Derita kakek di Malang, jalan bolak-balik memikul jeriken demi air
Banyak daerah di Malang kesulitan air bersih.
Pikulan terbuat dari bambu dan dua jeriken 25 literan menjadi sahabat Juri (60) untuk mendapatkan air bersih. Sehari-hari, pria tanpa anak ini harus tiga kali bolak-balik memikul air dari kampung sebelah yang berjarak 2,5 kilometer.
Jalanan beraspal yang naik dan turun tidak membuatnya patah semangat demi mendapatkan air bersih. Dia merasa mempunyai kewajiban menyediakan air bersih untuk istri dan kakaknya yang tinggal serumah.
"Dipakai untuk tiga orang, bolak-balik tiga kali setiap hari," kata Juri di rumahnya, Malang, Sabtu (25/7).
Air itu sebagian digunakan untuk kebutuhan minum dan memasak yang dituangkan di sebuah bejana besar terbuat dari plastik. Sementara sebagian lagi disimpan di bak kamar mandi.
Juri adalah salah satu warga Dusun Blandit Timur, Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang. Sudah sebulan terakhir, daerahnya mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. Dia harus memikul air dari kampung tetangga, Kampung Banyol.
Tandon dekat rumah Juri yang selama ini menjadi tumpuan warga, tidak lagi keluar air. Debit dari mata air berkurang drastis karena kekeringan. Air yang selama ini dialirkan melalui pipa paralon tidak sampai ke tandon dekat rumah.
Para warga menggunakan sepeda motor dengan membawa jeriken sekaligus, tetapi Juri tidak memiliki sepeda motor. "Mboteh gadah (tidak punya) sepeda motor. Ya mikul tiga kali sehari," katanya.
Struktur tanah Desa Blandit berada di lereng perbukitan, sehingga banyak ditemukan bebatuan besar saat dilakukan pengeboran air. Selama ini, warga secara kolektif menggunakan tandon bantuan pemerintah yang terhubung dengan mata air.
"Pernah menggali sumur sendiri tetapi tidak ada airnya, padahal sudah dalam," katanya.
Juri berharap segera turun hujan atau pemerintah akan mengedrop air. Biasanya, saat musim kemarau pemerintah akan mengirimkan mobil tangki ke tandon dekat rumah.
"Semoga usaha Pak Petengan (Kepala Dusun) bisa mendapatkan drop-dropan air," katanya.
Sementara itu, Abdul Lathief (40) sehari-hari mengambil air sembilan jeriken dengan ukuran 30 liter. Sekali mengambil dengan sepeda motor mampu membawa tiga jeriken.
"Semua warga mengambil air di sini, biasanya kalau pagi dan sore antre panjang. Siang begini ke sawah semua," katanya.
Latief juga berharap pemerintah segera mengedrop air bersih. Karena sudah sangat banyak warga yang kekeringan. "Kalau ada drop-dropan ambil airnya tidak jauh," katanya.