Cerita duka dua aktivis HMI sebelum tergulung ombak Pantai Selatan
Banyak ungkapan duka cita yang dicatatkan rekan-rekan korban di akun Facebook miliknya.
Kisah tragis dua aktivis Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) kader Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Kota Semarang, Jawa Tengah menyisakan duka mendalam bagi keluarga, sanak saudara dan rekan-rekannya. Ganasnya ombak Pantai Selatan, tepatnya di Pantai Sepanjang, Ngasem, Kemadang, Tanjungsari, Gunung Kidul, Yogyakarta, mengantar kepergian keduanya pada Jumat (25/12) lalu sekira pukul 06.50 WIB.
Kedua korban adalah Muhammad Luthfan Muwaffir (22) warga Laren RT 1 RW 1 Bumiayu, Brebes dan Hasan Fuady (26) warga Bojong, Pekalongan. Lutfan ditemukan dalam kondisi meninggal dan jenazahnya telah dimakamkan di kampung halamannya. Sedangkan Hasan hingga kini hilang belum ditemukan. Tim SAR Pos Pantai Baron hanya menemukan kaos warna biru dan sandal warna abu-abu yang dikenakan oleh Hasan.
Sejumlah ucapan belasungkawa dari rekan-rekan korban banyak tertulis di dinding Facebook milik korban Hasan Fuady. Foto-foto kedua korban juga tampak diupload, di antaranya foto bersama di dekat batu karang. Foto itu diupload oleh akun Ulfa Syarifatin, salah satu teman korban di facebook. Selain itu, teman korban yang lain, akun facebook Kafha juga meng-upload sebuah foto korban bersama empat orang. Empat orang tersebut sempat berfoto bersama di depan kantor HMI Cabang Semarang.
Salah satu saksi mata dalam peristiwa maut itu adalah Noor Rachman (27) warga Jalan Jenderal Soedirman RT 4 RW 2 Pekalongan, yang turut dalam rombongan. "Kami sempat foto-foto di atas batu karang, sebelum akhirnya mandi di laut. Selain, sebelum berangkat, kami sempat berfoto bersama di depan kantor HMI," tutur Noor Rachman kepada merdeka.com Minggu (27/12).
Rachman mengungkapkan, awalnya rombongan berangkat berjumlah empat orang, yakni Rachman (mahasiswa S2 Unnes), Hasan Fuady (mahasiswa S2 Unissula/alumni Fakultas Syariah UIN Walisongo), Saeful Ghozi (mahasiswa S2 Undip), dan Luthfan Muwaffir (mahasiswa Fakultas Syariah semester 9 UIN Walisongo). Keempatnya berangkat dari Kota Semarang pada Kamis (24/12) sekitar pukul 12.00 WIB. "Kami berangkat berempat, menggunakan dua motor. Sampai di lokasi pukul 20.00 WIB, diteruskan mendirikan tenda di tepi pantai," terangnya.
Rachman membeberkan malam itu hanya ada dua rombongan yang mendirikan tenda di Pantai Sepanjang tersebut. Tujuan awalnya akan nge-camp di Pantai Drini, berada di sepanjang Pantai Baron, namun tidak jadi dilakukan. Setelah bermalam di pantai tersebut, Jumat (25/12) kurang lebih pukul 05.30 WIB, keempatnya bangun untuk menunaikan salat subuh, kemudian dilanjutkan main bersama di dekat karang tepi pantai.
"Kawan-kawan mengajak mandi di laut. Saya bersama Saeful posisinya mandi di tepi pantai. Sedangkan dua korban berada agak ke tengah laut," bebernya.
Saking asyiknya suasana liburan di penghujun tahun itu seketika malah berubah menjadi petaka. Mereka tidak menyadari saat ombak laut Pantai Selatan itu tiba-tiba pasang. Keempat aktivis HMI tersebut kepanikan saat ombak menghantam.
"Saya sendiri sempat terseret ombak, tapi akhirnya bisa menyelamatkan diri bersama Saeful," ucapnya.
