Air mahal, petani manfaatkan bahan bakar gas untuk sedot air
Para petani di Sukoharjo bisa menghemat cukup banyak dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar bensin atau solar.
Musim kemarau panjang mengakibatkan areal persawahan di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah kekeringan. Kondisi tersebut membuat sejumlah sungai dan bendung di wilayah itu ikut kering. Debit air yang ada tak mencukupi untuk mengairi area persawahan yang mulai menghijau.
Meski susah mendapatkan air, tak menyurutkan semangat petani untuk tetap menanam padi. Mahalnya air membuat mereka berinovasi agar tetap bisa memanen padinya.
Sudibyo, salah satu petani di Desa Mulur, Kecamatan Bendosari mengatakan, saluran irigasi di desanya sudah tidak bisa mengaliri sawahnya sejak awal September. Untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padinya, ia harus menyedot dari sumur pantek. Namun mahalnya solar, membuat ia harus mencari bahan bakar pengganti yang lebih murah.
"Kami harus pakai mesin pompa untuk mengambil air. Kalau saya pakai pompa pair gas. Kalau yang lain masih pakai diesel solar," ujar Sudibyo, Minggu (28/9).
Menurut Sudibyo, dengan menggunakan pompa berbahan bakar gas, lebih irit. Dengan menggunakan bahan bakar gas, lanjut Sudibyo, dia dan petani lainnya bisa menghemat cukup banyak dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar bensin atau solar.
Suwarno (63), petani lainnya mengungkapkan, ia tetap harus menanam padi, karena tak punya keahlian lain. Ia mengatakan pernah berulangkali menanam palawija, namun selalu gagal.
"Saya nekat nanam padi, mompa air pakai diesel solar. Mahal sekali biayanya, semoga hasilnya bagus," katanya.