Akibat Krisis Global 300 Juta Jiwa Terdampak, Human Initiative Perkuat Kolaborasi Kemanusiaan
Global Humanitarian Overview 2024, menyebutkan sekitar 300 juta jiwa membutuhkan bantuan akibat konflik, krisis iklim, dan dampak ekonomi global.
Human Initiative mengajak seluruh pihak memperkuat kolaborasi dalam mengatasi masalah kemanusiaan. Kondisi ini seiring semakin besarnya dampak konflik maupun ekonomi global.
Dari data Global Humanitarian Overview 2024, menyebutkan sekitar 300 juta jiwa membutuhkan bantuan akibat konflik, krisis iklim, dan dampak ekonomi global.
- Negara Miskin Bakal Dapat Kucuran Dana Rp4.000 Triliun Tangani Krisis Iklim
- Demi Hadapi Tantangan Kemanusiaan Dunia, Indonesia Kini Punya Institut For Humanitarian Islam
- Anggota Komisi IV Minta Kisruh Kadin Diselesaikan, Tantangan Dunia Usaha Tidak Mudah
- Populasi di Dunia Kian Bertambah, Ancaman Krisis Pangan Semakin Nyata
Sementara di Indonesia, dalam catatan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tahun 2022, masih 4 juta anak yang belum mendapat akses pendidikan layak.
Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat sebanyak 25,22 juta warga hidup di bawah garis kemiskinan.
Dari data tersebut, Presiden Human Initiative Tomy Hendrajati menekankan bahwa isu kemanusiaan adalah hal yang akan terus melekat pada setiap generasi dan peradaban.
Menginjak usia ke-25 tahun, Human Initiative semakin fokus mengajak publik untuk memperkuat kolaborasi dalam mengatasi masalah kemanusiaan. Salah satunnya memalui Initiative Forum 2024 di Jakarta.
Menurut Tomy, dalam 25 tahun ini pihaknya belajar bahwa martabat berkelanjutan perlu dibangun. Meskipun dalam perjalanannya penuh keterbatasan sumber daya dan kondisi eksternal yang tidak menentu.
“Memartabatkan masyarakat erat kaitannya dengan penguatan Ekosistem Gerakan Kemanusiaan dan Pembangunan yang harus terus diperjuangkan. Tidak hanya menyalurkan bantuan sosial kemanusiaan, namun dorongan terhadap penegakan Hukum Humaniter Internasional," ujar Tomy dalam keterangannya pada Rabu (30/10).
Selain itu, kata Tomy, penguatan kapasitas organisasi hingga pelibatan semua pihak merupakan kunci untuk tercapainya ekosistem kemanusiaan. Dengan upaya tersebut diyakini mampu tercipta pembangunan yang lebih baik dalam memartabatkan manusia.
Terkait Initiative Forum, dia menyebut ajang ini menjadi kesempatan Human Initiative dalam mempresentasikan Collective Kindness yang bertujuan memperkokoh ekosistem kemanusiaan melalui kolaborasi lintas sektor.
Inisiatif itu diharapkan mengoptimalkan keterlibatan publik dalam merespons tantangan kemanusiaan masa kini dan mendatang. Dengan kehadiran peserta lebih dari 500 orang secara daring dan luring, Initiative Forum mempertemukan para pemangku kepentingan di berbagai sektor, termasuk pemerintah, NGO, akademisi, dan komunitas.
"Kolaborasi yang kita lakukan adalah bukti nyata bahwa bersama, kita bisa menciptakan perubahan yang signifikan," kata Tomy.
Sebagai forum gagasan, Initiative Forum menyajikan diskusi mendalam melalui empat sesi utama yaitu Initiative Exposure, Initiative Insight, Initiative Award, dan Initiative Connect.
Sesi-sesi itu memfasilitasi ruang berbagi, apresiasi, dan kemitraan untuk memperkuat dampak kolaborasi kemanusiaan.
Dalam momentum ini, Human Initiative juga meluncurkan Local Champion Award dan Humanity Award untuk mengapresiasi kerja kolaboratif yang signifikan dalam menjawab isu-isu kemanusiaan.
Forum itu juga turut dihadiri tokoh kemanusiaan global seperti Vincent Raymond Ochilet dari International Committee of the Red Cross (ICRC) dan Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Republik Indonesia Abdul Muhaimin Iskandar.