Bermodal limbah, siswi SMA buat kulkas tanpa listrik juara di AS
Dua siswi SMA ini awalnya terinspirasi dari buah dan sayur yang busuk di pasar.
Dua siswi SMA Negeri 2 Sekayu, Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Palembang, Sumatera Selatan berhasil mengharumkan nama bangsa di pentas dunia. Karya ilmiah mereka merebut perhatian para juri International Science and Engineering Fair (ISEF), dan menang dalam lomba tersebut.
Mereka adalah Muhtaza Aziziya Syafiq dan Anjani Rahma Putri, keberhasilannya tak lepas dari idenya membuat kulkas tanpa listrik, atau Green Refrigerant Box tersebut hingga menduduki peringkat kedua, sekaligus juara kedua.
Pemerintah yang mengetahui prestasi tersebut tidak tinggal diam, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pemerintah menjanjikan beasiswa dan membiayai kehidupan mereka selama berada di AS.
Selepas pergantian pemerintahan, kedua gadis berhijab ini kemudian menagih janji tersebut kepada Menteri Anies Baswedan. Salah satu janjinya adalah membiayai kuliah hingga S3.
"Waktu masih Pak Nuh (Mendiknas era SBY), stafnya bilang kami dapat beasiswa unggulan sampai S3, sekarang kan karena pergantian menteri, kami minta kejelasan," kata Muhtaza Aziziya Syafiq usai menemui Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan di ruangannya, Senin (22/12).
Menurutnya, pertemuan yang berlangsung sekitar 30 menit itu tak sia-sia. Sebab, Kemendikbud yang saat ini pimpin Anies Baswedan siap memberikan janjinya kepada keduanya seperti yang diucapkan oleh Menteri sebelumnya Muhammad Nuh.
"Kami bersyukur diapresiasi Kemendikbud dan mendapat juga sedikit kejelasan tentang beasiswa yang kami dapatkan," ujar Pelajar kelas XII ini.
"Beliau usahakan agar tetap terlaksana seperti itu. Jadi, kami senang bisa langsung bertemu, bisa langsung berbicara dengan beliau, apa kebutuhan kami," kata dia.
Berikut cerita dua siswi SMA bisa menang karya ilmiah di kancah internasional:
-
Siapa yang menginspirasi dengan semangatnya mengajar ngaji? Meski berada dalam keterbatasan, semangatnya berbagi ilmu agama kepada anak-anak benar-benar menginspirasi. Syarif, menjadi contoh sosok yang kuat menjalani kehidupan meski fisiknya berbeda dari kebanyakan.
-
Siapa yang menjadi pendakwah muda inspiratif? Jeffry Al-Buchori memiliki nama populer Uje, adalah seorang pendakwah atau ustad yang tampil dengan mengemas bahasa dakwahnya dengan bahasa-bahasa anak muda.
-
Siapa yang menginspirasi dengan kisahnya? Perempuan 22 tahun itu baru saja mengikuti program Singapore-Indonesia Youth Leaders Exhange Program (SIYLEP). Dia didapuk menjadi Duta Pemuda Indonesia 2023 dan mewakili Provinsi Banten di Program Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) yang diselenggarakan oleh Kemenpora RI. Kisahnya turut menginspirasi. Banten provinsi wisata dan budaya Disampaikan Sheila, dirinya bersama 34 perwakilan dari berbagai daerah di Indonesia lainnya bertandang ke Singapura selama lima hari.SIEYLAP sendiri mengusung tema pariwisata yang dikenalkan secara maksimal oleh dirinya. "Sekaligus memperkenalkan tentang Banten dan mengenalkan potensi wisata Banten kepada delegasi Singapura.
-
Kapan Ali mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya dalam cerita inspiratif kelima? Akhirnya, seorang dermawan terinspirasi oleh dedikasi Ali dan memberinya beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya.
-
Bagaimana cara puisi Sumpah Pemuda "Pemuda Harapan Bangsa" menunjukkan semangat para pemuda dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia? Mereka kuatkan tekad Bulatkan semangat untuk Bangsa dan Negara 28 Oktober 1928 Semangat Pemuda terus membara Untuk menyatukan Tanah Air Indonesia Untuk menyatukan Bahasa Indonesia Untuk menyatukan Bangsa Indonesia
-
Apa saja kata-kata motivasi yang cocok untuk menjadi penyemangat calon siswa? Berikut ini merdeka.com merangkum informasi tentang 40 kata-kata casis yang bikin semangat dalam menggapai cita-cita.
Terinspirasi dari buah dan sayur busuk di pasar
Ide Muhtaza Aziziya Syafiq dan Anjani Rahma Putri, dua siswi SMA Negeri 2 Sekayu, Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Palembang, Sumatera Selatan tidak muncul begitu saja. Gagasan tersebut datang ketika keduanya kerap kali menemukan buah dan sayuran yang cepat busuk karena minimnya aliran listrik di tempat tinggalnya.
Ide membuat Green Refrigerant Box atau kulkas tanpa freon dan listrik itu muncul dari tempat mereka tinggal, di Kabupaten Musi Banyuasin, Palembang, Sumatera Selatan. Pasahal, tempatnya tinggal kaya akan buah dan sayuran namun minim listrik.
Dari pengalaman hidup itu, Muhtaza dan Anjani membuat karya ilmiah demikian.
