Dua terdakwa mutilasi Siak dituntut hukuman mati
Tuntutan ini juga berdasarkan pertimbangan yang memberatkan dan meringankan.
Dua terdakwa pemutilasi enam bocah di Kabupaten Siak, Riau, Delfi alias Buyung (21) dan Supian Bin Herman (26) dituntut hukuman mati oleh Jaksa Penuntut Umum dari Kejaksaan Negeri Siak Sri Indrapura, Selasa (20/1). Sementara terdakwa lainnya, Deswita, dituntut hukuman penjara seumur hidup.
Dalam amar tuntutan yang dibacakan di Pengadilan Siak itu, JPU menilai terdakwa delfi dan Supian terbukti melakukan pembunuhan berencana. Terdakwa dengan sengaja merampas nyawa orang lain.
"Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar pasal pasal 340 juncto pasal 55 ayat (1) juncto pasal 65 ayat (1) KUHPidana tentang pembunuhan berencana," tegas JPU Zainul dalam tuntutannya.
"Dengan demikian, kami meminta Pengadilan Negeri Siak yang memeriksa dan mengadili perkara ini, memutuskan agar pidana mati terhadap terdakwa M Delfi alias Buyung Bin Basri Tanjung dihukum mati," jelas Zainul.
Menurut Zainul, tuntutan yang dibacakannya berdasarkan keterangan saksi, alat bukti, fakta persidangan dan analisis yuridis fakta sidang. Dimana semuanya suatu kesatuan dan tak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain.
"Tuntutan ini juga berdasarkan pertimbangan yang memberatkan dan meringankan," ucap JPU Zainul.
Hal memberatkan, kata Zainul, perbuatan terdakwa sangat sadis, tidak berprikemanusian, meresahkan masyarakat luas, menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi keluarga korban dan perbuatan terdakwa dilakukan secara berulang ulang.
Usai membacakan tuntutan, Majelis Hakim Sorta Ria Neva memberi kesempatan kepada penasehat hukum terdakwa Wan Erwin Anwar melakukan pembelaan (pledoi) pada sidang berikutnya.
Sementara itu, terdakwa M Delfi dan Supian terlihat tenang-tenang saja dituntut hukuman mati. Sedangkan Deswita Demala Sari tertunduk lesu, air mata pun mengalir dipipinya.
"Saya akui membunuh 7 korban dan 1 diantaranya saya kuliti," kata M Delfi dihadapan majelis hakim.
Seorang ibu salah satu korban, Misna Angraini mengaku puas atas tuntutan JPU itu. Dia berharap majelis hakim menvonis tiga terdakwa sesuai dengan tuntutan jaksa.
"Saya puas, nyawa harus dibayar nyawa, saya harap hakim nantinya juga menvonis sama dengan tuntutan jaksa," ketus Misna.
Baca juga:
Sri Panuti dimutilasi lalu dibuang di kebun sawit Perak Malaysia
Sri Panuti, TKI asal Batang jadi korban mutilasi di Malaysia
Pembunuh dua WNI di Hong Kong dibebaskan sementara
Suasana duka di rumah Sumarti Ningsih
Duka kerabat iringi pemakaman Sumarti Ningsih
Sumarti Ningsih dimakamkan di Cilacap, sang anak 'brobosan'
-
Kapan musim hujan dimulai? Musim hujan telah tiba. Selain membawa kebahagiaan dan kesegaran, musim hujan juga membawa berbagai penyakit, salah satunya adalah flu.
-
Kapan bintang-bintang mati? Setiap Tahun, Ada Segini Bintang yang Mati di Galaksi Bima Sakti Bintang pun bisa hancur setiap tahunnya dan melakukan "regenerasi". Komposisi bintang di langit terus berganti seiring dengan perkembangan waktu.
-
Kapan Gayanti Hutami lulus SMA? Momen kelulusan SMA Gayanti bareng ibunya di tahun 2018 tuh epic banget deh.
-
Kapan sagu mutiara dianggap matang? Setelah direbus selama sekitar tujuh menit, kompor dimatikan, Diamkan sagu mutiara sejenak, paling lama satu menit. Setelah itu, sagu mutiara telah matang sempurna dan dapat disajikan.
-
Kapan Mutiara Baswedan meraih gelar Sarjana Hukum? Ia berhasil meraih gelar Sarjana Hukum pada tahun 2020.
-
Kapan Choirul Huda meninggal? Ia bertabrakan dengan rekan satu timnya pada Liga 1 2017 silam saat melawan Semen Padang.