Bangunan cagar budaya di Kampoeng Batik Laweyan Solo berubah modern
Perubahan bentuk bangunan sebagian besar berupa ruko, atau rumah tempat tinggal dengan direnovasi secara total.
Kampoeng Batik Laweyan, Solo dikenal memiliki ratusan bangunan cagar budaya yang dilindungi. Di lokasi tersebut pada zaman penjajahan terdapat ratusan saudagar atau pengusaha batik yang bisa menggerakkan perekonomian kala itu.
Namun kondisi bangunan yang seharusnya dilindungi itu tak sedikit pula terlantar. Bahkan sekitar 30 persen dari 100 bangunan rumah kuno yang masuk kategori cagar budaya telah berubah bentuk menjadi bangunan modern, berupa ruko dan rumah makan. Sehingga keunikan lokal yang selama ini ada hilang.
Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL), Alpha Febela Priyatmono mengatakan, perubahan bentuk bangunan sebagian besar berupa rumah toko (ruko), atau rumah tempat tinggal dengan direnovasi secara total.
"Sekarang ini banyak bangunan kuno yang hancur atau sengaja dihancurkan kemudian dialihfungsikan oleh pemiliknya. Sengaja dihancurkan untuk direnovasi total dan hancur karena tidak terawat," ujar Alpha, di Solo Kamis (24/3).
Salah satu anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Solo ini menyebut banyak pemilik rumah yang belum menyadari pentingnya melestarikan bangunan ataupun kawasan cagar budaya. Salah satu indikatornya adalah tidak memperhatikan unsur budaya, heritage, dan konservasi yang mengarah pada pemeliharaan dan perlindungan bangunan secara teratur untuk mempertahankan keasliannya.
"Sebenarnya mereka ini tahu, tinggal di kawasan heritage, tapi bangunan-bangunan kuno malah dirobohkan, diganti dengan ruko bergaya modern. Kalau seperti ini terus, Kampung Batik Laweyan akan kehilangan keunikannya," tandasnya.
Alpha menambahkan, dari 30 persen bangunan kuno yang berganti modern tersebut kondisinya hampir semuanya berubah baru. Sebab, sebelum dibangun kembali bangunan kuno yang ada tersebut dirobohkan.
Kepala Bidang Pelestarian Cagar Budaya Dinas Tata Ruang Kota (DTRK) Solo, Mufti Raharjo menambahkan, hancurnya sejumlah bangunan kampung batik Laweyan karena belum ada peraturan daerah yang mengatur tata cara perawatan dan konservasi bangunan cagar budaya.
"Meski Laweyan sudah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya melalui Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. PM.03/PW.007/MKP/2010, namun para pemilik bangunan di kawasan tersebut belum semuanya mempunyai kepedulian yang sama terhadap heritage," ucapnya.
Dia berjanji akan mengcek ke lokasi untuk mengetahui secara detail persoalan itu. Jika diperlukan pihaknya akan menindaklanjuti dengan langkah-langkah perlindungan bangunan cagar budaya yang ada di sana.
Baca juga:
Sedang menggali batu di sawah, Sumarno temukan dua arca
Red Bull bikin iklan di Candi Borobudur injak-injak stupa
Cerita Goa Raksasa di Tabanan? dan larangan warga makan sayur timbul
Ratusan bangunan cagar budaya di Solo rusak parah
Usai dikasih rumah eks Kabulog, Pemkot Solo minta rumah Djoko Susilo
Reyot, ranjang Bung Karno dan Inggit di Bengkulu bakal dikonservasi
[Video] Jual batu dari piramida Giza Mesir, tiga pria ini ditangkap
-
Apa yang terbakar di Solo? Pada Selasa (3/10), terjadi kebakaran di sebuah gudang rongsok yang terletak di Kampung Joyosudiran, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah.
-
Kapan Kirab Kebo Bule di Surakarta diadakan? Surakarta memiliki tradisi pada perayaan malam 1 Suro atau bisa disebut malam tahun baru Hijriah.
-
Jasa apa yang ditawarkan oleh bapak-bapak di Solo? Dalam sebuah video viral yang diunggah akun Tiktok notf000undd pada Selasa (13/9), tampak seorang pria berdiri mengangkat sebuah kertas bertuliskan “Jasa Mendoakan”.
-
Mengapa Solo disebut sebagai kota budaya? Kota budaya disematkan untuk kota Solo karena di sini merupakan peninggalan Kesultanan Mataram yang dipecah melalui Perjanjian Giyanti tahun 1755. Dengan adanya keraton menyimpan banyak sejarah dan tentu budaya dari nenek moyang di zaman dahulu.
-
Apa yang unik dari Sedekah Bumi di Desa Surodadi? Gunungan di Desa Surodadi terbilang cukup unik. Hal ini dikarenakan di sana ada hasil tangkapan laut seperti kerang, ikan tengiri, kepiting, hingga ikan bandeng.
-
Kapan tradisi Binarundak di Sulawesi Utara dilakukan? Tradisi ini dilakukan dengan memasak nasi jaha secara bersama-sama selama tiga hari berturut-turut setelah Hari Raya Idul Fitri.