Aksi Penyamaran Jenderal Polisi
Menjadi jenderal bukan berarti bermalas-malasan duduk di kursi. Mereka ada yang terjun ke lapangan menyamar.
Menjadi jenderal polisi tak berarti hanya duduk diam. Mereka bahkan sampai menyamar demi memantau situasi.
Aksi Penyamaran Jenderal Polisi
Irjen Djoko Prastowo saat menjabat Kapolda Sumsel menyamar sebagai warga sipil dan berpura-pura melanggar lalu lintas. Djoko sengaja mengendarai mobil seorang diri tanpa adanya pengawalan. Saat melihat ada anggota yang bertugas, dia sengaja melanggar lalu lintas. Alhasil, mobil yang dikendarainya dihentikan dan dirinya dibawa ke pos polisi terdekat.
- Bikin Penuh Kantor Polisi, Ini Penampakan 81 Pelajar Cileungsih Diciduk Usai Tawuran
- Jenderal Bintang Dua Atensi Ulah Istri Polisi Probolinggo Bentak Siswi Magang, Suami Disanksi Etik
- Perjuangan Keras Latihan Naik Bemo-Bak Terbuka, Jenderal Polisi Kini Bersabuk Hitam
- Jenderal Bintang Dua Polisi Ini Bakal 'Jualan' Pelat Nomor, Ada yang Bebas Ganjil Genap
Komjen (purn) Arief Sulistyanto juga pernah melakukan aksi penyamaran saat masih menjabat sebagai Kapolda Kalimantan Barat. Bahkan, kala itu Irjen Arief Sulistyanto baru saja menjabat sebagai Kapolda pada Juni 2014 langsung menyamar untuk melihat kondisi di lapangan.
Kapolda Kalbar ini kemudian melihat beberapa anggota kepolisian tengah melakukan aksi pungli di dekat pasar. Dilihatnya, anggota kepolisian tersebut dengan sengaja mencari warga yang melanggar lalu lintas.
Mengetahui hal tersebut, Irjen Arief dan istri pun lantas membuntutinya. Saat mendekati pos polisi tersebut, Irjen Arief Sulistyanto sempat diusir. Lantaran, dia dikenal sebagai pejabat baru dan mengenakan pakaian preman.
Mendapat perlakukan seperti itu, Kapolda Kalbar langsung menyampaikan kekecewaannya pada anggota kepolisian tersebut. Tidak hanya itu, Irjen Arief juga menyayangkan pelayanan buruk yang kerap dilakukan oleh beberapa anggota kepolisian.
@merdeka.com 2023
Momen Kocak Irjen Krishna Murti Dikira Sopir Ojol Ferdy Sambo
Komjen (purn) Suhardi Alius juga pernah menyamar saat menjadi Wakapolda Metro Jaya. Dirinya menyamar sebagai warga sipil yang menjadi korban kejahatan.
Agar lebih meyakinkan, Suhardi kala itu rela memakai sandal jepit, kaus biasa dan celana jeans saja.
Suhardi sengaja dilakukan agar anggota kepolisian tidak menaruh curiga sehingga dia bisa mengetahui bagaimana para petugas di Polsek memberikan pelayanan.
Kemudian, dirinya melapor ke Polsek Menteng. Sayang, Suhardi Alius justru dipingpong oleh petugas yang ada di sana.
"Saya nyamar di Polsek Menteng. Intern kita ya masih gitu pelayanannya, perlakuannya masih seperti itu. Saya lapor malah saya disuruh ke Pospol dan enggak dianterin juga. Bukan diterima dulu, itu realita pelayanan kita. Katanya petugas pokoknya ke sana saja."
-Suhardi Alius
Meski sudah diperlakukan seperti itu, Wakapolda tetap tidak membuka identitas aslinya. Suhardi Alius kemudian menuju ke Pospol sesuai dengan perintah sebelumnya. Namun, di sini ternyata Wakapolda mendapatkan pelayanan yang baik dari anggota polisi senior. "Apa yang saya dapatkan di Pospol? Seorang Bintara sudah tua, tapi pelayanannya baik," kenangnya. Keesokan harinya, Suhardi mengaku langsung menghubungi pimpinan di Polres Metro Jakarta Pusat. Bukan tanpa alasan, Suhardi ingin memanggil bintara itu. Setelah bertemu, Suhardi kemudian memberikan hadiah kepada sang bintara karena tetap tulus membantu masyarakat yang kesusahan. Sementara itu, Suhardi tidak mau melepaskan anggota kepolisian yang setengah hati membantu masyarakat. Suhardi Alius tanpa pikir panjang langsung mengambil tindakan tegas.