Deretan kelakuan Bonek yang meresahkan, sweeping hingga membunuh
Melihat bagaimana oknum suporter ini begitu beringas, nyawa seolah seperti tidak ada harganya.
Olahraga sepak bola seharusnya menjadi hiburan sekaligus menjadi pemersatu antar daerah di Indonesia. Tapi nyatanya, bentrokan antar suporter bola yang sering terjadi seperti malah membuktikan sebaliknya.
Melihat bagaimana oknum suporter ini begitu beringas, nyawa seolah seperti tidak ada harganya. Pada tahun 2014, aksi sejumlah pemuda yang mengaku Bonek melakukan sweeping di Tol Waru, Surabaya. Mereka mencari Aremania atau mobil berpelat N dari Malang. Bahkan, para pemuda ini juga sempat memukuli seorang supir bus hingga babak belur.
Aksi Bonek juga terjadi pada akhir tahun 2015, masyarakat diresahkan dengan suporter sepak bola Bonek Persebaya dengan Aremania Malang bentrok dalam perjalanan menuju Sleman, Yogyakarta di dua titik berbeda di Kabupaten Sregan Jawa Tengah, dan dua orang dilaporkan tewas mengenaskan karena tidak bisa menyelamatkan diri. Saat itu, ratusan Bonek tersebut menyerang dengan melempari batu bus berisi rombongan Aremania.
Bentrok antar Bonek dan Aremania bukan kali pertama terjadi. Dua suporter pendukung klub sepak bola asal Jawa Timur dikenal sebagai musuh bebuyutan. Bonek diketahui kerap melakukan sweeping terhadap Aremania, meski kedua klub tersebut tidak bertemu.
Terakhir ini, Arema angkat suara ihwal adanya aksi sweeping yang dilakukan sekelompok orang berplat nomor N di Jembatan Suramadu. Menurut mereka, tindakan sekelompok orang ini murni kriminal dan tak ada hubungannya dengan aktivitas suporter.
"Kami mengutuk aksi ini. Apalagi banyak korban salah sasaran dari sweeping ini," ujar Koordinator Aremania wilayah Klayatan, Achmad Ghozali, pada Bola.net.
Bahkan, Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, mengancam tidak mengeluarkan izin pertandingan di wilayahnya, jika bentrok antarsuporter terus terjadi. Sebab, bentrok kedua suporter sudah sangat memprihatinkan buat sebuah gelaran olah raga. Dia merasa, hal itu tidak sehat.
Soekarwo melihat bentrokan terjadi karena persoalan aktualisasi diri anak muda. Namun kesalahannya, aktualisasi itu dalam bentuk kekerasan yang mencelakakan, bahkan menghilangkan nyawa orang lain.
"Anak muda itu ingin aktualisasi, tapi yang enggak bener aktualisasinya, kekerasan digunakan," ujar Soekarwo saat menghadiri Pelantikan Pengurus Wilayah (PW) Muhammadiyah Jawa Timur, di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Senin (21/12).
Langkah harus diambil, kata Soekarwo, adalah tindakan tegas bagi para pelaku pengeroyokan. Hukum harus dijalankan karena sudah termasuk tindakan kriminal. Soekarwo pun menjanjikan membuka forum dialog buat membangun komunikasi antarsuporter. Dia akan membangun jalur sebelumnya sudah pernah dibuat.
"Dulu Pak Badrodin Haiti (Kapolri), saat menjabat Kapolda Jawa Timur pernah melakukan terobosan itu. Kini kita akan mencoba lewat Pak Kapolda yang sekarang. Kita support melalui dialog-dialog. Saya optimis ada kanal yang bisa dibuat," lanjut Soekarwo.
Tak hanya itu aksi damai juga diusulkan oleh Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Anton Setiadji. Dirinya mengaku optimis dengan adanya Laga Jenderal Sudirman Cup dapat merangkul kedua suporter tersebut.
"Pengamanan Piala Jenderal Sudirman hingga tidak bermasalah. Saya bertemu dengan Aremania dan Bonek, tidak ada masalah mereka," ungkap Anton Setiadji di Mapolresta Malang, Rabu (18/11).