Demo buruh migran selamatkan Mary Jane ditolak warga Cilacap
Wahyono salah satu warga Dermaga Wijayapura berteriak-teriak mendukung eksekusi mati warga negara asing.
Jaringan Buruh Migran Indonesia (JBMI) melakukan protes pelaksanaan eksekusi mati terhadap terpidana mati Mary Jane di depan Lapas Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Minggu (25/4) siang. Mereka menilai Mary Jane hanya korban trafficking yang dilakukan oleh bandar narkoba.
"Mary Jane berangkat ke Malaysia membayar 7 peso kepada pihak jasa pekerja buruh migran di Manila untuk bekerja di Malaysia," kata Yuwen Kartiweng anggota JBMI saat berorasi di lokasi.
Menurut Yuwen, Mary Jane warga negara Filipina tak tahu asal usul heroin seberat 2,8 kilogram yang dibawanya saat berada di Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta. Sebab, koper atau tas Mary Jane lolos pemeriksaan oleh petugas Bandara di Kuala Lumpur, Malaysia.
"Di Malaysia dibelikan baju-baju bekas sama Christina. Lalu kekasihnya Christina memasukkan baju-bajunya ke dalam koper Mary Jane. Ternyata di koper terselip heroin," katanya.
Namun demo tersebut mendapat penolakan dari warga sekitar. Mereka justru mendukung agar Mary Jane dan semua terpidana mati lainnya dihukum mati.
Wahyono salah satu warga Dermaga Wijayapura berteriak-teriak mendukung eksekusi mati warga negara asing. Wahyono yang pernah bekerja di Arab Saudi sempat melihat langsung eksekusi hukuman mati.
"Warga negara asing merusak generasi bangsa pantas dihukum mati. Kalau perlu saya yang nembak mati. Mau dia dijebak atau apa, tetap saja bawa narkoba," teriak Wahyono.
Ibu rumah tangga Sri juga berteriak-teriak merespon demo buruh migran ini. Dia mengatakan buruh TKI juga pernah dieksekusi mati membawa narkoba di China.
"Tetap saja bu, narkoba harus di hukum mati. Lha wong di Cina saja di door. Disini juga lah," teriak Sri kepada pendemo.