DPR: Menteri Marwan tak profesional dan jauh dari nawa cita
Menurut Pramono Anung, pejabat Indonesia sudah tak zamannya lagi untuk meminta pelayanan istimewa.
Ketua Komisi VI DPR Achmad Hafisz Tohir menyayangkan sikap arogansi yang ditunjukkan Menteri Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar. Menteri Marwan seharusnya mengakui kesalahannya lantaran terlambat datang ketika pesawat sudah saatnya berangkat atau terbang.
"Ya dia (Marwan) tidak memahami profesionalisme. Dia enggak profesional, nawa citanya jauh lah," kata Hafisz di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (26/2).
Politisi senior PAN ini menegaskan, Menteri Marwan harusnya tidak menunjukkan kemarahannya atas kesalahannya sendiri. Apalagi Marwan merupakan mantan anggota DPR dan sekarang menjadi menteri sebagai pembantu Presiden Joko Widodo.
"Seharusnya lebih paham. Apalagi dia komisi VI atau V. Komisi ini kan sama," tegas adik Hatta Rajasa ini.
Sebelumnya, Menteri Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar mengungkapkan emosinya gara-gara delay, dia sampai terlambat menghadiri sebuah acara di Yogyakarta. Di hadapan warga, politikus PKB ini menuding direksi Garuda Indonesia tak becus bekerja dan layak diganti.
Rupanya, tak semua orang setuju atas sikap Marwan tersebut. Salah satunya Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Sembari menyindir, dia merasa pejabat Indonesia sudah tak zamannya lagi untuk meminta pelayanan istimewa.
"Hari gini kok masih ada pejabat yang minta dilayani berlebihan, sudah enggak zamannya. Kalau terlambat ya ditinggal saja #Garudaku," kicau Pramono lewat akun Twitternya, Kamis (25/2).
Tak hanya Pramono, sindiran-sindiran juga diberikan sejumlah netizen terhadap Marwan. Salah satunya akun @ichong109, dia menuding Marwan meminta hak istimewa. "Waw pak Menteri @marwan_jafar menuntut hak istimewa," tulisnya.