Mengenal Sosok Ariful Bahri, Satu-satunya WNI Pengisi Kajian di Masjid Nabawi
Sejak 2019, pria asal Riau ini ditunjuk oleh Masjid Nabawi untuk menjadi pengisi kajian.
Sejak 2019, pria asal Riau ini ditunjuk oleh Masjid Nabawi untuk menjadi pengisi kajian.
Mengenal Sosok Ariful Bahri, Satu-satunya WNI Pengisi Kajian di Masjid Nabawi
Mengenal Sosok Ariful Bahri, Satu-satunya WNI Pengisi Kajian di Masjid Nabawi
Selepas magrib, ratusan jemaah haji Indonesia tampak memadati area pintu 19 Masjid Nabawi di Madinah Al Munawarah.
Para jemaah laki-laki ini tampak memadati area kajian rutin berbahasa Indonesia yang disampaikan ustaz dari Tanah Air.
Dia adalah Dr. Ariful Bahri MA. Salah satu Ustaz pengisi kajian tetap di Masjid Nabawi. Sejak 2019, pria asal Riau ini ditunjuk oleh Masjid Nabawi untuk menjadi pengisi kajian.
Kepada Tim Media Center Haji (MCH), Ustaz Ariful mengaku setiap hari mengisi kajian di dekat pintu 19. Dia hanya absen saat sakit atau keperluan yang tak bisa ditinggalkan.
"Libur kalau pas sakit atau ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditinggalkan," kata Ariful saat ditemui Sabtu (25/5) lalu.
Dua kali tim MCH mengikuti kajian Ustaz Ariful Bahri di Masjid Nabawi.
Kala itu dia membahas soal manasik haji. Kajiannya berseri. Mulai dari tata cara rukun dan wajib haji dijalankan di zaman Rasulullah. Tentang larangan-larangannya serta soal pembayaran dam (denda).
Jemaah tidak akan merasa ketinggalan saat mengikuti kajian meskipun tidak ikut kajian di hari sebelumnya. Sebab, Ustaz Ariful Bahri akan mengulas materi sebelumnya di awal kajian.
Peserta kajian sore itu 300 orang lebih. Selain jemaah haji Indonesia, juga ada jamaah haji dari Malaysia dan Singapura.
Ustaz Ariful Bahri duduk di kursi mimbar dan jemaah melingkarinya.
Saking banyaknya jemaah yang ingin mengikuti kajian, askar (petugas keamanan) sampai sibuk mengatur jemaah. Sebab, jemaah meluber sampai memenuhi jalur jemaah yang akan keluar dan masuk ke masjid.
Di akhir ceramah, Ustaz Ariful Bahri menjawab pertanyaan-pertanyaan dari jemaah.
Pertanyaan itu ditulis jemaah di secarik kertas dan diserahkan saat Ustaz Ariful Bahwi berceramah. Ceramah berhenti beberapa menit menjelang azan Isya.
Sebagai informasi, Ariful Bahri adalah putra Riau. Tepatnya di Kelurahan Air Tiris, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar. Masih 75 km dari Pekanbaru.
Ia merupakan lulusan S1-S3 di Universitas Islam Madinah (UIM).
Ariful Bahri saat ini satu-satunya penceramah di Masjid Nabawi yang berasal dari Indonesia. Sebelumnya pernah ada 4 penceramah lain yang menjadi pengisi kajian di masjid yang dibangun Rasulullah itu.
Pernah ada 3 pengisi kajian dari Indonesia dalam era yang sama. Mereka adalah Anas Burhanuddin, Firanda Andirja, dan Abdullah Roy.
Setelah era mereka, dua tahun vakum. Tidak ada lagi kajian berbahasa Indonesia di Nabawi.
Baru pada 2019, Masjid Nabawi meminta Universitas Islam Madinah mengirim mahasiswa dari Indonesia untuk mengikuti seleksi sebagai pengisi kajian di Nabawi.
"Waktu itu saya sedang pulang ke Indonesia. Tiba-tiba dihubungi disuruh kembali ke Madinah untuk ke Masjid Nabawi," kata Ariful.
Setelah tes wawancara dengan salah seorang syekh, ada empat mahasiswa Indonesia yang dinyatakan lulus. Dua di antaranya mengundurkan diri. Tinggal Ariful Bahri dan Irsyad Hasan.
"Kami berdua mengisi kajian berbahasa Indonesia. Saya kebagian setelah Magrib, Ustaz Irsyad sore," kata Ariful Bahri.
Namun, Irsyad Hasan tidak lama menjadi pengisi kajian di Masjid Nabawi. Kini tinggal Ariful Bahri pengisi kajian yang WNI.
Masa kecil Ariful Bahri di Kampar merupakan lingkungan Muhammadiyah. Setelah lulus SD, ia melanjutkan sekolah ke Madrasah Tsanawiyah (MTS).
Saat kelas 3 MTs, ada pondok pesantren baru di kampungnya. Ia keluar dari MTs dan masuk ke pondok tersebut.
"Ada yang menawari, gratis. Tapi saya harus mengulang dari kelas 1," kata Ariful.
Saat kelas 5 (kelas X Madrasah Aliyah), Ariful sudah hafal Alquran. Padahal di pondok itu tidak ada tahfidz atau program menghafal quran.
Pihak yayasan menghadiahi Ariful umrah. Ariful lulus sekolah pada 2006. Kemudian 2007 berangkat umrah sebagai hadiah karena menjadi hafidz.
"Saat di Madinah, saya main ke Universitas Islam Madinah. Lalu ikut tes masuk masuk," kata lulusan Pondok Pesantren Ansor Sunnah, Kampar ini.
Ia terinspirasi salah seorang alumnus dari UIM yang asal Riau. Ariful lolos tes. Setahun kemudian, 2008, ia mulai kuliah di UIM.
"Saya awalnya S1 mengambil jurusan Quran. Lalu pindah ke Ushuluddin. Kemudian S-2 dan S-3 mengambil jurusan akidah. Akidah ini meliputi perbandingan agama dan firqah," cerita bapak empat anak ini.
Saat ini, kata Ariful, ada 1.600 mahasiswa Indonesia yang kuliah di Universitas Islam Madinah. Mereka semua mendapat beasiswa.
"Beasiswanya seribu persen. Tiket pulang ke Indonesia pun ditanggung," tutur Ariful.
Ia resmi menyandang gelar doktor tahun lalu, tepatnya 4 Mei 2023. Desertasinya mendapat nilai sempurna atau Mumtaz ala martabat syaraf.
Selain menjadi pengisi kajian, Ariful juga sibuk menulis. Karya bukunya antara lain Ziarah Madinah dan Keutamaannya serta Untukmu Wahai Tamu Allah. Buku itu ia tulis bersama Ustaz Abu Yusuf.
Kini sudah 15 tahun Ustaz Ariful Bahri tinggal di Madinah. Istrinya ia ajak ke Madinah bersama dengan 4 anaknya. Bahkan kini sang istri tengah mengandung anak kelima mereka.
"Sebentar lagi anak ke lima lahir. Insya Allah 2 atau 3 minggu lagi," ujarnya.