Alat Peringatan Dini Tsunami Rusak, BPBD Garut Andalkan Speaker Masjid dan Kentungan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut mengakui, banyak alat peringatan dini atau early warning system (EWS) tsunami yang tersebar di Pantai Selatan Garut rusak dan dicuri.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut mengakui, banyak alat peringatan dini atau early warning system (EWS) tsunami yang tersebar di Pantai Selatan Garut rusak dan dicuri. Untuk mengantisipasi adanya korban jiwa dalam bencana tsunami, BPBD mengandalkan pengeras suara atau toa masjid hingga kentungan.
"Ada yang rusak, ada yang akinya dicuri. Kebanyakan memang rusak. Kalau ada itu (EWS), begitu ada peringatan kita tinggal pencet tombol di kantor maka sirine peringatan tsunami akan bersuara disana mengingatkan warga," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan pada BPBD Kabupaten Garut, Tubagus Agus Sofyan, Selasa (6/10).
-
Kapan gempa dan tsunami Aceh yang menghancurkan Rumah Sakit Umum Meuraxa? Peristiwa gempa dan tsunami Aceh pada 2004 masih terus dikenang sampai saat ini.
-
Kapan gempa bumi di Garut terjadi? Gempa bumi melanda sisi selatan Jawa Barat pada Sabtu (28/4) pukul 23:29 WIB.
-
Mengapa gempa Garut tidak berpotensi tsunami? Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi terjadi tsunami. Tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
-
Kapan tsunami terjadi? Tsunami merupakan gelombang air laut besar yang dipicu oleh pusaran air di bawah laut akibat pergeseran lempeng bumi, erupsi gunung berapi bawah laut, hingga jatuhnya meteor ke laut.
-
Kapan tsunami Storegga terjadi? Tsunami kolosal yang melanda Eropa utara lebih dari 8.000 tahun yang lalu mungkin telah membinasakan penduduk Zaman Batu di Inggris utara.
-
Kapan Gunung Krakatau meletus dan menyebabkan tsunami dahsyat? Letusan dahsyat Gunung Krakatau terjadi pada 27 Agustus 1883.
Hal tersebut diungkapkan Tubagus dalam governmental Coordination Group/Indian Ocean Tsunami Warning Mitigation System (ICG/IOTWMS)-UNESCO, yang turut juga dihadiri oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Selasa (6/10). Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka membangun kesiapan dalam menghadapi bencana tsunami di masa pandemi.
Dalam simulasi oleh BPBD, jika terjadi gempa bermagnitudo 9,1, maka tidak mungkin akan timbul gelombang tsunami besar di wilayah timur Indonesia.
"Secara umum memang kita tidak terdampak kalau dalam simulasi tadi, namun kita menggladikan secara tidak langsung, kalau gempa megathrust terjadi di kawasan pantai selatan Jawa yang hasil kajian ketinggiannya bisa mencapai 20 meter. Yang pertama akan kita lakukan adalah berkomunikasi langsung dengan para camat, dilanjutkan ke para kepala desa yang berjumlah 22 yang diperkirakan akan terdampak," ujarnya.
Proses komunikasi tersebut, menurutnya yang saat ini hanya bisa dilakukan sangat terbatas, karena rusaknya seluruh EWS tsunami di sepanjang pantai selatan Garut.
Selain mengingatkan para kepala desa di sepanjang pantai, ungkap Tubagus, pihaknya pun sudah mensosialisasikan kepada seluruh kepala desa agar menyiapkan kentungan dan toa masjid di kampung-kampung. Toa dan kentungan itu nantinya akan digunakan untuk mengingatkan warga akan adanya ancaman tsunami.
"Kita harus menyiapkan skema terburuk kalau terjadi. Toa masjid mungkin bisa dipakai kalau listriknya tidak mati. Tapi harus disiapkan juga alat peringatan lainnya yang mudah, jadinya kita meminta agar di setiap desa dan kampung-kampung yang hasil pemetaan akan terdampak agar membuat kentungan," ungkapnya.
Namun selain hal tersebut, kesiapsiagaan warga pun harus dilatih untuk meminimalisasi jumlah korban akibat bencana.
(mdk/cob)