Cap teroris media Barat hanya untuk umat Islam?
Media Barat memilih kata psikopat dibanding teroris pada pilot Germanwings hingga membawa seluruh penumpangnya tewas.
Jaksa Kota Marseille Prancis, Brice Robin menuding kecelakaan pesawat Germanwings yang menewaskan 150 orang di dalamnya disebabkan oleh ko-pilot Andreas Lubitz. Pria yang diduga mengalami gangguan kejiwaan akibat patah hati ini sengaja menabrakkan pesawat ke Pegunungan Alpen.
Tak berselang lama, kabar tersebut langsung menjadi tajuk utama di berbagai media Eropa dan dunia. Kebanyakan surat kabar menyebut Lubitz sebagai seorang psikopat, karena tega membunuh ratusan orang tak bersalah untuk mati bersamanya. Namun tak ada satu pun media barat menyebut Lubitz sebagai teroris.
Hal yang sama juga terjadi pada percobaan pembajakan pesawat milik maskapai asal Australia Virgin Blue. Pria yang diketahui bernama Matt Christopher Lockley ini tiba-toba mendobrak pintu kokpit dan memaksa kepada orang di dalamnya untuk segera membuka pintu. Awak penerbangan nomor VA41 ini lantas mengirimkan kode 7500 sebagai kode pembajakan kepada otoritas keamanan Indonesia.
Usai ditangkap, Matt mengaku sedang mabuk dan mengira kokpit sama dengan toilet. Meski begitu, kejadian ini mengundang ketakutan sejumlah penumpang.
Pro dan kontra istilah terorisme juga sempat terjadi dalam kasus penembakan di kantor redaksi Charlie Hebdo di mana kedua pelakunya langsung dicap sebagai teroris. Istilah ini sempat dihindari sejumlah media Barat ketika kasus pembunuhan massal disertai pemboman yang dilakukan seorang politisi sayap kanan anti-Islam di Norwegia pada 2011 lalu.
Dalam kasus yang menewaskan 77 orang tersebut, pelaku bernama Anders Behring Breivik menembak setiap orang yang ditemuinya dengan senapan semi otomatis Ruger Mini-14 dan pistol Glock 34. Tak hanya itu, dia juga memasang bom mobil di pusat keramaian Kota Oslo, Norwegia.
Tanpa menunggu konfirmasi kepolisian, berbagai media langsung mengaitkannya dengan teroris Islam dan Al-Qaidah. Namun, penangkapan terhadap Breivik membuat media-media tersebut diam dan lebih senang menghindari kata terorisme. Meski akhirnya kata terorisme disematkan pada Breivik.
Terkait dengan beberapa peristiwa di atas, apakah cap teroris media Barat hanya berlaku untuk Islam?
{content-split]
Pengamat terorisme Wawan Heri Purwanto menjelaskan, istilah terorisme sendiri merujuk pada kata teror, artinya membuat orang ketakutan, putus asa, tidak berdaya, kehilangan kenyamanannya atau situasi lain yang membuat pemerintah dituduh sebagai pihak yang tak mampu memberikan perlindungan. Namun, siapa saja yang pantas disematkan istilah ini tergantung pada sudut pandang masing-masing kelompok.
Dalam kasus kecelakaan Germanwings, otoritas penerbangan Jerman juga tak lepas dari kesalahan karena tetap mengizinkan Lubitz menerbangkan pesawat tanpa melalui tes psikologi. Pembiaran ini mengakibatkan pelaku dengan leluasa menabrakkan pesawatnya ke tebing gunung.
"Lepas apakah ini disebut tindakan teroris, ini kembali lagi pada sudut pandang. Apakah pilot ini membawa dampak pada apa yang dibawa selama memegang kendali terhadap pesawat," ujar Wawan saat berbincang dengan merdeka.com, Minggu (29/3).
Meski begitu, Wawan juga tidak menampik adanya sentimen negatif yang dilakukan media barat terhadap Islam. Kondisi ini berlangsung sejak runtuhnya gedung WTC pada 9 November 2001 akibat ditabrak dua pesawat yang dibajak anggota Al-Qaidah.
Persepsi berbeda ini juga berlangsung di Suriah, di mana kaum pemberontak disebut sebagai pahlawan sekaligus jihadis oleh kelompok pendukungnya, sedangkan tentara pemerintah adalah penjahat, begitu pun sebaliknya. Hal yang sama juga pernah terjadi pada Pangeran Diponegoro, Belanda menganggapnya sebagai pemberontak atau ekstremis, sedangkan masyarakat Indonesia menyebutnya sebagai pahlawan.
"Teroris atau bukan itu beda-beda tipis, tergantung persepsi dan dari kelompok mana munculnya, termasuk pesawat Germanwings. Bisa oleh kelompok tertentu teroris, tapi kelompok lain sebagai seorang yang punya gangguan kejiwaan. Ini hanya soal istilah," tutupnya.
Baca juga:
Kopilot Germanwings Andreas Lubitz punya sakit mata
Andreas Lubitz ingin dikenang dengan jatuhkan Germanwings
Belum termasuk ganti rugi, korban Germanwings dapat Rp 700 juta
Andreas Lubitz patah hati sebelum insiden Germanwings
Gara-gara Andreas Lubitz, kini pilot tak boleh sendirian di kokpit
Evakuasi berjalan, Prancis dibanjiri keluarga korban Germanwings
-
Apa yang terjadi pada penerbangan Batik Air rute Makassar ke Jakarta yang membuat penumpang panik? Dalam video tersebut terlihat pesawat dalam kondisi gelap dan disebutkan sistem air conditioner (AC) juga mati.
-
Dimana serangan teroris terjadi? Serangan tersebut terjadi di gedung teater Crocus City Hall yang berlokasi di Krasnogorsk, sebuah kota yang terletak di barat ibu kota Rusia, Moskow.
-
Kenapa penumpang pesawat Batik Air rute Makassar ke Jakarta merasa tidak nyaman dan panik? Kondisi itu membuat beberapa penumpang terutama anak-anak merasa tidak nyaman dan panik karena sesak napas.
-
Kenapa Garuda Indonesia sering telat dalam mengangkut jemaah haji? Komisi sudah memanggil pihak Garuda Indonesia, Direktur Jenderal Perhubungan Udara dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP). Apalagi, sejak insiden kerusakan mesin pesawat Garuda yang ditumpangi Kloter 5 Embarkasi Makassar."Kami minta agar diberikan perhatian khusus, karena haji ini adalah misi yang sangat vital dan penting. Sehingga seluruh transportasi, baik udara maupun darat harus dipastikan keamanannya. Itu sudah kami sampaikan," tuturnya.
-
Kapan Garuda Indonesia dijadwalkan untuk mengangkut jemaah haji kloter 15 Makassar? Ketua Komisi VIII DPR RI, Ashabul Kahfi menyorot kinerja maskapai Garuda Indonesia terkait banyaknya keberangkatan jemaah haji yang terlambat.Terbaru kelompok terbang (kloter) 15 Embarkasi Makassar yang mengalami delay atau keterlambatan hingga tujuh jam.
-
Bagaimana kecelakaan pesawat Wien Consolidated Airlines terjadi? Kecelakaan ini terjadi setelah pesawat mengalami turbulensi parah yang mengakibatkan lepasnya salah satu sayap pesawat, menewaskan 39 orang di dalamnya.