Belajar jujur dari kios 'Saguer' berusia 42 tahun di Minahasa Utara
Herry sudah memulai kios kejujuran 42 tahun lalu. Hingga saat ini tetap bertahan.
Sekilas, kios sederhana terletak di ruas jalan Airmadidi-Tondano, tepatnya di Desa Tanggari, Kecamatan Airmadidi, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, ini terlihat biasa saja. Tetapi, saat disinggahi, kios minuman lokal 'Saguer' khas Minahasa itu punya konsep visioner.
Gerai itu tidak istimewa. Tetapi sang punya konsep dahsyat. Pemilik membiasakan para pembelinya jujur, dengan membayar dan mengambil uang kembali dengan tepat. Usia warung itu pun sudah 42 tahun, terpaut jauh dari warung kejujuran di Komisi Pemberantasan Korupsi atau beberapa lembaga pendidikan.
Puluhan botol minuman 'Saguer" berasal dari Pohon Enau berjejer rapi di atas meja kayu. Dari yang rasanya sangat manis hingga hampir kecut tersedia di kios berada tepat di pinggir jalan ini. Pada bagian depan warung terdapat tulisan 'Di sini ada Saguer manis, 1 btl (botol) (Rp) 4000, uang lepas di meja. Dilarang bawa botol'.
Memang warung kecil itu menggunakan konsep kios kejujuran, di mana semua transaksi dilakukan sendiri oleh pembeli. Sebab kios itu memang sengaja tidak dijaga. Pengunjung dapat memilih sendiri dan minum menggunakan wadah batok kelapa telah disediakan. Puas minum saguer, uang tinggal diletakkan di atas meja.
Pengunjung berikutnya akan menggunakan uang ditinggalkan buat menukar kembalian dengan jujur, tanpa berbuat curang. Menariknya, hal ini telah berlangsung dari 1973, sejak kios ini didirikan.
"Berarti sekarang kios ini telah berusia sekitar 42 tahun. Saat itu masih saya jual seharga Rp 2,5 per botol, dan tak pernah sekalipun terjadi kehilangan uang sampai sekarang," jelas Herry Kaunang, pemilik kios 'Saguer', saat ditemui Kamis (18/6).
Menurut lelaki berusia 70 tahun itu, konsep transaksi diterapkan di kiosnya dilakukan tanpa sengaja. Hal itu lantaran kebun tempat produksi Saguer miliknya terletak di daerah curam, sehingga dia repot bila mesti naik turun melayani pembeli.
"Akhirnya saya bikin kios kejujuran saja. Capek naik turun melayani pembeli, apalagi yang hanya beli satu botol. Soalnya kebun saya terletak jauh di bawah dan cukup curam," ujar Herry.
Ketika disinggung apakah dia tidak takut jika minumannya tak dibayar pengunjung. Lelaki tua yang masih kuat memanjat pohon enau ini cuma menjawab sembari tersenyum. "Saya pasrah saja, asalkan diminum, jangan dibuang," jawab Herry.
Meski hanya bekerja sebagai petani enau, penghasilan Herry dari kios kejujuran jangan dianggap remeh. Dalam sehari, rata-rata dia bisa meraup keuntungan sebesar Rp 400 ribu.
"Bersihnya setelah dipotong lain-lain ya sekitar Rp 250 ribu," tambah Herry.
Dari hasil menjual Saguer bermodal kejujuran itu, dia mengaku telah banyak membeli lahan kebun. Bahkan dia mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga berhasil.
"Salah satu anak saya sekarang adalah prajurit Kopassus," ucap Herry dengan bangga.