Dua Peserta MOS Tewas, SMA Semi Militer Palembang Dilarang Terima Murid Tahun Depan
Secara teknis, sekolah itu dilarang menerima siswa baru pada tahun ajaran 2020/2021.
Gubernur Sumsel Herman Deru secara resmi membekukan SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia Palembang. Keputusan ini sebagai dampak dua siswa tewas diduga dianiaya saat mengikuti masa orientasi siswa (MOS) di sekolah itu.
Herman Deru mengungkapkan, keputusan diambil dalam rapat terbatas bersama Dewan Pendidikan dan Kepala Dinas Pendidikan Sumsel, Senin (5/8). Secara teknis, sekolah itu dilarang menerima siswa baru pada tahun ajaran 2020/2021.
-
Dimana siswi SMP di Palembang ditemukan? Sementara itu tiga pelaku lainnya MZ 13 tahun, MS 12 tahun, dan AS 12 tahun pada saat korban ditemukan di TPU berada di lokasi kerumunan seolah-olah tidak mengetahui apa-apa yang terjadi.
-
Siapa yang diduga melakukan pelecehan di sekolah? Korban diduga telah melakukan pelecehan terhadap para siswi di sekolah.
-
Apa pasal yang menjerat pelaku pembunuhan siswi di Palembang? Para pelaku terjerat pasal penganiayaan dan pencabulan anak yakni pasal 76 C dan Pasal 80 ayat 3 UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara dan denda Rp3 miliar.
-
Apa yang dilakukan dosen muda ini di kelas? Sebelum masuk ke kelas, dosen muda bernama Akbar ini memang sudah berkenalan dengan mahasiswanya yang masih baru. Saat masuk ke kelas, mahasiswanya pun bertanya apakah ia kakak tingkat.
-
Siapa yang tampil di panggung acara sekolah? Kedua putri mereka, Megu dan Mishka, tampil memukau di panggung acara sekolah.
-
Kapan kaki seribu sering terlambat sekolah? Soalnya kakinya banyak, jadinya kalau pakai sepatu kelamaan.
"Hari ini sudah kita putuskan bersama bahwa SMA Taruna Indonesia tidak boleh menerima siswa baru pada tahun ajaran berikut atau pada 2020/2021. SMA tersebut dibekukan selama satu tahun," ungkap Deru.
Keputusan ini berdasarkan temuan tim investigasi atas pelanggaran administratif dan standar operasional prosedur (SOP) pendidikan menengah. Hal ini menjadi pelajaran bagi sekolah lain agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
"Mulai sekarang harus menghentikan belajar mengajar bersifat militer, karena saya larang. Untuk atribut terserah, untuk proses belajar mengajar tetap berjalan seperti biasa. Kalau selama pembekuan setahun mereka tidak lakukan perubahan, sebaiknya (sekolah) menutup diri," tegasnya.
Hasil investigasi menemukan banyak hal. Terdiri dari kurangnya pencahayaan asrama dan area sekolah yang sempit, tidak memenuhi syarat sebagai sekolah asrama.
"Terlalu banyak kesalahannya, bukan cuma saat MOS saja. Jadi jika mau kami aktifkan kembali, silakan berbenah. Tim akan mengecek apakah sudah sesuai SOP atau tidak, begitu juga dengan infrastruktur sekolah apakah sudah diperbaiki atau belum," tutupnya.
Baca juga:
Sidang Praperadilan, Penganiaya Siswa Semi Militer Tuntut Polisi Rp1 Miliar
Buntut Tewasnya 2 Siswa saat MOS, SMA Semi Militer Palembang Terancam Ditutup
Praperadilan Kasus Tewasnya SMA Semi Militer di Palembang Digelar Akhir Juli
Kepala SMA Semi Militer di Palembang jadi Saksi Kunci Kasus Penganiayaan Siswanya
Kasus Dugaan Penganiayaan, Kepala SMA Semi Militer Ngaku Tak Tahu Ada Pemukulan
Polisi Segera Tetapkan Tersangka Lain Penganiaya Peserta MOS SMA Semi Militer