Cerita Para Pendiri Bangsa Menolak Menikah Demi Indonesia Merdeka
Para pahlawan Indonesia sempat menolak menikah demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Begini kisah percintaan mereka
Para pahlawan Indonesia sudah merelakan hidup dan matinya untuk memerdekakan Indonesia dari pendudukan penjajah. Mereka terus berjuang memerdekakan Indonesia sampai-sampai kepentingan pribadi tak dipikirkannya.
Salah satu contohnya adalah soal menikah. Ada beberapa pendiri bangsa tak mau menikah jika Indonesia belum merdeka. Bagi mereka, kemerdekaan Indonesia berada di atas kepentingan pribadi mereka, termasuk soal menikah.
-
Siapa yang diangkat menjadi Pahlawan Nasional? Setelah kematiannya yang tragis, nama Amir Hamzah semakin semerbak di telinga masyarakat Indonesia. Ia juga diakui dan dianugerahi Satya Lencana Kebudayaan dan Piagam Anugerah Seni. Sampai puncaknya, pada tahun 1975, nama Amir Hamzah ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.
-
Kapan KH Zainal Mustafa diangkat sebagai Pahlawan Nasional? Pada 6 November 1972, KH Zainal Mustafa diangkat sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 064/TK/Tahun 1972.
-
Kenapa KH Ahmad Hanafiah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional? Gelar tersebut diserahkan oleh Presiden RI kepada perwakilan keluarga di Istana Negara Jakarta pada Jumat (10/11) lalu.
-
Kapan Mohammad Nazir Datuk Pamoentjak wafat? Ia wafat di Bern, Swiss pada tanggal 10 Juli 1965 di usianya yang sudah 68 tahun.
-
Kapan Raja Ali Haji dianugerahi gelar pahlawan nasional? Pada tahun 2004, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan Raja Ali Haji sebagai pahlawan nasional Indonesia.
-
Kapan Abdurrahman Baswedan mendapatkan gelar Pahlawan Nasional? Atas jasa-jasanya semasa hidup, ia diberi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo pada 8 November 2018 di Istana Kepresidenan Jakarta.
Berikut para pahlawan Indonesia yang memilih tidak menikah sebelum Indonesia merdeka:
Mohammad Hatta Nazar Tak Nikah Sebelum RI Merdeka
Proklamator Mohammad Hatta memiliki sebuah nazar yakni takkan menikah jika Indonesia belum merdeka. Sebagai seorang yang komit dengan ucapan dan perbuatan, nazar itu ditepatinya.
Saat berusia 41 tahun, Hatta belum juga menikah. Hal itu dikarenakan nazarnya yang takkan menikah sebelum Indonesia merdeka. Hal ini lantas menyita perhatian sahabatnya, Soekarno. Alhasil, Soekarno mencarikan pendamping buat Hatta. Menjelang kemerdekaan Indonesia, Bung Karno mendatangi rumah keluarga Ny Rachim di Bandung, Jawa Barat.
Dalam kunjungan tersebut, Soekarno bertanya kepada Ny Rachim, "Gadis mana yang tercantik di Bandung?". Mendengar pertanyaan itu, Ny Rachim tampak bingung. Ia akhirnya menyebut sejumlah nama. "Ada Olek, putri Ibu Dewi Sartika. Meta, putri dokter Sam Joedo yang terkenal di Bandung, atau Mieke, kerabat dokter itu," ujar Ny Rachim, sekenanya.
Dicomblangi Bung Karno, Hatta Menikah Usai RI Merdeka
Tiga bulan setelah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Bung Karno kembali datang ke kediaman Ny Rachim. Kali ini bersama sahabat karibnya, dokter Soeharto. Di rumah itu, Soekarno langsung mengutarakan niat kedatangan. "Begini, saya mau melamar," kata Bung Karno. Ny Rachim balik bertanya, "Melamar siapa?".
"Melamar Rahmi," kata Soekarno. Ny Rachim lagi-lagi kebingungan. "Untuk siapa?" kejarnya. Dengan suara yang terdengar jelas Soekarno menjawab, "Untuk teman saya, Hatta." Suasana menjadi hening. Bagi keluarga Ny Rachim, Soekarno dan Hatta memang bukan orang baru. Bahkan, seluruh anak Ny Rachim memanggil kedua tokoh ini dengan sebutan Om Karno dan Om Hatta.
