Bayinya meninggal karena asap, orang tua bingung bayar RS Rp 16 juta
Sugeng sempat meminta perawatan anaknya dipindah ke rumah sakit lain karena tidak sanggup membayar biaya rumah sakit.
Duka yang dirasakan pasangan Sugeng dan Herlina belum usai setelah anak bungsu mereka Latifah Ramadani (15 bulan) meninggal dunia terpapar asap. Kini mereka dipusingkan karena harus menanggung biaya perawatan di rumah sakit sebesar Rp 16 juta.
Sugeng mengungkapkan, sebelum meninggal di Rumah Sakit Bari Palembang, anaknya dirawat di Rumah Sakit RK Charitas Palembang selama dua hari, Sabtu-Minggu (10-11 Oktober). Di sana mereka menggunakan fasilitas umum karena memang di rumah sakit tersebut tidak melayani pasien BPJS dan berobat gratis.
"Di rumah sakit Charitas, biaya perawatan anak saya delapan juta per hari, di sana kena dua hari," ungkap Sugeng, Senin (12/10).
Merasa tak sanggup lagi karena hanya seorang kuli bangunan, Sugeng meminta dokter untuk merujuknya ke rumah sakit pemerintah agar perawatannya tidak mengeluarkan biaya. Dari RS RK Charitas, bayi Latifah dirujuk ke RS Bari Palembang dengan tanggungan program berobat gratis.
Baru lima jam dirawat, bayi Latifah menghembuskan napas terakhirnya di dalam ruang ICU, tepatnya pada Senin (12/10) pukul 17.00 WIB.
"Kami tak sanggup lagi bayar rumah sakit, saya cuma kuli bangunan, delapan juta sehari itu terlalu besar. Siang tadi dirujuk ke RS Bari, sorenya meninggal," ujarnya.
"Kami ikhlas, tapi saya berharap tidak ada korban lain. Cepat atasi kebakaran, atasi asap," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, bayi Latifah Ramadani (1,3) meninggal dunia karena menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Dia merupakan bayi yang ketiga korban kabut asap sepekan terakhir setelah M Husen Saputra (28 hari) dan Arika Patina Ramadhani (15 bulan).
Bayi perempuan pasangan Sugeng dan Herlina itu meninggal dunia setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Bari Palembang, Senin (12/10) pukul 17.00 WIB. Sebelumnya, dia dirawat di RS RK Charitas Palembang karena menderita penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Menurut ayah korban, Sugeng saat ditemui di rumah duka di Jalan Ponorogo, Lorong Jogja, Kelurahan Sukajaya, Kecamatan Sukarami, Palembang, anak bungsunya dari tiga bersaudara tersebut meninggal dunia di ruang ICU. Di sana dia sempat mendapatkan perawatan selama lima jam.
Latifah mengalami sesak nafas sejak seminggu terakhir usai digendong ibunya untuk mengantar kakak perempuannya berangkat sekolah. Kemudian, penyakitnya bertambah dengan mengidap muntaber sehari sebelum ajalnya tiba.
Baca juga:
Setelah bayi Husen & Arika, kini bayi Latifah meninggal karena asap
Kena asap, bayi Arika meninggal sepulang dari rumah nenek
Terulang lagi, seorang bayi di Palembang meninggal terpapar asap
Bahas bantuan korban asap, Menteri Kesehatan bakal dipanggil DPR
Australia kirimkan pesawat pengangkut 15 ton air ke Indonesia
Pesawat Malaysia dan Singapura mulai beraksi padamkan asap
-
Kapan bayi tersebut meninggal? Penanggalan radiokarbon mengonfirmasi bahwa keduanya meninggal antara tahun 1616-1503 SM.
-
Kapan Bledug Anak Kesongo terakhir meletus? Sedangkan yang terbaru pada 11-12 April 2023, semburan gas bercampur lumpur terjadi 12 kali dan menyebabkan satu warga meninggal dunia.
-
Kenapa bayi sering cegukan? Cegukan pada bayi umumnya merupakan fenomena alami dan tidak perlu menjadi sumber kekhawatiran yang berlebihan bagi orangtua.
-
Kapan gejala asma pada anak biasanya memburuk? Batuk ini akan memburuk apabila anak memiliki infeksi virus, sedang tidur, sedang berolahraga, atau berada di udara dingin.
-
Kapan biasanya batuk akibat asma pada bayi terjadi? Batuk akibat asma ini biasanya akan terjadi pada siang hari, bahkan akan memburuk di malam atau saat suhu sedang dingin.
-
Kenapa bayi sering mengalami bruntusan? Penyebab utama bruntusan pada bayi adalah perubahan hormon dalam tubuh bayi yang masih belum seimbang. Dr. Robert Soetandio, seorang dokter spesialis anak, menjelaskan bahwa bruntusan pada bayi disebabkan oleh pengaruh hormon ibu yang masih mempengaruhi bayi.