BNPT Deteksi Jaringan Teroris Terus Bergerak di Indonesia
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mendeteksi sejumlah kelompok teroris terus melakukan pergerakan di Indonesia. Mereka terindikasi masih menyebarkan paham radikal di Tanah Air.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mendeteksi sejumlah kelompok teroris terus melakukan pergerakan di Indonesia. Mereka terindikasi masih menyebarkan paham radikal di Tanah Air.
"Masih ada beberapa kelompok jaringan terorisme yang terus terindikasi melakukan upaya-upaya penyebarluasan radikalisasi," kata Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar saat saat jumpa pers di Kantor BNPT Jakarta, Selasa (28/12).
-
Bagaimana cara BNPT membantu para penyintas terorisme agar tetap berdaya? Selain itu, BNPT juga sering mengadakan agenda gathering yang ditujukan untuk menumbuhkan semangat hidup dan mengembalikan kepercayaan diri bagi para korban terorisme agar tetap berdaya.
-
Dimana serangan teroris terjadi? Serangan tersebut terjadi di gedung teater Crocus City Hall yang berlokasi di Krasnogorsk, sebuah kota yang terletak di barat ibu kota Rusia, Moskow.
-
Bagaimana Bintara TNI mendidik anaknya hingga lulus Akpol? Dia diajarkan kedisiplinan hingga kini sukses menjadi calon abdi negara. "Bagaimana didikan anaknya?" tanya sang perekam video. "Disiplin dengan aturan yang sudah ditentukan, berlatih," ujarnya.
-
Siapa yang menyatakan bahwa narkoba lebih berbahaya dari terorisme? Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI Komjen Pol Marthinus Hukom menyatakan narkotika lebih dahsyat dan berbahaya dari terorisme.
-
Dimana BNPT menemukan landasan hukum untuk memberikan kompensasi kepada korban terorisme? Ibnu menjelaskan, landasan pemerintah melakukan pembayaran kompensasi atau ganti rugi tertuang dalam PP No. 35 Tahun 2020 tentang pemberian kompensasi, restitusi, dan bantuan kepada saksi dan korban.
-
Kenapa Komjen Pol Marthinus Hukom menilai narkoba lebih berbahaya dari terorisme? “Teroris berapa orang mungkin, tapi narkotik siapa pun juga, sama dengan teroris tapi narkotik dia menyerang sampai ke saraf-saraf, merusak manusia dan ini berbahaya dan bisa terancam generasi muda, bahkan mengancam keberlanjutan negara,” ucapnya.
Sekurangnya ada enam kelompok yang masih aktif melakukan pergerakannya, yakni: Jamaah Islamiyah (JI), Jamaah Ansharut Daulah (JAD), Jamaah Ansharut Khilafah (JAK), Jamaah Ansharusy Syariah (JAS), Negara Islam Indonesia (NII), Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
"Jadi tentunya kita terus melakukan kontraradikalisasi sekaligus memperluas jaringan edukasi kepada masyarakat," tuturnya.
Ini Aktivitas Tiap Kelompok Teroris
Dalam presentasinya, Boy turut memperlihatkan perkembangan jaringan teror nasional, seperti Jamaah Islamiyah (JI) yang hingga kini belum menentukan pimpinan kelompok. Mereka masih menunjuk para koordinator wilayah untuk mengembangkan struktur di wilayah masing-masing. Selain itu, beberapa bidang struktur markaziah juga telah dinonaktifkan.
Kemudian kelompok Jamaah Ansharul Khilafah (JAK) saat ini terpecah menjadi dua kelompok, yaitu JAK pimpinan Arham alias Abu Hilya yang fokus pada pengembangan Rumah Quran Imam Ahmad dan badan amal.
Kemudian, kelompok kedua adalah JAK pimpinan Suherman yang fokus pada pengelolaan Baitul Mal Watanwil dalam memberikan santunan terhadap janda -janda yang ditinggalkan anggota JAK yang berjihad.
Selanjutnya, kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) terpantau saat ini pergerakan mereka bersifat ke daerah dan aktif di media sosial untuk melakukan propaganda. Selanjutnya mereka juga melakukan pengembangan jamaah melalui pembangunan pondok pesantren yang terafiliasi dengan jaringan JAD.
Lalu, Jamaah Ansharusy Syariah (JAS) yang diestimasikan kegiatannya terpusat di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Pergerakan kelompok ini terfokus kepada kegiatan politik dan bergabung dengan kelompok kelompok intoleran, seperti FPI.
Sedangkan Negara Islam Indonesia (NII) pergerakannya fokus dalam bidang dakwah, penguatan wilayah ekonomi, dan penegakan syariat Islam. Proses rekrutmen yang dilakukan saat ini dilakukan melalui tiga tahapan yaitu: (1) perekrutan awal (2) pembinaan anggota baru, (3) pengkaderan anggota NII.
Sementara untuk kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) sendiri merupakan organisasi teroris yang dipimpin Ali Kalora yang telah tewas ketika kerap melancarkan serangannya di Poso, Sulawesi Tengah
Saat ini hanya tersisa empat anggota MIT Poso yang masuk dalam DPO, yaitu Askar alias Jaid alias Pak Guru, Nae alias Galuh alias Muklas, Suhardin alias Hasan Pranata, dan Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang.
Densus 88 Amankan 364 Terduga Teroris
Lebih lanjut untuk data penindakan BNPT mencatat, sepanjang Januari hingga Desember 2021, Densus 88 Antiteror Polri telah melakukan penindakan terhadap 364 orang yang diduga kuat terlibat jaringan terorisme.
Rinciannya, pemeriksaan dan penyidikan sebanyak 332 orang, dilimpahkan pada pidana umum sebanyak 3 orang, meninggal dunia 13 orang, dan dipulangkan 16 orang.
"Berdasarkan afiliasi kelompok teror, 178 orang di antaranya terafiliasi dengan kelompok JT, 154 orang terafiliasi JAD, 16 orang terafiliasi MIT, dan 16 lainnya terafiliasi FPI," jelas Boy.
Bantahan Jamaah Ansharu Syariah
Terpisah, melalui keterangan tertulis, Amir Jamaah Ansharu Syariah (JAS) Ustaz Mochammad Achwan mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum pernah menerima BNPT untuk dialog atau melakukan penelitian tentang pemikiran atau gerakan yang dilakukan JAS. Menurutnya, pernyataan tersebut berdasarkan stigmatisasi.
Dia menyayangkan tuduhan yang dilayangkan kepada JAS sebagai kelompok teroris. "JAS bukan organisasi teroris dan menolak dikategorikan organisasi teroris karena JAS juga menolak segala bentuk terorisme," tegas Mochammad Achwan.
Dia melanjutkan, dalam AD/ART juga dijelaskan tidak ada kegiatan yang berkaitan dengan tindak pidana terorisme. Menurutnya, segala kegiatan yang dilakukan selama ini jauh dari unsur kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan teror dan rasa takut di masyarakat.
"JAS selama ini berperan aktif memerangi paham ekstrim dan mengarah ke terorisme. Kewajiban untuk menasehati sesama muslim agar tak terjerumus dalam pemahaman yang keliru dan ekstrim yang menjurus ke terorisme," jelasnya.