Dandhy Laksono Cerita Alasan Berkicau soal Papua yang Berujung Penetapan Tersangka
Cuitan tersebut dianggap polisi berisi ujaran kebencian berdasarkan SARA.
Jurnalis Dandhy Laksono menjelaskan kepada publik terkait maksud dan tujuannya mencuitkan informasi soal kerusuhan di Jayapura dan Wamena Papua. Cuitan tersebut dianggap polisi berisi ujaran kebencian berdasarkan SARA.
"Publikasi saya tweet tanggal 23 September 2019 terkait peristiwa di Jayapura dan Wamena. Saya tweet pagi hari dan di Jayapura sudah siang hari, dan saya melihat banyak foto berseliweran, foto korban, video pertokoan terbakar, foto jenazah tertembak dengan darah menggenang dan sebagainya," kata Dandhy di Kantor Sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) di Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (27/9).
-
Kapan Kurniawan Dwi Yulianto lahir? Kelahiran Kurniawan Dwi Yulianto 13 Juli 1976
-
Apa yang ditemukan di Universitas Prima Indonesia (UNPRI) Kota Medan? Kepolisian menemukan lima mayat di Universitas Prima Indonesia (UNPRI) Kota Medan usai menggeledah kampus swasta tersebut.
-
Kapan Djamaluddin Adinegoro lahir? Gunakan Nama Samaran Djamaluddin Adinegoro lahir di Talawi, sebuah kecamatan di Sawahlunto, Sumatra Barat pada 14 Agustus 1904.
-
Kapan Najwa Shihab menyelesaikan pendidikan di Universitas Indonesia? Dilahirkan di Ujungpandang, Sulawesi Selatan, pada 1977, Najwa menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada 1996.
-
Bagaimana Asri Welas menyelesaikan pendidikannya di Universitas Indonesia? Menurut Asri, setelah menyelesaikan gelar Sarjana (S1) dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan dengan mengambil jurusan psikologi di institusi yang sama.
-
Apa yang diluncurkan oleh Fakultas Teknik UGM? "Tentunya pesawat tanpa awak ini bisa diaplikasikan ke banyak hal. BPBD salah satunya yang akan memanfaatkannya karena pesawat ini bisa memantau bila telah terjadi bencana, misalnya gempa bumi," kata Dekat Fakultas Teknik UGM Prof. Selo pada Rabu (3/9).
Menurut Dandhy, foto berseliweran didapat dari akun-akun Twitter yang diikutinya beredar di hompage utamanya. Kemudian sutradara film dokumenter "Sexy Killers" ini mengkroscek terkait apa yang dilihatnya kepada kenalannya di media Papua, juga rekannya yang dipercaya dapat memberikan info valid.
Dandhy menganggap informasi yang berseliweran itu dapat berakibat fatal bila terus dibagikan kepada netizen jika tanpa data valid. Oleh karenanya, dia berinisiatif untuk menyusunnya foto-foto dan video itu bak puzzle dengan menyederhanakan alurnya.
Baru setelah itu, dia kembali menulis 5 cuitan disertai foto dan juga memenuhi unsur 5W+1H.
"Saya inisiatif untuk mulai menyusun puzzle ini menjadi 5 rangkaian tweet, saya menelpon teman-teman redaktur yang bekerja di berbagai media di Papua untuk konfirmasi apa benar ini foto dalam peristiwa ini, apa benar konteks Jayapura atau Wamena," terang Dandhy.
Sayangnya, niat baik Dandhy untuk meluruskan dan memberikan informasi yang terang malah menjadi petaka. Dia malah diduga menciptakan hoaks dan keonaran lewat sangkaan UU ITE.
Meski demikian, Dandhy siap menjelaskannya sedetail-detailnya meski polisi menilai perbuatan tersebut layak menjatuhkan status hukum sebagai tersangka.
Dia juga mengaku keberatan dengan proses penangkapan oleh polisi dilakukan malam hari, tanpa ada pemanggilan awal atau klarifikasi.
"Ini yang saya pikir sangat mengganggu, saya secara pribadi atau sebagai warga negara. Tapi saya (ini) jauh lebih kecil daripada (kasus) apa yang saya tweet," tandas Dandhy.
Reporter: M Radityo
Baca juga:
IMM & PMII Malang Gelar Salat Gaib untuk 2 Mahasiswa Kendari Tewas saat Demo
Polisi: Cuitan Dandhy Mengandung SARA, Belum Bisa Dicek Kebenarannya
Polda Metro Soal Penangkapan Dandhy Laksono: Polisi Bisa Membuat Laporan Sendiri
Dandhy dan Ananda Badudu Ditangkap, Istana Akan Komunikasi dengan Kapolri
Saat Jokowi Balik Badan Ditanya Penangkapan Dandhy dan Ananda Badudu