Fakta Baru Terungkap, Ayah Gantung Balita di Pinrang Belasan Jam Ternyata Positif Narkoba
Polisi menduga tindakan S menganiaya anaknya akibat pengaruh narkoba.
Kepolisian Resor Pinrang menemukan fakta baru kasus ayah kandung yang tega gantung dan sandera balitanya. Setelah dilakukan tes urine, pelaku ternyata positif memakai narkoba.
Kepala Polres Pinrang Ajun Komisaris Besar Andiko Wicaksono membenarkan jika hasil tes urine pelaku penganiayaan terhadap anak inisial S positif menggunakan narkoba. Bahkan, Andiko menduga tindakan S menganiaya anaknya akibat pengaruh narkoba.
"Hasil tes urine terhadap yang bersangkutan ini positif narkoba kandungan metamfetamin. Dapat ditarik kesimpulan yang bersangkutan dalam pengaruh narkoba," ujarnya saat dihubungi melalui telepon, Selasa (6/8).
Andiko juga mengungkapkan saat ini kondisi balita korban kekerasan oleh ayah kandungnya sudah membaik. Sebelumnya, balitas berusia 14 bulan tersebut digantung dan tidak diberi makan oleh ayahnya selama belasan jam.
"Kondisi korban, Alhamdulillah terus membaik. Saat ini korban dalam pengawasan kami dan kami pastikan aman," ucapnya.
Ia menambahkan psikologi korban juga mulai membaik. Hal itu ditunjukkan sikap korban yang ceria dan berinteraksi dengan orang lain.
"Reaksinya cukup positif, interaksi dan ceria seperti yang terlihat anak seusianya," tuturnya.
Sebelumnya, sebuah video berdurasi 9 detik yang memperlihatkan seorang bocah perempuan menangis karena digantung. Kepolisian Resor Pinrang telah mengamankan pelaku yang tak lain adalah ayah kandung bocah perempuan dalam video tersebut berinisial S (25).
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Pinrang Inspektur Satu Andi Reza Pahlawan mengaku setidaknya butuh belasan jam untuk bernegosiasi dengan S agar melepaskan anaknya yang masih berusia 14 bulan. Alasannya, korban sempat disandera dan dianiaya oleh S.
"Kita ajak negosiasi pelaku untuk membebaskan korban. Kami fokus untuk menyelamatkan anak yang disandera oleh ayahnya sendiri," tuturnya.
Saat korban berhasil diamankan, kondisi bocah perempuan tersebut dalam kondisi lemah. Alasannya, selama negosiasi dengan pelaku, korban tidak mendapatkn makanan.
"Makanya kita dibawa dan rawat sementara di Puskesmas setempat,” ucapnya.