Air Mata Shalfa Avrila Tanggapi Isu Miring Hingga Tak Mau Lagi jadi Atlet
Soal tudingan dirinya tak merawan, Shalfa mengatakan sangat terpukul. Gara-gara kabar itu, Shalfa sampai tak ingin lagi kembali ke dunia olah raga senam. Dia ingin meneruskan cita-citanya sebagai polwan.
Shalfa Avrila Sania, tak bisa menahan kesedihannya. Dalam dekapan ibunda Ayu Kurniawati, atlet senam Sea Games 2019 asal Kediri itu menangis tersedu menanggapi ragam tuduhan miring untuknya. Akibat isu tak sedap itu, Shalfa gagal mengikuti perhelatan Sea Games 2019 di Filipina.
Shalfa tiba di rumah di Kediri pada Sabtu dini hari pukul 02.00. Dia dijemput dari indekosnya di Gresik. Setelah sempat beristirahat, Shalfa didampingi ibu dan kuasa hukumnya, Imam Mukhlas menceritakan kisah pilu yang dialaminya.
-
Kapan musim penyu bertelur di Pantai Parang Semar? “Di sini (Pantai Parang Semar) biasanya pada bulan 4 sampai bulan 8 musim penyu bertelur,” jelas Agus.
-
Apa itu Semar Mendem? Semar Mendem merupakan salah satu kuliner tradisional khas Keraton Solo yang selalu disajikan setiap hari.
-
Apa yang ditemukan di Kota Lama Semarang? Dari ekskavasi itu, tim peneliti tidak hanya menemukan struktur bata yang diduga merupakan bagian dari benteng Kota Lama. Namun juga ditemukan artefak berupa fragmen keramik, botol, kaca, tembikar, serta ekofak berupa gigi, tulang, tanduk hewan, dan fragmen Batubara yang jumlahnya mencapai 9.191 fragmen.
-
Dimana "Semar Mesem" diadakan? Semar Mesem akan dilaksanakan di 17 kapanewon di Kabupaten Sleman dan di masing-masing lokasi telah disediakan 3,5 ton beras premium, 4 ton beras medium (SPHP), satu ton gula pasir, satu ton telur ayam, 100 kilogram (kg) daging ayam, 500 liter minyak goreng dan 500 kg tepung terigu.
-
Kapan wabah kelaparan terjadi di Semarang? Pada tahun 1901, muncul wabah kelaparan di Semarang dan Demak.
-
Kenapa Hari Air Sedunia penting? Peringatan ini menyoroti tantangan-tantangan besar yang dihadapi dunia dalam hal krisis air, termasuk polusi air, perubahan iklim, dan ketidaksetaraan akses terhadap air bersih.
Di awal keterangannya, Shalfa langsung mengklarifikasi tuduhan PB Persani yang menyebut namanya dicoret karena prestasi menurun di nomor 37. Faktanya, kata Shalfa, dia memang diminta memainkan dua alat dengan alasan menjaga kondisi jelang keberangkatan ke Filipina.
"Sedangkan atlet-atlet lainnya memainkan empat alat dan secara otomatis mempengaruhi perolehan nilai. Permintaan memainkan dua alat itu alasnnya untuk menjaga kondisi agar tidak cedera jelang keberangkatannya ke Sea Games 2019," kata Shalfa Avrila Sania pada wartawan, Sabtu (30/11), sambil terisak.
Soal tudingan dirinya tak merawan, Shalfa mengatakan sangat terpukul. Gara-gara kabar itu, Shalfa sampai tak ingin lagi kembali ke dunia olah raga senam. Dia ingin meneruskan cita-citanya sebagai polwan.
"Saya sudah enggak mau jadi atlet senam lagi, Saya yakin bisa meraih sukses di bidang lain mau jadi polwan," kata gadis kelahira 2002 yang sudah mengantongi puluhan medali ini.
Hasil Pemeriksaan Dokter Membantah Isu Beredar
Sebagai orangtua, Ayu Kurniawati, kecewa dengan tuduhan tersebut terlebih putrinya gagal mewakili Indonesia di ajang Sea Games 2019 Filipina. Shalfa dicoret tim kepelatihan dengan alas sudah tidak perawan.
Mendengar kabar tersebut keluarga menjemput Shalfa di Pelatnas Sea Games, Gresik.
"Ternyata hasil pemeriksaan tim dokter, selaput daranya masih utuh. Saat ini Shalfa terpukul hingga tidak mau bersekolah," kata Ayu Kurniawati, Ibu Kandung Shalfa, Jumat (29/11).
Demi mencari keadilan, Imam Mukhlas, kuasa hukum keluarga melapor hal tersebut ke Presiden Joko Widodo (Jokowi), Menpora dan pihak terkait lain. Tim kuasa hukum meminta Kemenpora menindak keputusan pelatih yang merusak nama baik atlet dan mengembalikan kepercayaan dirinya.
Shalfa Berlatih Senam Sejak SD
Shalfa telah berjuang keras demi menggapai cita citannya. Shalfa mulai masuk Pelatnas ketika masih duduk di bangku kelas 5 SD. Sejak saat itu Shalfa berpisah dengan orang tuanya.
Selain memborong puluhan medali, Shalfa juga dua kali meraih piagam Satya Yasa Cundamani, sebuah penghargaan tertinggi dari Pemerintah Kota Kediri.
(mdk/lia)