Berantas DBD, Pemkab Karangasem gelar ritual tolak bala
Ritual yang dipimpin tiga pendeta dipusatkan di Pura Penataran Agung Padangbai.
Sudah empat bulan ini penderita demam berdarah akibat gigitan Nyamuk Aedes Aegypti, terus mengalami peningkatan di Kabupaten Karangasem, Bali. Bahkan penderitanya hampir mendekati 1.000 orang dan terjadi di delapan kecamatan.
Mengantisipasi musibah yang belum berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) itu, Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri punya kebijakan unik. Caranya pemerintah daerah setempat menggelar ritual Nangluk Merana yang bermakna sebagai penolak bala.
Ritual yang dipimpin tiga sulinggih (pendeta) dipusatkan di Pura Penataran Agung Padangbai yang berlokasi dekat pelabuhan Padangbai, Desa Padangbai, Kecamatan Manggis. Selain untuk menolak bala, ritual ini juga bertujuan untuk meningkatkan keharmonisan dan keserasian alam semesta. Serta untuk memohon keselamatan dari niskala agar terhindar dari mara bahaya.
Mas Sumatri yang ditemui usai menghadiri sidang Paripurna DPRD Karangasem, Jumat (22/4), mengatakan, ritual Nangluk Merana itu digelar dengan harapan dapat memberikan keselamatan lahir dan batin bagi masyarakat Karangasem serta dapat dijaukan dari mara bahaya.
"Saat ini merupakan Sasih Deista (bulan kesebelas). Pada bulan ini cuaca alam sangat kurang baik, kadang panas dan sebentar turun hujan yang ditandai dengan munculnya berbagai wabah penyakit, baik bagi manusia dengan munculnya wabah penyakit menular. Di balik ketidaktahuan kita sebagai manusia, ritual Nangluk Merana sebagai salah satu cara untuk mengatasinya," ucap Mas Sumatri.
Dia berharap, ritual Nangluk Merana bisa memberikan berkah bagi seluruh masyarakat Karangasem dan dapat dijauhkan dari segala wabah penyakit.
"Kita juga sudah keluarkan imbauan pada masyarakat. Khusus untuk tingkat rumah tangga, juga digelar ritual kecil maknanya sama dengan Nangluk Merana," pungkasnya.