya Kesultanan Surosowan tahun 932 dan 1030 masehi.
-
Bagaimana besaran THR PNS Depok? Disebutkan, untuk besaran THR yakni penghasilan gaji 100 persen dari penghasilan satu bulan yang diterima pada bulan Maret.