Bima Arya: Pejabat malu korupsi kalau tahu kisah Kapten Muslihat
Sebelum gugur, Muslihat berpesan agar anaknya diberi nama Gelar Merdeka.
25 Desember 1945, Letnan Tubagus Muslihat memimpin satu peleton pasukannya menyerang pos tentara Inggris di pusat Kota Bogor. Pertempuran tak seimbang pecah di dekat Stasiun.
Para gerilyawan dengan senjata seadanya bertempur melawan Tentara Inggris yang terlatih. Pasukan British prajurit Gurkha adalah pemenang Perang Dunia II, yang mengalahkan Jerman di Eropa dan Jepang di Asia.
Namun rakyat Indonesia tak sudi lagi dijajah. Siapa pun yang berani mengganggu kedaulatan republik ini akan dihadapi.
Dalam serangan itu Letnan Muslihat tertembak. Dia sempat dioperasi, namun nyawanya tak tertolong.
Sebelum gugur, Muslihat berpesan agar anaknya diberi nama Gelar Merdeka. Dia juga berwasiat agar seluruh uangnya, Rp 600, diserahkan pada fakir miskin.
Muslihat meninggal keesokan harinya. Pangkatnya dinaikkan jadi Kapten Anumerta. Rakyat Bogor kemudian membangun sebuah patung untuk memperingati gugurnya pahlawan mereka. Namun sedikit yang meneladani semangat Kapten Muslihat.
"Kalau kita tahu sejarah, kita tidak akan tersesat. Kalau kita paham bagaimana perjuangan para Bapak Bangsa kita mempertahankan kemerdekaan, kita akan malu untuk korupsi. Lihatlah Kapten Muslihat yang menyumbangkan uangnya untuk fakir miskin sebelum meninggal. Atau Soekarno yang sampai meminjam uang di saat-saat terakhirnya. Kenapa? Karena mereka tak menumpuk kekayaan untuk dirinya sendiri," kata Wali Kota Bogor Bima Arya.
Hal itu dikatakan Bima Arya saat membuka kegiatan Bogor Membara: 1945! yang digelar Bogor Historical Community di Museum Perdjoangan Bogor, Kamis (25/12).
Di depan para veteran dan pelajar sekolah, Bima berpesan nilai-nilai luhur dari para pejuang harus diteladani. Museum adalah salah satu sarana untuk memperkenalkan hal itu. Karenanya, alat peraga di museum harus dibuat interaktif.
"Saya pernah mengunjungi Museum Winston Churcill di Inggris. Lokasinya di bunker bekas Perang Dunia II. Di sana, tinggal sentuh layar-layar, Winston Churcill seolah-olah hidup kembali," kata Bima yang dalam kegiatan itu juga menandatangani deklarasi save museum.
Sementara itu Koordinator Bogor Membara: 1945! Sufiyanto menambahkan perjuangan di Bogor tak cuma soal heroisme dan peperangan. Banyak sikap para pejuang yang layak diteladani generasi muda.
"Ada Mayor Alex Kawilarang yang menemukan guci berisi emas permata di bekas markas tentara Jepang. Nilainya saat itu ratusan juta. Padahal gaji perwira saja, kalau dibayar cuma Rp 100. Tapi Mayor Alex tak mengambilnya. Guci itu diberikan pada pemerintah pusat untuk kebutuhan perjuangan," kata Sufi.
Lalu ada cerita para pelajar yang menjadi kurir dalam perang. Mereka ditugaskan mengantar uang dari dalam kota ke garis depan. Rintangan yang dihadapi anak-anak itu sangat besar. Mulai tentara Belanda hingga perampok dari kaum pribumi sendiri.
"Tapi para pelajar itu tetap jujur. Mereka tak mengambil uang itu satu sen pun. Jadi teladan antikorupsi sudah dicontohkan para pejuang kita dulu," kata Sufi.