Cegah PKI bangkit, Panglima TNI uraikan bahaya Neoliberal & Ateisme
Gatot mengingatkan bahwa salah satu upaya agar bahaya laten komunis tidak kembali bangkit, adalah memperkuat aspek agama
Dalam pidato di acara simposium anti-PKI hari kedua, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengingatkan agar masyarakat Indonesia jangan hanya terpaku pada hal-hal yang ambigu di permukaan. Hal ini terkait munculnya bahaya laten komunis.
Dirinya menegaskan bahwa hal yang berbahaya bagi Indonesia saat ini, sebenarnya adalah bahaya ideologi Neoliberalisme dan Neokolonialisme.
"Saya mengingatkan, kita jangan hanya terpaku pada hal-hal di permukaan yang ambigu. Waspada harus, tapi kalau hanya mengamati yang di permukaan, ini bahaya," ujar Gatot di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Kamis (2/6).
"Karena yang sebenarnya sangat berbahaya saat ini adalah Neoliberalisme dan Neokolonialisme," ujarnya menambahkan.
Selain itu, Gatot mengingatkan bahwa salah satu upaya agar bahaya laten komunis tidak kembali bangkit, adalah memperkuat aspek agama sesuai Pancasila sila pertama, kepada masyarakat Indonesia dan para generasi penerus bangsa.
Hal ini dipelajarinya dari sejumlah negara di eropa, seperti Jerman, Prancis, Inggris, Denmark, dan negara-negara anggota NATO lainnya, yang saat ini sedang mengalami krisis keyakinan beragama.
Melalui data yang dimilikinya, Gatot mengatakan bahwa di negara-negara tersebut, umumnya mereka kehilangan sekitar 60 ribu jemaah setiap tahunnya, akibat banyaknya warga negara mereka yang mulai meninggalkan kehidupan beragama.
Hal itu berbanding lurus dengan kerap ditutupnya sekitar 60 tempat ibadah setiap tahunnya di masing-masing negara tersebut, untuk dijual dan dialihfungsikan menjadi perumahan mewah, mall, dan lain sebagainya.
"Masalah ini jangan dianggap biasa, ini proses menuju ateisme. Kalau sudah menjadi ateis, tinggal masukkan Marxisme, itu jadi Komunisme," pungkasnya.