Ahli Harap Pemerintah Belajar dari India dengan Tidak Gelar Acara Memicu Kerumunan
Menurutnya, satu-satunya cara untuk mengantisipasi mutasi virus Corona yakni dengan mengetatkan protokol kesehatan dengan menghindari kerumunan.
Ahli Virologi Universitas Udayana Bali, Prof I Gusti Ngurah Kade Mahardika mengungkapkan bahwa mutasi virus Corona di India bukanlah penyebab utama melonjaknya kasus Covid-19 di di Negeri Bollywood itu. Menurutnya, penyebab utamanya yaitu kerumunan yang ditimbulkan saat festival mandi bersama di Sungai Gangga, serta kerumunan lainnya seperti kampanye politik di India yang terus digelar tanpa mematuhi protokol kesehatan.
"Pelajaran untuk kita, kerumunan acara keagaaman dan kampanye politik di India lah yang menyebabkan virusnya lebih mudah meular. Memang muncul virus jenis baru di India, tapi itu bukan penyebab utama tsunami Covid di India," kata Mahardika dalam diskusi virtual yang diselenggarakan oleh KPC PEN, Kamis (29/4).
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana mutasi virus Corona pada pria tersebut terjadi? Selama masa infeksi, dokter berulang kali mengambil sampel dari pria tersebut untuk menganalisis materi genetik virus corona. Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Apa yang terjadi di bawah permukaan Bumi India? Sebuah studi mengungkapkan bahwa India mulai mengalami perubahan drastis di bawah permukaan Bumi. Para ilmuwan mengklaim bahwa perubahan terjadi secara horizontal dan lempeng tersebut terbelah menjadi lapisan-lapisan terpisah.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Virus apa yang ditemukan oleh ilmuwan di Himalaya? Terperangkap di dalam es itu terdapat lebih dari 1.700 spesies virus — hampir semuanya baru bagi sains.
-
Kenapa ilmuwan meneliti virus purba di Himalaya? Penelitian itu memberi gambaran singkat tentang bagaimana virus beradaptasi dengan perubahan iklim selama ribuan tahun.
Seperti yang diketahui, Perdana Menteri India Narendra Modi meminta masyarakat India untuk tetap meramaikan Pemilu 2021. Padahal 200.000 nyawa sudah melayang akibat terinfeksi Covid-19 di India.
Melalui cuitannya pada Kamis (29/4/2021), PM Modi meminta para pemilih untuk memberikan suara mereka pada fase kedelapan dan terakhir pemilihan majelis Benggala Barat pada hari Kamis sambil mengingatkan agar tetap menjaga protokol Covid-19.
“Fase terakhir Pemilu Benggala Barat 2021 berlangsung hari ini. Sejalan dengan protokol Covid-19, saya menyerukan kepada orang-orang untuk memberikan suara mereka dan memperkaya festival demokrasi,” dikutip dari cuitannya @narendramodi, Kamis (29/4).
Prof Mahardika lantas berharap pemerintah Indonesia bisa belajar dari India. Dia berharap, Indonesia tidak menyelenggarakan acara apapun yang bisa menimbulkan kerumunan. Karena kata dia, mutasi virus Covid-19 sebenarnya tidak dapat dihindari.
"Mutasi ini bukan jadi faktor utama karena Virus memang sudah pasti bermutasi tapi tidak selamanya mutasi virus itu menjadi lebih ganas," katanya.
"Saya sebagai virologi malah berharap mutasi itu terjadi, tapi berharap mutasinya jadi lebih tidak menular virusnya," imbuhnya
Menurutnya, satu-satunya cara untuk mengantisipasi mutasi virus Corona yakni dengan mengetatkan protokol kesehatan dengan menghindari kerumunan. Dia kemudian mengingatkan kembali mengenai mutasi virus Corona dari Inggris pada akhir tahun 2020 lalu.
Seperti yang diketahui, B117 dikenal lebih mudah menular, namun kenyataannya, kasus Covid-19 di Inggris tidak sebanyak di India. Kurva kasus positif di Inggris terus turun. Berdasarkan situs worldometer, per 8 Januari 2021, kasus positif harian di Inggris menembus angka 68.053 kasus. Namun per 28 April 2021, hanya ada 2.166 kasus selama 24 jam. Jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan kasus harian Indonesia. Per hari ini saja, kasusnya bertambah 5.833 kasus.
"Karena mutasi B117 di Inggris itu kan kasus harian di Inggris langsung puluhan ribu per hari, tapi sekarang sudah di bawah 5 ribu per hari. kenyataan di lapangan seperti ini," ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan mengajak masyarakat Indonesia untuk bergotong-royong, mengingatkan sekitar untuk menghindari dan tidak menimbulkan kerumunan. Senada dengan Prof Mahardika, dia juga setuju bahwa penyebab utama melonjaknya kasus di India dikarenakan kerumunan.
"Jangan sampai apa yang terjadi di India, terjadi di Indonesia. Prinsipnya, kita harus mau mencegah. Masyarakat harus peduli sama lingkungan sekitarnya," ujarnya.
Menurutnya, yang memiliki tugas untuk mengedukasi/ mengawasi masyarakat terkait protokol kesehatan bukan lah pemerintah, namun masyarakat itu sendiri. Menurutnya, setiap unsur masyarakat memiliki peranan paling besar untuk mempengaruhi masyarakat lainnya untuk taat terhadap protokol kesehatan.
"Masyarakat harus melakukan pengawasan. kalau ada yang tertular harus langsung ditangani bukan dibiarkan. gotong-royong ini yang harus dibangun," katanya.
"Kalau tidak pakai masker, wajib diingatkan. kita harus sadar, mau, dan mampu untuk mengingatkan. Ketidakmampuan ini yang biasanya jadi masalah," tutupnya.
Baca juga:
Cerita Mahasiswa RI di New Delhi saat India Lockdown Setelah Diterpa Tsunami Covid-19
Jumlah Peserta Piknik Positif Covid-19 di Boyolali Bertambah 19 Orang
Pemprov DKI Temukan Kantor di Jaksel Tetap Buka Meski Pegawai Positif Covid-19
Sebaran Kasus Covid-19 Per 29 April 2021
Total Kasus Positif Covid-19 di India Tembus 18 Juta