Chikungunya Merebak di Depok dan Tangerang
Ronald, warga Sawangan Depok, sudah sepekan ini tak bisa beraktivitas seperti biasa. Dia hanya terbaring lemas di kasur. Dia divonis dokter terserang Chikungunya.
Ronald, warga Sawangan Depok, sudah sepekan ini tak bisa beraktivitas seperti biasa. Dia hanya terbaring lemas di kasur. Dia divonis dokter terserang Chikungunya.
Rupanya, awal penyakit ini datang dari orangtuanya. Kemudian, dia pun terserang penyakit yang berasal dari nyamuk tersebut.
-
Kenapa nyamuk DBD dan chikungunya bisa menyebar dengan mudah? Sarang nyamuk yang mudah terbentuk di sekitar rumah bisa menjadi sumber penyakit menular, seperti Demam Berdarah (DBD) dan Chikungunya.
-
Apa itu penyakit Japanese Encephalitis? Penyakit Japanese Encephalitis (JE) adalah salah satu penyakit yang menakutkan bagi banyak orang. Penyakit ini bisa menyebabkan radang otak yang berakibat fatal, bahkan kematian.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Mengapa penyakit Japanese Encephalitis disebut berbahaya? Penyakit ini bisa menyebabkan radang otak yang berakibat fatal, bahkan kematian.
-
Kapan wabah malaria di Cirebon dimulai? Pada 1903 menjadi tahun yang kelam di Cirebon, Jawa Barat. Wabah penyakit malaria melanda hingga memakan banyak korban.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
"Ternyata tetangga-tetangga saya juga kena chikungunya," kata Ronald.
Dia pun telah melaporkan hal ini ke RT setempat. RT diminta untuk berkoordinasi dengan kelurahan untuk melakukan fogging sebagai antisipasi menyebarnya penyakit ini.
"Disuruh istirahat dokter seminggu," kata dia.
Chikungunya juga ditemukan di Kota Tangerang. Dari data yang ada, sedikitnya ditemukan 88 kasus. Sementara 13 kasus lainnya terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD). Ini diyakini sebagai efek musim hujan yang melanda.
Dr. Bevy, Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit mengatakan, hal tersebut diketahui setelah hasil penyelidikan epidemiologi (PE) yang dilakukan pihaknya.
"Kita melakukan penyuluhan ke rumah-rumah warga untuk dapat mengetahui kasus Chikungunya ini, saat kita periksa darah pasien yang masih demam, kita temukan 88 orang positif Chikungunya dan 13 positif DBD," ujar Dr. Bevy.
Namun, Dr. Bevy menuturkan pihaknya telah melakukan pengobatan kepada para pasien, sehingga 73 diantaranya sudah sembuh.
"Sisanya kita masih lakukan proses pengobatan," kata Dr. Bevy.
Tak hanya merawat pasien yang terjangkit, pihaknya juga meminta masyarakat untuk menjaga pola hidup bersih dan sehat di tengah lingkungan tempat tinggalnya.
Ia pun meminta masyarakat untuk bisa proaktif dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) lewat gerakan 3 M plus yakni Menguras bak mandi setiap minggu, Menutup tempat penampungan air dan Mendaur ulang barang bekas serta memakai obat anti nyamuk atau kelambu.
"Kami menghimbau masyarakat untuk bisa menerapkan PHBS, penanganan Chikungunya sama persis dengan DBD. Yaitu melalui PSN DBD karena penularannya juga melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti atau Aedes Albopictus, dua jenis nyamuk yang juga dikenal sebagai penyebab demam berdarah," jelasnya.
Pasalnya, jika jika semua Sarang nyamuk diberantas maka tempat perindukannya akan diminimalisir. Tak hanya itu, pihaknya juga telah melakukan berbagai langkah untuk meminimalisir penyebaran Chikungunya dan DBD, seperti mengaktifkan Pokja DBD di Kecamatan dan Kelurahan serta menerjunkan Juru Pemantau Jentik (Jumantik), melakukan Fogging, kemudian juga abatisasi untuk membunuh jentik nyamuk.
"27% Rumah yang dikunjungi tim dinkes ditemukan jentik, ini merupakan faktor resiko penularan kepada orang sekitarnya," pungkasnya.
(mdk/rnd)