Dianggap Kuburan Masih Basah, Soeharto dan Gus Dur Belum Jadi Pahlawan Nasional
Dianggap Kuburan Masih Basah, Soeharto dan Gus Dur Belum Jadi Pahlawan Nasional. Dia lalu mencontohkan dua tokoh yang mendapat gelar pahlawan nasional tahun ini yaitu, Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi dan KH Masjkur. Sultan asal Buton itu meninggal pada 1776, sedangan KH Masjkur wafat tahun 1992.
Wakil Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Jimly Asshiddiqie mengatakan bahwa Presiden ke-2 Soeharto dan Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memang tak diajukan sebagai calon pahlawan nasional. Alasannya, lantaran Soeharto dan Gus Dur belum terlalu lama meninggal.
"Pertama tahun ini tidak diajukan lagi. Karena sudah berkali-kali diajukan. Alasannya masih sama, karena ini kuburannya masih basah belum kering," kata Jimly di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (8/11).
-
Siapa yang berencana meracuni Soeharto? Rupanya tamu wanita yang tidak kami undang itu berencana meracuni kami sekaluarga," kata Soeharto.
-
Siapa yang pernah menjadi ajudan Presiden Soeharto? Kisah Presiden Soeharto Tak Mau Diistimewakan di Jalan, Rela Mengalah Agar Tak Macet Kebiasaan penguasa Orde Baru ini diceritakan mantan ajudan presiden.
-
Siapa yang pernah menolak perintah Presiden Soeharto? Ia pernah menolak perintah Presiden Soeharto dan menjelaskan kesalahan sang kepala negara memberi perintah tersebut
-
Kenapa Presiden Soekarno marah kepada para pengawalnya? Presiden Sukarno sangat memperhatikan kebersihan di Istana,Bung Karno bahkan tak segan turun tangan menyapu taman atau jalan di dalam Istana untuk memberi contoh anak buahnya.
-
Bagaimana cara Soeharto memilih wakil presiden di era Orde Baru? Menurut Soeharto, tim ini yang akan memberikan penilaian akhir dari nama-nama yang muncul untuk menjadi wakil presiden Soeharto."Saya tidak sendiri memilih wakil presiden," kata Soeharto.
-
Apa yang pernah dititipkan Soeharto kepada Sudjono Humardani? Ceritanya pada tahun 1967, Sudjono pernah diberi tugas oleh Soeharto untuk meminjam topeng Gadjah Mada yang disimpan di Pura Penopengan Belah Batu Bali.
Dia lalu mencontohkan dua tokoh yang mendapat gelar pahlawan nasional tahun ini yaitu, Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi dan KH Masjkur. Sultan asal Buton itu meninggal pada 1776, sedangan KH Masjkur wafat tahun 1992.
"Yang paling muda KH Masjkur meninggal tahun 1992, sudah 30 tahun. Jadi Pak Harto, Gus Dur apalagi itu kan masih baru. Jadi itu alasan formal yang kita ajukan," ucapnya.
Akui Sosok Luar Biasa
Jimly mengakui bahwa Gus Dur adalah sosok luar biasa dan dicintai oleh banyak masyarakat karena melindungi kelompok minoritas. Begitu pun dengan Soeharto, dia menyebut sosoknya sangat berjasa saat memimpin Indonesia selama 32 tahun.
Kendati begitu, berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2019 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, penerima tak boleh bermasalah dengan hukum. Sementara, baik Soeharto ataupun Gus Dur pernah terseret masalah hukum saat menjadi presiden.
"Ganjalannya di situ. Jadi agak susah karena di UU-nya tidak bermasalah secara hukum," ujar Jimly.
Jimly menuturkan apabila Gus Dur tak menjadi presiden, maka dia bisa cepat mendapat gelar pahlawan nasional. Dia sendiri belum mendapat solusi agar ke depannya dua tokoh itu bisa mendapat gelar pahlawan.
"Rasanya biar generasi mendatanglah sesudah nanti semua diberi pencerahan oleh jaman. Maka mudah-mudahan ketemu jalannya pada saatnya," pungkas Jimly.
6 Tokoh Dapat Gelar
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh yang dianggap berjasa bagi bangsa dan negara. Adapun enam tokoh itu antara lain, Ruhan Kudus, Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi, Prof. M. Sartidjo, Adul Kahar Mudzakkir, A.A Maramis, dan K.H. Masjkur.
Penganugerahan tersebut berdasarkan Keppres Nomor 120/TK tahun 2019 tertanggal 7 November 2019. Jokowi menyerahkan anugerah tersebut kepada ahli waris masing-masing tokoh.
Reporter: Lizsa Egeham
Sumber: Liputan6.com
(mdk/eko)