Dengan nada bijak, Ny Rachim mengatakan, "Mas Karno, mengenai lamaran ini, saya harus bertanya dulu kepada anak saya, Rahmi. Menurut saya, dia sudah berusia 19 tahun, sehingga sudah saya anggap dewasa untuk memutuskan jalan hidupnya". Perbedaan usia Hatta dan Rahim yang terpaut 24 tahun memang menjadi pertimbangan Ny Rachim. Saat itu Hatta sudah berusia 43 tahun.
Meski begitu, Ny Rachim tetap menemui Rahmi. Yuke, sapaan Rahmi, bertanya "Siapa yang datang, Mam?" Pertanyaan itu langsung dijawab, "Bung Karno. Dia datang untuk melamar kamu." Rahmi sangat kaget mendengar jawaban itu. "Buat saya? Mahasiswa sinting mana yang mau melamar saya?" ujarnya. Dengan hati-hati Ny Rachim menjelaskan, "Ini bukan mahasiswa! Dia orang baik, Mohammad Hatta!".
Yuke tampak ragu-ragu. Ia takut ketika diajak ke hadapan Om Karno. "Om, saya takut," kata Yuke. Mendengar ucapan itu, Soekarno tersenyum. "Kamu takut apa? Jangan takut, Hatta itu orang baik, dia pemimpin yang baik, dia juga sahabat saya yang baik". Penjelasan Om Karno membuat Yuke mengerti dan menerima lamaran tersebut. Selain itu, Yuke menilai Om Hatta sebagai orang pintar yang menjalankan syariat agama dengan baik.
Tepat November 1945, setelah kemerdekaan Indonesia, Rahmi menikah dengan Hatta di Mega Mendung, Puncak, Jabar, di saat revolusi fisik masih berkecamuk. Gadis keturunan Jawa-Aceh ini tak pernah menyangka garis nasib akan membawanya menjadi istri wakil presiden pertama Indonesia.
3 Kali Jatuh Cinta, Tan Malaka Lebih Pilih Perjuangan Kemerdekaan RI
Pahlawan nasional Tan Malaka juga memiliki kisah cinta yang tak kalah tragis. Tan Malaka pernah ditanya oleh salah seorang pengikutnya, Adam Malik, soal dunia percintaan. Tan Malaka kemudian mengaku pernah tiga kali merasakan jatuh cinta.
"Apa Bung pernah jatuh cinta?," tanya Adam Malik yang di era Orde Baru pernah menjabat sebagai Wapres dalam buku 'Mengabdi Kepada Republik'.
"Pernah. Tiga kali malahan. Sekali di Belanda. Sekali di Filipina dan sekali lagi di Indonesia. Tapi semuanya itu katakanlah hanya cinta yang tidak sampai, perhatian saya terlalu besar untuk perjuangan (Indonesia)," jawab Tan Malaka.
Tan Malaka Tak Kawin karena Perkawinan akan Membelokannya dari Perjuangan
Dalam buku 'Tan Malaka: Pahlawan Besar yang Dilupakan Sejarah', di Indonesia, Tan pernah jatuh cinta kepada satu-satunya siswi perempuan di sekolahnya, yakni Syarifah Nawawi. Namun, sudah tiga kali Tan Malaka mengungkapkan cinta pada Syarifah, jawabannya tetap penolakan.
Tan Malaka mengalami cinta bertepuk sebelah tangan. Syarifah akhirnya menikah dengan R.A.A. Wiranatakoesoema, Bupati Cianjur yang saat itu sudah memiliki lima orang anak.
Hingga akhir hayatnya, Tan Malaka tetap tidak menikah. Ia lebih mementingkan perjuangan ketimbang percintaan. "Ia (Tan Malaka) tidak kawin karena perkawinan akan membelokannya dari perjuangan. Ia bersikap penuh hormat terhadap perempuan. Ia juga tak pernah berbicara tentang perempuan dalam makna seksual. Dari sudut ini ia seorang yang bersih," kata SK Trimurti yang menjalin hubungan baik saat Tan Malaka tinggal di rumah Soebardjo pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
(mdk/dan)