Sedangkan dua korban Lutfan dan Hasan sempat terpental di atas gelombang besar. "Saya melihat dan mendengar, kedua korban berteriak minta tolong. Namun kedua korban terseret gelombang semakin ke tengah laut. Sebelum hilang tenggelam, kedua korban dalam kondisi bergandeng tangan," ungkap Rachman.
Rachman lebih lanjut menuturkan saat kejadian juga ada banyak pengunjung lain yang mandi di laut tersebut. Mereka memutuskan mandi karena pagi itu ombak sudah terlihat surut. "Malam sebelumnya ombak memang besar, tapi pagi itu sudah surut, maka temen-temen mengajak mandi," imbuhnya.
Rachman mengaku hingga kini masih trauma. Terlebih jika melihat foto-foto detik-detik sebelum kejadian. "Saya tidak menyimpan foto, masih trauma. Kami berempat teman di organisasi HMI," katanya.
Sedangkan korban Hasan hingga kemarin, belum ditemukan. Sejumlah petugas tim SAR masih melakukan penyisiran di sepanjang pantai Gunung Kidul. Ia sendiri berharap ada keajaiban Tuhan, rekannya Hasan segera ditemukan dengan selamat. "Tim SAR hanya menemukan kaos warna biru dan sandal warna abu-abu yang dikenakan oleh Hasan. Rekan-rekan HMI juga masih banyak yang di sekitar lokasi kejadian," katanya.
Entah firasat atau bukan, kata Rachman, sebelum kejadian, Hasan Fuady sempat menyampaikan kata-kata terakhir kepada dirinya. "Adi (panggilan Fuady), menyampaikan bahwa dia akan menjauh dulu dari aktivitas HMI," ujarnya.
Hasan Fuady dan Luthfan Muwaffir di mata teman-temannya dikenal sebagai sosok aktivis yang tekun belajar, senang humor dan bersahabat. "Keduanya merupakan sosok periang. Fuady pegiat komunitas diskusi dan sering menulis, kalau Luthfan masih aktif kepengurusan HMI sampai sekarang ini," pungkas Rachman.
Baca juga:
3 Wisatawan tewas usai menikmati keindahan air terjun Batu Roto
Jenazah bocah 6 tahun ditemukan 4 mil dari lokasi perahu terbalik
2 Hari pencarian, bocah 6 tahun korban perahu terbalik belum ketemu
Asyik selfie, 10 santri di Sukabumi digulung ombak 1 hilang
Sedang melaut, 2 nelayan di Sukabumi hilang digulung ombak
-
Apa yang ditemukan di Kota Lama Semarang? Dari ekskavasi itu, tim peneliti tidak hanya menemukan struktur bata yang diduga merupakan bagian dari benteng Kota Lama. Namun juga ditemukan artefak berupa fragmen keramik, botol, kaca, tembikar, serta ekofak berupa gigi, tulang, tanduk hewan, dan fragmen Batubara yang jumlahnya mencapai 9.191 fragmen.
-
Di mana desa Tegal Wangi terletak? Desa Tegal Wangi di Jimbaran, Badung, Bali, kini menjadi hidden gem yang menawarkan keindahan pantai dengan suasana tenang.
-
Kapan wabah kelaparan terjadi di Semarang? Pada tahun 1901, muncul wabah kelaparan di Semarang dan Demak.
-
Apa daya tarik utama Pantai Parang Semar? Salah satu daya tarik pantai ini adalah musim penyu bertelur. Kabupaten Banyuwangi dikenal dengan keindahan alam dan budaya yang memikat.
-
Dimana lokasi Pantai Tanjung Kesirat? Pantai Kesirat berada di Dusun Karang, Desa Girikerto, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.
-
Mengapa Kampung Semonet tenggelam? Sejak tahun 1999, terjadi abrasi di kampung tersebut. “Ini ada dampak dari pembangunan di kawasan Ujung Muara. Jadi ombak yang dulunya landai dan stabil, dengan ada pembangunan itu ombak jadi berputar ke arah sini. Lama-lama kan akan menggerus pantai. Kalau sehari berapa milimeter, setahun sudah berapa meter?” ungkap Pak Suroso.