Densus 88 Dalami Dugaan Baiat Anggota Negara Islam Indonesia di Garut
Aswin mengungkapkan, perlu upaya tindak lanjut secara menyeluruh dalam menangani kasus tersebut.
Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri tengah mendalami adanya dugaan baiat Negara Islam Indonesia (NII) di wilayah Garut, Jawa Barat. Puluhan warga disebut mengaku telah mengambil sumpah kelompok yang juga dikenal dengan nama Darul Islam.
"Kami sudah monitor kejadian ini dan sedang mengumpulkan informasi yang lebih detail," kata Kabag Ops Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar saat dikonfirmasi, Kamis, (7/10).
-
Apa yang ditemukan Densus 88 saat menangkap ketujuh pelaku ancaman terhadap Paus Fransiskus? "Kita temukan barang barang yang terkait propaganda saja seperti penggunaan logo logo, foto-foto, kemudian kata-kata. Logo ISIS misalnya, logo-logo yang merujuk pada tanda tertentu yang biasa digunakan kelompok teror, salah satu misalnya bendera bendera itu ya," kata dia di GBK, Jumat (6/9).
-
Mengapa Densus 88 menangkap ketujuh pelaku ancaman terhadap Paus Fransiskus? Dijelaskan, Densus 88 Antiteror diberikan mandat untuk melakukan pencegahan sedini mungkin setiap ancaman, setiap serangan teror yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok.
-
Dimana Densus 88 menemukan bukti ancaman terhadap Paus Fransiskus? Kita temukan barang barang yang terkait propaganda saja seperti penggunaan logo logo, foto-foto, kemudian kata-kata.
-
Bagaimana Densus 88 menemukan ancaman terhadap Paus Fransiskus? Hasil pemantauan, ditemukan postingan-postingan bermuatan ancaman dan provokasi yang ditujukan kepada Paus Fransiskus saat melakukan kunjungan ke Indonesia.
-
Siapa yang ditangkap Densus 88 karena mengancam Paus Fransiskus? Ada ketujuh orang terduga pelaku teror itulah yang mengunggah di akun media sosial pribadi.
-
Kapan Komjen Rycko Amelza dimutasi ke Densus 88? Komjen Rycko Amelza Dahniel baru saja dimutasi ke Densus 88. Sebelumnya dia menjabat Kalemdiklat Polri.
Meski begitu, dia belum merinci proses penyelidikan yang telah dilakukan petugas, termasuk data dan barang bukti terkait dugaan pembaiatan NII itu. Aswin mengungkapkan, perlu upaya tindak lanjut secara menyeluruh dalam menangani kasus tersebut.
"Nanti akan ada tindak lanjut sesuai fakta hukum yang ditemukan," tutupnya.
Sebelumnya, puluhan anak dan sejumlah orang tua di wilayah Kelurahan Sukamentri, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut mengakui dibaiat masuk aliran sesat Negara Islam Indonesia. Tidak hanya dibaiat saja, mereka juga diduga didoktrin paham radikal.
Lurah Sukamentri, Suherman mengatakan bahwa terungkapnya puluhan warga yang masuk NII berawal dari laporan seorang warganya yang mengaku kalau anaknya yang masih 15 tahun mengalami penyimpangan aqidah.
Menerima informasi tersebut, pihaknya melakukan pendalaman informasi tersebut. Ternyata jumlah anak yang mengalami penyimpangan serupa cukup banyak. Totalnya, ada puluhan anak dan beberapa orang tua.
“Mereka ini diduga masuk NII setelah dibaiat oleh seseorang. Yang masuk kebanyakan masih anak-anak, ada juga orang dewasa dan orang tua. Berdasarkan pengakuan sejumlah anak yang mengaku dibaiat, salah satu doktrin yang diberikan adalah menganggap pemerintah RI thogut,” jelasnya, Rabu (6/10).
Warga yang resah dengan adanya kejadian tersebut langsung melaporkan kepada pihaknya dan meminta agar dilakukan musyawarah Bersama para tokoh dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Pihaknya kemudian memfasilitasi keluarga dan anak yang sudah dibaiat untuk bertemu dan menyelesaikan persoalan tersebut di aula kelurahan.
Dalam kegiatan tersebut, salah seorang yang diduga melakukan pembaiatan dihadirkan dan diberi waktu untuk melakukan pemaparan tentang NII. “Dalam paparannya, dia bilang kalau hasil kajiannya pemerintahan saat ini adalah jahiliyah atau thoghut,” katanya.
Meski demikian, Suherman mengungkapkan bahwa tidak semua anak yang sudah dibaiat memahami apa yang sudah didoktrinkan olh pelaku. Namun beberapa diantaranya mengaku bahwa mereka dibacakan kalimat syahadat yang berbeda.
“Kalau ditotal memang ada 59 orang yang katanya sudah dibaiat. Saat saya cek satu persatu, banyaknya tidak tahu apa-apa. Jadi kayak dicatut saja namanya,” ungkapnya.
Suherman menyebut bahwa dengan adanya kejadian tersebut pihaknya bekerjasama dengan Kodim 0611 dan Polres Garut juga Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Garut untuk memulihkan anak-anak yang sempat terpapar NII.
Sementara itu, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Garut, Wahyudijaya mengaku bahwa pihaknya saat ini sedang menyikapi adanya penyebaran NII di wilayah Kecamatan Garut Kota.
"Mereka terindikasi menggosipkan pemerintah itu sebagai thogut. Mereka juga tidak mau kembali kepada orang tuanya. Kami saat ini tengah menyusun strategi menyikapi hal tersebut dengan berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait untuk membahas masalah ini. Kita masih mapping. Saya kira kalau berbicara bahaya, ini tentunya berpotensi bahaya," katanya.
Reporter: Nanda Perdana Putra/Liputan6.com
Baca juga:
Temuan 35 Kg Bahan Peledak di Gunung Ciremai Berjarak 7 Km dari Pemukiman
Densus 88 Temukan 35 Kg Bahan Peledak TATP di Kaki Gunung Ciremai
Densus Ungkap Kebiasaan Ali Kalora hingga Akhirnya Disergap dan Ditembak Mati
Polisi Rilis Barang Bukti Teroris Sadis Ali Kalora
Jepang Informasikan Ancaman Teror, Mabes Polri Sebut Densus 88 Selalu Siaga