Cerita profesor Hawaii ramal Gus Dur bakal jadi presiden
Sejak tahun 1994, Gus Dur sudah diramal bakal menjadi presiden RI.
Abdurrahman Wahid atau yang biasa disapa Gus Dur menjadi presiden keempat di Republik ini pada tahun 1999. Namun sejak tahun 1994, Gus Dur sudah diramal bakal menjadi presiden RI.
Muhammad AS Hikam dalam bukunya 'Gus Dur Ku, Gus Dur Anda dan Gus Dur Kita' menyebut bahwa seorang Profesor dari Universitas Hawaii sudah meramalkan hal itu. Profesor Manfred Henningsen, orang yang meramalkan bahwa cucu pendiri NU itu bakal memimpin Indonesia.
Menurut Hikam, pada suatu malam di tahun 1994, dirinya, Gus Dur , Manfred dan Neil Abercrombe (sahabat Manfred yang kini jadi gubernur negara bagian Hawai) kongkow bareng di restoran Vietnam yang sederhana di Hawaii. Saat itu Manfred membuka pembicaraan sambil minum kopi persis di depan meja Gus Dur .
"Mr Wahid, you will be the president of your country (Pak Wahid, sampeyan bakal jadi presiden di negara sampeyan)," ujar Manfred kala itu seperti yang ditulis Hikam dalam bukunya di halaman 16 yang dikutip merdeka.com, Selasa (3/12).
Neil, sahabat Manfred pun mengangguk tanda setuju. Selama ini baik Manfred dan Neil memang sudah mengikuti kiprah Gus Dur dalam membangun pondasi demokrasi di Tanah Air.
Namun reaksi Gus Dur dan Hikam saat itu sama. Mereka tertawa terbahak-bahak mendengar ramalan Manfred.
"Manfred, you must be joking. Soeharto and the generals are still quite strong (Manfred, sampeyan pasti bercanda, wong Soeharto dan para jenderalnya sangat kuat)" ujar Hikam mengomentari.
Manfred adalah pakar filsafat politik barat, khususnya tentang politik ekstreminasi, gerakan pro demokrasi dan filsafat politik Yunani. Dan yang jelas, Manfred awam soal Indonesia, tak heran Hikam dan Gus Dur hanya tertawa dengan analisa Manfred.
"No, no, no. Muhammad, I couldn't be more serious than that. You just wait and see. It happens everywhere (tidak Muhammad. Saya benar-benar serius tentang hal ini. Kau tunggu dan lihat saja. Ini terjadi di mana-mana)" sergah Manfred.
Neil yang saat itu baru beberapa tahun lulus dari Universitas Hawai dan menyabet gelar Ph.D dalam Ilmu politik juga menambahkan, Gus Dur , kata Neil saat itu sangat mungkin untuk menjadi presiden.
"Yes Muhammed, why not? We're not a bunch of clairvoyances, here. It's a trend in the world over (Ya Muhammad, kenapa tidak kan kita-kita ini bukan segerombolan cenayang. Itu kan kecenderungan di seluruh dunia)," ujar Neil.
Namun obrolan malam di musim panas itu dianggap Gus Dur dan Hikam hanya sebagai analisa saja. Dalam beberapa kesempatan, si penulis buku kerap berdebat dengan Manfred, tetapi profesornya itu tetap pada pendapat awal, bahwa suatu saat Soeharto akan tumbang, dan Gus Dur naik jadi presiden.
"Saya sendiri tetap tidak yakin karena kondisi perpolitikan di Indonesia yang sangat kompleks dan Manfred (yang bukan ahli Indonesia) jelas tidak paham," tulis Hikam di halaman 17 bukunya.
"Makanya ketika Gus Dur benar-benar terpilih jadi presiden pada tahun 1999, saya langsung ingat percakapan di restoran vietnam pada musim panas 1994 itu," ujar Hikam.
Hikam pun lalu coba mengingatkan Gus Dur tentang obrolan di warung kopi itu ketika sudah menjadi presiden.
"Iya, ya Kang... Inget saya, hebat profesor sampeyan itu," ujar Gus Dur .
Apakah itu sebuah ramalan atau permonisi Manfred?
Namun yang jelas, Muhammad AS Hikam menjadi saksi bahwa ada seorang akademisi yang sangat rasional dan tidak punya kepentingan apa pun kecuali ingin melihat demokrasi berkembang di Indonesia. Manfred ternyata jitu melihat Gu Dur lima tahun ke depan.
Namun demikian Gus Dur tidak genap menjadi presiden selama lima tahun. Konstelasi politik memaksa Gus Dur lengser. Meski demikian, Gus Dur tetap memikat di hati siapa saja, termasuk anda?