Analisis Badan Geologi Penyebab Penurunan Tanah di Pantura Jateng
Badan Geologi telah melakukan monitoring penurunan tanah, seperti di Kota Semarang, Kabupaten Demak, dan Pekalongan. Hasil monitoring pada Maret 2020 hingga September 2021 menunjukkan, rata-rata penurunan tanah mencapai 5,6 cm per tahunnya.
Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rita Susilawati mengatakan salah satu penyebab seluruh wilayah kabupaten dan kota di sepanjang pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah dilanda banjir rob ialah penurunan tanah. Selain karena adanya perubahan iklim.
Badan Geologi telah melakukan studi pemicu terjadinya penurunan tanah di Pantura Jawa Tengah. Hasil studi menunjukkan, penurunan muka tanah terjadi akibat konsolidasi alamiah.
-
Kapan tebing tol di Bintaro longsor? Lurah Bintaro Riza Fauzi mengatakan, longsoran dinding pembatas tol setinggi enam meter tersebut terjadi pada pukul 13.25 WIB saat hujan deras mengguyur Jakarta.
-
Kenapa tebing tol di Bintaro longsor? Lurah Bintaro Riza Fauzi mengatakan, longsoran dinding pembatas tol setinggi enam meter tersebut terjadi pada pukul 13.25 WIB saat hujan deras mengguyur Jakarta.
-
Di mana longsor di Banjarnegara terjadi? Pada 6 Februari 2024, terjadi longsor di Dusun Sigadung, Desa Kalitlaga, Pagentan, Banjarnegara.
-
Di mana tebing tol di Bintaro itu longsor? Personel Penanganan Prasarana dan Saranan Umum (PPSU) DKI Jakarta dan petugas Jasa Marga melakukan penanganan longsor tebing tol di Jalan Mulia Bhakti, RT 06/01, Kelurahan Bintaro, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan (Jaksel).
-
Kapan banjir dan longsor terjadi di Pesisir Selatan? Untuk diketahui 9 dari 19 Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat (Sumbar) terendam banjir akibat tingginya intensitas hujan yang menguyur wilayah tersebut pada Kamis, (7/3).
-
Mengapa tanah longsor terjadi? Selain itu, waspada juga jika halaman atau lantai pada rumah tiba-tiba ambles, adanya tanah yang runtuh dalam jumlah yang besar, serta munculnya mata air secara tiba-tiba.
"Penurunan muka tanah di Pantura Jateng lebih disebabkan karena karakteristik tanah atau batuannya (konsolidasi alamiah)," kata Rita, Selasa (31/5).
Rita menyebut, tanah pada 30 titik banjir rob di Pantura Jawa Tengah masuk kategori aluvial berusia muda. Artinya, tanah tersebut belum mengalami konsolidasi atau pemadatan. Selain itu, lokasi terkena banjir memiliki nilai indeks kompresibilitas yang tinggi.
"Hal ini mengandung arti, daerah yang mengalami kompresibilitas tinggi lapisan tanah akan lebih mudah mengalami pemadatan," ujar dia.
Penurunan Per Tahun
Menurut Rita, Badan Geologi telah melakukan monitoring penurunan tanah, seperti di Kota Semarang, Kabupaten Demak, dan Pekalongan. Hasil monitoring pada Maret 2020 hingga September 2021 menunjukkan, rata-rata penurunan tanah mencapai 5,6 cm per tahunnya.
"Ada memang beberapa wilayah kami mencermati ada yang memang 10 cm, ada yang 8,4 cm. Tapi rata-rata 5,6 cm per tahun," ucapnya.
Rita belum bisa mengaitkan penurunan tanah di Pantura Jawa Tengah dengan pengambilan air tanah. Sebab, data sementara menunjukkan dampak pengambilan air tanah di sejumlah lokasi berbeda-beda.
Dia mengambil contoh Pekalongan. Berdasarkan pengamatan pada 2010 dan 2020, pengambilan air tanah di wilayah tersebut tidak signifikan menyebabkan penurunan tanah.
"Tetapi sebaliknya di wilayah selatan, itu penurunan tanahnya rendah. Tetapi perubahan muka air tanahnya lebih besar," jelasnya.
Sementara di Semarang, pengambilan air tanah kemungkinan berpengaruh pada penurunan muka tanah. Namun demikian, menurut Rita, perlu penelitian lebih dalam untuk mengetahui dampak pengambilan air tanah terhadap penurunan muka tanah.
"Pengaruh penurunan muka tanah karena pengambilan air tanah masih membutuhkan studi komprehensif," tutup dia.
(mdk/gil)