Aksi Paslon Bagi-Bagi Beras di Pilkada Garut Ikut Picu Penurunan Omzet Pedagang
Omzet pedagang beras di sejumlah pasar di Garut, Jawa Barat, diketahui mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Omzet pedagang beras di sejumlah pasar di Garut, Jawa Barat, diketahui mengalami penurunan yang cukup signifikan. Salah satu pemicunya adalah adanya kegiatan pembagian beras dari pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Garut di lapangan.
Salah satu pedagang beras di Pasar Ciawitali Garut, Yuyun mengaku dirinya kehilangan omzet penjualan lebih dari 60 persen.
- Aksi Polisi Datangi Pasar di Pelalawan, Edukasi Pedagang Terkait Pilkada
- Pasar Tumpah di Jl Merdeka Bogor Marak Pungli, dari Preman hingga Anggota Dinas Lingkungan Hidup
- Pj Bupati Bandung Barat Arsal Latif Jadi Tersangka Korupsi Revitalisasi Pasar di Majalengka
- Jaksa Agung Rangkul dan Genggam Tangan Kapolri Usai Isu Jampidsus Dikuntit Densus 88, Beri Pesan Begini
"Dibanding pandemi Covid-19, kondisi penjualan beras saat ini sangat turun drastis memang," kata Yuyun, Jumat (8/11).
Dijelaskan Yuyun, ada sejumlah variabel yang menyebabkan turunnya angka penjualan beras. Di antaranya karena adanya bantuan pemerintah, kondisi ekonomi masyarakat, hingga adanya pasangan calon di Pilkada Garut yang bagi-bagi beras.
"Kalau yang bantuan dan kondisi ekonomi, memang terjadi penurunan tapi tidak terlalu signifikan. Tapi di momen pilkada, sejak akhir bulan kemarin sampai saat ini lebih memperparah lagi, dan informasinya memang ada pasangan calon yang bagi-bagi beras ke masyarakat," jelasnya.
Meski ada pasangan calon yang bagi-bagi beras, menurutnya beras yang dibagikan bukanlah berasal dari Garut. Hal tersebut dipastikannya setelah melihat kemasan beras yang dibagikan.
"Jadi tidak ada pasangan calon yang membeli beras dari para pedagang, jadinya kalau berbicara stok memang masih ada dan aman. Tapi karena jumlah pembelinya juga turun, kita juga harus putar otak lagi," ucapnya.
Diungkapkannya, kondisi tersebut tidak hanya dialaminya, namun juga dialami oleh pedagang beras yang lainnya di sejumlah pasar di Garut. Bila dirata-ratakan, penurunan penjualan beras ini se-Kabupaten Garut mencapai 50 persen.
"Kalau obrolan di sesama pedagang beras, ada pedagang yang sampai turun omzet hingga 70 persen, ada juga yang 60 persen. Tapi kalau dikalkulasikan, dipukul rata semua ya penurunannya di angka 50 persen," ungkapnya.
Sementara, Ogi salah satu warga Kecamatan Tarogong Kaler mengaku bahwa di kampungnya memang banyak menerima bantuan beras dari pasangan calon. Kondisi ini pun diakuinya memang cukup membuat ia bersama warga lainnya cukup terbantu.
"Karena diberi beras, ya kita mah sebagai masyarakat seneng-seneng aja. Mungkin kemasannya hanya lima kilogram, tapi kalau untuk sekeluarga mah ya lumayan tidak harus beli beras beberapa waktu," ucapnya.
Menurut Ogi, bantuan beras yang diberikan pasangan calon memang bukan produk lokal Garut. Hal itu diyakininya dari kemasan hingga nasi setelah dinanak.
"Kemasannya beda, rasanya yang paling kerasa bukan beras lokal. Kalau beras lokal mah pulen banget, tapi ya tetap saja kami sangat bersyukur," katanya.
Diketahui, sebelumnya Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengingatkan akan adanya kemungkinan kelangkaan beras di pasaran. Hal itu dikarenakan adanya kemungkinan calon kepala daerah yang memborong beras di pasaran.