Berjumpa (lagi) dengan Masjid Nabawi
Masjid yang begitu indah dan kokok ini tak pernah sepi dari puluhan ribu atau mungkin ratusan ribu jemaah.
Pertengahan April 2016 lalu, alhamdulillah saya mendapatkan kesempatan untuk menjalankan ibadah umroh. Selama sembilan hari, saya dan rombongan umroh memulai perjalanan spiritual masing-masing selama tiga hari di Madinah dilanjutkan empat hari di Makkah.
Mengawali perjalanan ibadah umroh di Madinah saat itu, kami fokus beribadah di Masjid Nabawi. Masjid yang didirikan oleh Rasulullah tersebut saat ini juga menjadi tempat makam Nabi Muhammad SAW. Saat pertama kali melihat Masjid Nabawi, saya takjub. Masjid yang begitu indah dan kokok ini tak pernah sepi dari puluhan ribu atau mungkin ratusan ribu jemaah.
Saya mengira akan menangis terharu saat pertama kali melihat makam Rasulullah atau saat berada di raudhah. Tapi ternyata tidak bisa. Saya cuma kagum dan bersyukur saja saat berada di makam Nabi Muhammad, kala itu.
Namun saya malah meneteskan air mata saat rombongan jemaah umroh waktu itu meninggalkan Kota Madinah. Dalam perjalanan dari Madinah ke Makkah, tiba-tiba waktu itu saya merasa sedih. Apalagi ustaz pendamping jemaah umroh saat itu memandu kita bersama-sama membaca sholawat kepada Nabi saat meninggalkan kota Madinah. Saya begitu terharu saat itu.
Tiga bulan berselang, alhamdulillah saya kembali berkesempatan bertemu dengan Masjid Nabawi, sebagai jurnalis yang tergabung dalam Media Center Haji (MCH) Kementerian Agama. Hari ketiga berada di Arab Saudi, saya dan teman-teman singgah sebentar di Masjid Nabawi guna melaksanakan Salat Dzuhur berjemaah. Awalnya kami cuma ingin beli kartu lokal prabayar untuk kepentingan peliputan serta pembuatan berita, namun karena antre panjang, kami akhirnya mampir ke Masjid Nabawi yang letaknya cuma seratusan meter dari tempat kami hendak membeli kartu perdana.
Berada di Masjid Nabawi, kami bertemu dengan para jemaah dengan latar belakang yang berbeda. Kebetulan saat itu adalah waktu awal-awal para jemaah haji datang dari berbagai penjuru dunia. Para jemaah dari negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand telah datang. Negara-negara lain seperti Pakistan, India, Turki dan sebagian negara-negara di benua Afrika juga sudah sampai.
Usai salat dzuhur, saya menyempatkan diri berbincang-bincang dengan jemaah haji asal Malaysia. Satu orang bernama Pak Amin, dan satu lagi saya lupa namanya. Keduanya sama-sama dari Johor, Malaysia.
"Kami sudah datang lima hari yang lalu," kata Pak Amin saat saya tanya sudah berapa lama berada di Madinah.
Amin menjelaskan, total jemaah haji Malaysia yang datang ke Madinah sudah mencapai 10 ribu orang, dari total 22 ribu jemaah haji Malaysia. "Kami masih 12 ribu lagi."
Bertemu dengan orang dari negara serumpun, mungkin membuat Pak Amin nyaman. Dia pun menceritakan beberapa hal, termasuk kondisi jemaah haji di negaranya, Malaysia.
Menurutnya, untuk bisa melaksanakan ibadah haji dirinya harus menunggu selama 5 tahun. Tak jauh beda dengan di Indonesia memang. Namun dia melanjutkan, jika daftar haji tahun ini di Malaysia, maka akan bisa menunaikan ibadah haji sekitar 50 tahun mendatang.
"Maklumat yang baru, jika tahun 2016 ini daftar, maka akan berangkat haji tahun dua ribu sekian," tuturnya.
Sebelum pulang ke Wisma Haji Indonesia di Madinah yang terletak kurang lebih sekitar satu setengah kilo dari Masjid Nabawi, kami duduk-duduk sebentar di pelataran Masjid Nabawi, sambil minum air zam-zam yang disediakan berbagai titik di lingkungan Nabawi. Dirasa cukup, kami pun pulang jalan kaki di tengah terik cuaca Madinah di siang bolong. Perjalanan kaki satu setengah kilo sukses membuat kami berkeringat.
Sampai di Wisma Haji Madinah, kami makan siang. Setelah istirahat beberapa saat, kami bergegas menuju Bandara AMAA Madinah untuk survei persiapan penyambutan kloter perdana jemaah haji Indonesia yang tiba pada tanggal 9 Agustus 2016.
-
Dimana sebagian besar jemaah haji Indonesia yang meninggal di tanah suci dirawat? Terkait hal itu, Hilman mengakui memang ada jemaah haji asal Indonesia yang meninggal saat prosesi puncak haji di Mina. Namun mereka wafat saat dalam penanganan petugas kesehatan di tenda-tenda maupun saat dirawat secara intensif di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).
-
Kapan jemaah haji tersebut diberangkatkan? Tapi, tadi dia sudah diberangkatkan bersama dengan jemaah haji Kloter 11 asal Maluku Utara,"
-
Kapan jemaah haji Indonesia dijadwalkan berangkat ke Arab Saudi? Kloter pertama jemaah haji Indonesia dijadwalkan akan berangkat ke Arab Saudi pada 12 Mei 2024 lalu.
-
Kapan jemaah haji asal Indonesia pulang ke tanah air? Musim haji tahun 2024 telah berakhir. Jemaah haji asal Indonesia telah pulang ke tanah air.
-
Siapa yang berangkat haji? Rezky Aditya merasa sangat bersyukur atas kesempatan yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa kepada dirinya dan istrinya, Citra Kirana, untuk dapat menunaikan ibadah haji tahun ini.
-
Kapan calon jamaah haji plus berangkat? Dalam hal waktu tunggu, periode untuk haji plus biasanya lebih singkat dibandingkan haji reguler.Akibatnya, biaya untuk program haji plus cenderung lebih tinggi.
Baca juga:
Menikmati sepi di tanah Haram
Menapaki hijrah Nabi dari Makkah ke Madinah
Saat panggilan haji tiba di usia senja
15 Tahun menabung, tukang becak di Subang akhirnya berangkat haji
Disambut Dubes Arab Saudi, Kloter 1 tiba di Bandara Madinah
Jemaah haji kloter pertama tiba di Madinah