"Karena prihatin sama kondisi pasar yang buahnya itu dalam kondisi membusuk, terus kita memang memaklumi karena kebunnya jauh dari kabupatennya, transportasi juga susah, jadi wajar sampai ke pasar itu kondisinya udah membusuk," kata Muhtaza di Gedung Kemendikbud Jalan Jenderal Sudirman Jakarta Selatan, Senin (22/12).
"Di Musi Banyuasin, kebetulan kami sekolah di pusat kota kabupatennya, yaitu di Sekayu, tapi di daerah-daerah seperti yang di luar sekayunya, desa-desanya itu listrik terbatas, hidup malam doang, siang tidak," imbuhnya.
Bikin kulkas dari barang bekas
Setelah melakukan pengamatan, dua siswi SMA Negeri 2 Sekayu, Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Palembang, Sumatera Selatan mencoba merealisasikan impiannya. Mereka langsung membuat karya ilmiah berupa Green Refrigerant Box atau kulkas tanpa listrik.
"Pompanya hanya botol bekas, ini kami modifikasi sendiri. Kebanyakan yang kami gunakan adalah barang-barang dari limbah," kata mereka.
Menurutnya dalam waktu 2 jam 20 menit, dengan alat ciptaannya suhu semula 28 derajat celcius, mampu turun menjadi 5,5 derajat celcius. Keduanya pun berencana membuat alat yang sama khusus ikan.
"Sekarang ini masih terbatas untuk buah dan sayuran, tapi kami akan kembangkan lagi untuk vaksin dan ikan. Tapi suhunya nggak bisa 5,5, harus nol," ujarnya.
Sabet penghargaan internasional di AS
Ide mereka membuat kulkas tanpa listrik tersebut berhasil menyabet penghargaan di ajang Intel ISEF (International Science and Engineering Fair) di Los Angeles, Amerika Serikat.
"Kami juara 2 award, juara 3 dan spesial award dari partner-partner Intel ISEF," kata Muhtaza Aziziya Syafiq di ruangan Anies Baswedan di Gedung Kemendikbud Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Senin (22/12).
Karya ilmiah berjudul Green Refrigerant Box itu sukses meraih Development Focus Award senilai USD 10 ribu dari the US Agency for International Development.
Dihadiahi beasiswa dari Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akhirnya menepati janji untuk memberikan beasiswa terhadap dua pelajar SMA Negeri 2 Sekayu, Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Palembang, Sumatera Selatan.
Dua pelajar itu bernama Muhtaza Aziziya Syafiq dan Anjani Rahma Putri. Beasiswa diraih mereka atas karyanya menyabet juara 2 di ajang Intel Science Engineering Fair 2014 di USA, pada Mei lalu.
"Mereka menjuarai Intel Science Engineering Fair 2014 di USA, pada Mei lalu. Mereka membuat kulkas tanpa listrik, karena mereka menang dapat grant dari Amerika. Terus mereka mendapat beasiswa dari Kemendikbud," Staf Khusus Kemendikbud Muhammad Chozin Amirullah di Gedung Kemendikbud Jalan Jenderal Sudirman Jakarta Selatan, Senin (22/12).
Atas prestasinya keduanya diberikan beasiswa unggulan penuh untuk menempuh jalur pendidikan kampus di luar negeri. Kebutuhan keduanya selama kuliah akan ditanggung Kemendikbud di Universitas yang menjadi tujuan pelajar tersebut.
"SPP, Asuransi, buku semua dicover, biaya perjalanan dan lainnya," katanya.
Amirullah mengatakan, saat ini keduanya tengah mendaftar di Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Boston, Amerika Serikat. Jika keduanya diterima maka Kemendikbud akan mendukung penuh biaya pendidikan pelajar tersebut.
"Untuk kebutuhan sehari-hari, mereka disesuaikan dengan biaya hidup di kota itu, kan ada standarnya masing-masing di setiap kota," ujarnya.
Menteri Anies janji patenkan karya mereka
Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Beasiswa meminta sekembalinya ke tanah air, Muhtaza Aziziya Syafiq dan Anjani Rahma Putri, dua siswi SMA Negeri 2 Sekayu, Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Palembang, Sumatera Selatan, yang menyabet penghargaan di ajang Intel ISEF (International Science and Engineering Fair) di Los Angeles, Amerika Serikat, jangan dibebankan melainkan diberikan dukungan. Anies meminta setiap anak berprestasi diberikan dukungan penuh.
"Ajarkan anak-anak itu mengenali masalah. Jangan pulang anak-anak itu mengajarkan ilmunya tetapi kalau pulang bisa menerapkan ilmunya," kata Staf Khusus Kemendikbud Muhammad Chozin Amirullah menirukan perkataan Anies usai melakukan pertemuan di ruangannya Gedung Kemdikbud, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Senin (22/12).
Menurut Anies, dua anak ini bisa menemukan penemuan karena belajar melihat masalah. Ketika mereka menemukan masalah itu maka mereka berpikir cara untuk menyelesaikannya dengan keilmuannya.
"Dari masalah itulah mereka berpikir. Jadi ilmu itu dikombinasikan untuk menyelesaikan masalah," imbuhnya.
Selain itu, Anies juga berpesan supaya keduanya terus menuntut ilmu dan sepulangnya ke tanah air ilmu yang didapat diabdikan. Anies menjanjikan karya ilmiah dua siswi tersebut akan dipatenkan.
"Pertama ini harus dipatenkan. Kedua beliau sangat apresiasi kami untuk tetap sekolah terus untuk bisa memecahkan masalah di Indonesia," kata Muhtaza Aziziya Syafiq menirukan perkataan Anies Baswedan usai melakukan pertemuan di ruangannya.