Cegah DBD, Kemenkes Introduksi Vaksin Dengue Tahun Depan
Introduksi vaksin dengue bertujuan mencegah penyebaran demam berdarah.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menjadwalkan introduksi vaksin dengue untuk menjadi program nasional pada 2025.
Cegah DBD, Kemenkes Introduksi Vaksin Dengue Tahun Depan
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menjadwalkan introduksi vaksin dengue untuk menjadi program nasional pada 2025.
Introduksi vaksin dengue bertujuan mencegah penyebaran demam berdarah (DBD).
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, pihaknya sedang berkoordinasi dengan ITAGI (Indonesia Technical Advisory Group of Immunization) sebelum introduksi vaksin dengue.
“Kita juga harus bicara dengan kementerian seperti Bappenas, karena terkait pembiayaan, karena setiap vaksin baru kita harus mulai dengan introduksi. (Untuk introduksi vaksin dengue) kita lihat tahun depan," ujar Maxi, dilansir dari Antara, Kamis (18/1).
Maxi mengatakan, walau baru menjadwalkan pengenalan vaksin tahun depan, pemerintah daerah dengan kapasitas fiskal Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang sudah bagus sudah bisa memulai pengenalan vaksin dengue.
"Kita juga sudah izinkan daerah-daerah, sebenarnya introduksi sudah mulai daerah-daerah tertentu yang kapasitas fiskal APBD-nya bagus, seperti Kaltim. Daerah yang sudah mau silakan,"
ujar dia.
merdeka.com
Menurut dia, proyeksi untuk sampai akhirnya vaksin dengue menjadi program nasional akan sangat tergantung pada hasil introduksi.
Vaksin dengue direkomendasikan Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) untuk diberikan dua dosis mulai usia enam tahun hingga 45 tahun sebagai pencegahan demam berdarah.
Jarak pemberian vaksin pertama dan kedua yakni selama tiga bulan.
Setelah itu, pemberian vaksin ulangan dalam jangka waktu empat tahun kemudian belum diperlukan karena antibodi masih tinggi.
Mengenai upaya pencegahan penyebaran DBD, salah satu yang diupayakan pemerintah yakni penebaran jentik nyamuk Aedes aegypti mengandung bakteri Wolbachia.
Maxi mengatakan, saat ini sejumlah fasilitas yang memiliki kapasitas dalam produksi teknologi itu antara lain laboratorium UGM, Labkesmas di Salatiga.
"Lima kabupaten/kota (sebagai pilot proyek penyelenggaraan teknologi nyamuk Aedes aegyepti ber-Wolbchia), kita akan lihat lagi sesudah ini jalan, tahun ini, karena kapasitas produksi telur itu kita masih terbatas," kata Maxi.