Bocah SD hamili siswi SMP di Tulungagung, bagaimana solusinya?
Bocah SD hamili siswi SMP di Tulungagung, bagaimana solusinya? edua pelajar itu berkenalan saat di Pantai Gemah pada Februari 2017. Bocah SD sebut saja Putra dan siswi SMP sebut saja Putri. Keduanya saling bertukar nomor telepon, menjalin hubungan serius hingga menjurus pada layaknya hubungan orang dewasa.
Sebuah kabar mengejutkan datang dari warga Tulungagung, Jawa Timur. Bagaimana tidak, ada seorang siswi SMP yang hamil enam bulan dengan bocah SD.
"Kami bersama Lembaga Perlindungan Anak sudah berkunjung dan bertemu orang tua kedua anak itu," kata Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Tulungagung, Ipda Retno Pujiarsih ketika dikonfirmasi di Malang, Rabu (23/5/2018).
-
Kapan Diah Permatasari dan suaminya menikah? Mereka mengucapkan janji suci pada tanggal 5 April 1997. Kini, mereka telah menikah selama 24 tahun dan diberkati dengan kedua anak mereka.
-
Kenapa ucapan pernikahan penting? Tak sekedar mengikat janji suci, kedua pasangan juga akan berbagi kebahagiaan dengan keluarga dan orang terdekat mereka.
-
Di mana pernikahan ini dilangsungkan? Dalam acara sakral yang digelar di Desa Long Beluah, Kecamatan Tanjung Palas Barat, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara itu terlihat pengantin pria bernama Mirza Robert MN Pitt mendatangi rumah mempelai perempuan didampingi sang ibu.
-
Bagaimana pernikahan tersebut dilakukan? Pernikahan tersebut selayaknya yang terungkap dalam video singkat unggahan akun Instagram @undercover.id beberapa waktu lalu. Video berdurasi pendek itu menampilkan momen sakral saat kedua mempelai tengah menjalani proses akad nikah. Diketahui, pernikahan tersebut berhasil digelar melalui jalur pendekatan taaruf dari kedua belah pihak.
-
Kapan Dastia Prajak menikah? Dastia Prajak mengakhiri masa lajangnya pada Maret 2021.
-
Apa yang terjadi di pesta pernikahan itu? Sebuah pesta pernikahan belum lama ini jadi sorotan karena tidak ada tamu undangan meski sudah dimeriahkan oleh biduan sebagai hiburan.
Dari informasi yang dihimpun, kedua pelajar itu berkenalan saat di Pantai Gemah pada Februari 2017. Bocah SD sebut saja Putra dan siswi SMP sebut saja Putri. Keduanya saling bertukar nomor telepon, menjalin hubungan serius hingga menjurus pada layaknya hubungan orang dewasa.
Putra dan Putri beberapa kali berhubungan layaknya orang dewasa. Kali terakhir keduanya berhubungan di rumah kosong milik orang tua Putra pada November 2017 silam. Hingga akhirnya, ada gelagat mencurigakan pada tubuh Putri.
Oleh orang tuanya, Putri kemudian dibawa ke puskesmas untuk diperiksakan kesehatannya pada Mei 2018 kemarin. Dari situlah diketahui jika anak putri mereka sudah mengandung enam bulan. Sontak, peristiwa ini mengejutkan mereka.
"Keterangan orang tua Putri hasil pemeriksaan di puskesmas positif hamil. Kami akan kumpulkan semuanya untuk menangani masalah ini," urai Retno.
Bagaimana Solusinya?
Orang tua keduanya dikumpulkan di Mapolres Tulungagung pada Kamis, 24 Mei pagi ini. Pertemuan itu juga melibatkan Dinas Sosial, rumah sakit, Lembaga Perlindungan Anak dan lembaga lainnya. Tujuannya, untuk mencapai titik temu penyelesaian kasus ini Siswi SMP hamil ini.
Retno menjelaskan, sejauh ini belum ada kesepakatan apakah dua bocah itu akan dinikahkan. Apalagi banyak hal yang harus dipertimbangkan.
"Belum ada titik temu dari kedua orangtua bahwa akan menikahkan anak mereka. Masih akan kami pertemukan lagi," ujar Retno.
Ia berpendapat pernikahan juga bukan solusi terbaik. Pertimbangannya, faktor usia kedua anak-anak itu yang belum tentu siap hidup berumah tangga. Pemerintah juga tak mengizinkan pernikahan di bawah umur. Aspek psikologis dan kesehatan juga jadi perhatian utama jika dipaksakan ada pernikahan.
"Karena itu, semua pihak yang ahli tentang ini akan kami kumpulkan juga untuk dimintai pendapatnya," ucap Retno.
Kepolisian memandang kedua anak tersebut adalah korban. Maka, butuh penanganan khusus untuk menyelesaikan masalah ini. Mempertimbangkan solusi terbaik bagi kedua anak tersebut. Orang tua jadi pihak yang harus bertanggungjawab atas masalah ini.
"Kita tak bisa menyalahkan anak-anak itu karena mereka adalah korban," ujar Retno. Kasus bocah SD menghamili siswi SMP ini pun menjadi keprihatinan bersama.
Sementara itu, baru-baru ini Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise mengatakan bahwa Indonesia perlu belajar dari Iran dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. "Perkawinan anak di Iran juga sudah menurun drastis. Saya ingin belajar dari mereka bagaimana menurunkan angka perkawinan anak karena itu akan sangat membantu indeks pembangunan manusia dan indeks pembangunan gender," tuturnya.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/ega)