Data Sementara Kemenkes, 136 Jemaah Haji Wafat di Arab Saudi, Ada yang Kena Heatstroke
Kementerian Kesehatan membuat catatan ada 136 jemaah haji yang meninggal dunia
Merupakan data terakhir pada Senin, 17 Juni 2024.
- Data Kemenag: 66.611 Jemaah Haji Sudah Pulang ke Tanah Air
- FOTO: Hadapi Suhu Panas Ekstrem Arab Saudi, Jutaan Jemaah Haji Berjuang Melawan Lelah dan Haus
- Suhu di Makkah 45 Derajat Celcius, Jemaah Haji Diminta Istirahat Cukup Selama Puncak Haji
- Tanda-tanda Heatstroke yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Pencegahannya
Data Sementara Kemenkes, 136 Jemaah Haji Wafat di Arab Saudi, Ada yang Kena Heatstroke
Puncak pelaksanaan ibadah haji memasuki fase akhir. Hari ini jemaah yang mengambil nafar awal telah kembali dari Mina menuju hotel atau pemondokan di Kota Mekkah.
Kementerian Kesehatan membuat catatan ada 136 jemaah haji yang meninggal dunia selama pelaksanaan ibadah haji tahun ini. Angka tersebut merupakan data terakhir pada Senin, 17 Juni 2024.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Liliek Marhaendro Susilo mengatakan dari jumlah tersebut, 3 di antaranya meninggal dunia karena mengalami heatstroke. Heat stroke adalah ketika tubuh mengalami peningkatan suhu secara drastis bahkan menyentuh 40° celcius atau lebih.
"Mudah-mudahan penanganannya bisa lebih baik terus. Itu artinya kan indikator bahwa kita nanganin pasien-pasien heat stroke-nya lebih bagus," kata Liliek saat ditemui di Pos Kesehatan di Jalur Jamarot, Mina, dikutip Selasa (18/6).
Sementara itu, terkait jemaah haji yang sakit pada tahun ini cenderung menurun dibandingkan tahun lalu.
Hal ini tercermin dari tempat tidur (bed) yang disediakan di Pusat Kesehatan Mina tidak semuanya terpakai. Artinya jemaah sakit tidak banyak.
"Dari 20 bed, 5 bed nganggur tuh. Jadi itu kan indikator bahwa alhamdulillah masyarakat jamaah kita lebih sehat lah dibandingkan tahun sebelumnya," ujar Liliek.
Dari sisi ketersedian obat juga masih banyak. Liliek bilang dari 100 persen kapasitas yang dibawa, belum 50 persennya dipakai.
"Stoknya masih banyak" ujar Liliek.
Sementara ketika di Mina petugas kesehatan agak kesulitan mendistribusikan obat di maktab-maktab. Sebab ada larangan membawa kendaraan sehingga ketika obat dibutuhkan, pendistribusiannya mengandalkan jalan kaki.
"Itu agak memakan waktu. Itu yang kadang-kadang membuat ketersediaannya di waktu pas mepetnya itu jadi seolah-olah langka," ucap dia.
"Tapi secara umumnya obat masih tercukupi," pungkas Liliek.